8 (B). Panglima Tempur Interior

145 30 1
                                    

Haii semuanya! Ada yang nungguin cerita ini gaa? 

Sebelum mulai boleh dong minta spam comment dan votenya dulu.

Absen juga ya guys

kalian baca cerita ini tanggal berapa?

Hari apa?

Jam Berapa?

Makasi udah mau jawab!! Selamat membaca all❤️

–––

Selepas pelajaran di jam terakhir usai, Rifqi dan teman-temannya segera bergegas pergi menuju tempat parkir motor. Seperti biasa, mereka berencana untuk pergi ke tongkrongan sebelum pulang. Sudah menjadi rutinitasnya untuk pantang pulang sebelum maghrib.

Sepanjang perjalanannya menuju tempat parkir, dua orang siswi berusaha untuk mengikutinya. Sebetulnya Rifqi sudah menyadari keberadaan mereka, hal ini juga bukanlah hal yang pertama kalinya terjadi. Siapa lagi kalau bukan penggemar-penggemar Rifqi di sekolah.

"Kak Rifqi bisa minta tolong anterin sampe cafe depan gak?" Tanya siswi tersebut ketika mereka semua sudah berada di tempat parkir.

"Aduh maap ya, mau-mau aja sebenernya tapi kanjeng ratu lagi PMS, bahaya," jawab Rifqi mengada-ada. Sebetulnya Rifqi tidak akan pernah membiarkan siapapun untuk menempati jok belakangnya selain Rifa ataupun pacarnya jika ada.

"Emangnya kak Rifqi udah pacaran lagi?" Tanya adik kelasnya itu.

Davin ikut terkejut mendengar jawaban Rifqi, "Rif lo jadian ama siapa lagi anjir?"

Sebetulnya berpacaran adalah hal yang biasa bagi Rifqi. Soal mantan jangan ditanya, saking banyaknya Rifqi tak pernah menghitung sudah berapa kali berpacaran dari semenjak kelas satu SD. Namun akhir-akhir ini Davin tidak menyadari kedekatan Rifqi dengan siapapun di sekolah.

"Gue tau, pasti anak baru IPA itu kan?" tebak Farrel dengan senyumnya yang penuh arti.

Akhir-akhir ini Rifqi dan anak baru IPA di angkatannya itu seringkali bertengkar dari hal yang paling sepele ataupun karena masalah yang tergolong besar. Walaupun mereka kini terlihat tidak mungkin akan saling mencintai tetapi sebuah kebencian juga sewaktu-waktu dapat berubah menjadi cinta.

"Ngaco lo berdua," Rifqi kembali membuka suaranya.

"Kanjeng ratu maksud gue itu Rifa, sahabat gue," jelas Rifqi.

"Beneran sahabatan doang kak?" Tanya adik kelas itu tampak tidak yakin.

"Tenang gue sama Rifa itu udah sahabatan dari kecil, kita gak akan saling suka," jawab Rifqi.

Rifqi melanjutkan ucapannya, "Aa Rifqi masih punya kalian semua kok, tenang aja." 

Davin, Farrel, dan Nadhif bergidik ngeri. Bisa-bisanya adik kelasnya itu masih tetap menganguminya setelah mereka tahu sifat buaya akutnya Rifqi. Mereka bahkan tetap rela berada di antrian calon pacar Rifqi selama berbulan-bulan, padahal masih banyak lelaki yang jomblo di sekolah ini termasuk teman-temannya. Mereka semua sebetulnya sedang mencari seorang pendamping.

"Kak Rifqi ini buat kakak, tadi aku belinya kebanyakan," siswi yang berada di sebelah adik kelasnya itu menyodorkan sebuah kotak berisi camilan-camilan ringan.

"Makasih, tapi gue udah kenyang banget. Kasih aja ke temen gue, mereka kebetulan lagi kelaperan," Rifqi mengusap-usap perutnya itu.

"Dek, abang dengan senang hati loh mau nerima, apalagi nerima cintanya dari kamu," Farrel memulai aksinya. Dia mencoba untuk mempraktikan jurus buaya yang pernah Rifqi ajarkan kepadanya.

Putra, Putri & PertemananWhere stories live. Discover now