6. Putra & SMA Nusa Bangsa

178 30 0
                                    

–––

"Sebaiknya kita saling melupakan dari awal agar tidak usah merasakan yang namanya perpisahan."

–––

Bruk!

Putra bisa menebak bahwa perempuan yang dia tolong itu pasti terjatuh. Suaranya terdengar cukup keras, dia yakin pasti Putri kesakitan saat ini. Namun dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Mereka kini terpisahkan oleh tembok penghalang antar dua sekolah itu.

Mengingat bahwa bel masuk sekolah telah berbunyi dari belasan menit yang lalu, Putra segera pergi meninggalkan perempuan itu begitu saja. Tanpa dia sadari Putra tersenyum geli selama perjalanan menuju kelasnya. Bayangan sosok yang baru saja dia temui itu seketika muncul di dalam benaknya.

Putra merasa khawatir dengan keadaan perempuan itu saat ini. Namun setelah mengingat kembali bagaimana sikap dia terhadap dirinya, Putri memang pantas mendapatkan itu semua. Putra tahu betul bahwa hampir semua anak Interior selalu bersikap belagu dalam keadaan apapun. Itu salah satu alasan mengapa Putra sangat membenci siswa-siswi International High.

"Ekhemm."

"Uhuk uhuk!"

"Cihuyyy."

Putra nyaris terperanjat. Rupanya teman-temannya sudah menunggu kehadirannya di belakang pintu kelas. Ada sesuatu yang tidak beres ini, pasti teman-temannya mengetahui sesuatu. Sial, jangan sampai mereka tahu kalau dia baru saja menyelamatkan siswi Interior.

"Abang Putra," panggil Elang dengan nada merayu.

"Yang tadi siapa Ra?" Tanya Agam.

"Yang mana?" Tanya Putra memastikan firasatnya. Entah mengapa dia curiga bahwa teman-temannya itu melihatnya membantu Putri barusan.

"Lahh sok polos dia," Gilang tidak bisa menerima pertanyaan itu. Dia tahu pasti Putra sudah tau siapa yang mereka maksud.

"Ituloh anak Interior yang lo bantu tadi," Elang memperjelas membahasan mereka.

Putra meringis. Ternyata firasatnya benar. Semua sahabatnya tahu bahwa dia baru saja menolong salah satu siswi untuk lolos dari hukuman atas keterlambatannya.

"Tenang Ra, kita-kita gak akan kasih tau siapa-siapa kok," Gilang menenangkan.

"Gak kenal sih," ujar Putra dengan cueknya.

Putra berharap setelah berkata jujur teman-temannya itu akan berhenti mengganggunya. Dia berharap mereka berhenti memberikan berbagai macam pertanyaan padanya. Tidak ada lagi yang perlu mereka tanyakan, dia sama sekali tidak ada hubungan dengan gadis itu. 

"Masa gak kenal sih," goda Agam. 

"Biasanya lo gak pernah biarin anak Interior lolos, tapi tadi lo malah bantuin dia," Elang ikut menanggapi.

"Lo biasanya gak ngurusin loh Ra," timpal Gilang.

"Gas aja gak sih? Sampai kapan lo mau jomblo sampai dikira homo," Agam tampak bersemangat. Dia merasa sedikit tenang karena rupanya temannya yang satu ini masih tertarik dengan perempuan.

Gilang mencoba untuk mengingat kembali wajah perempuan itu, "Tapi selera lo bagus loh Ra, cantik banget cewe yang tadi."

"Selera lo kali," Putra mengkoreksi dengan ketus. 

Putra memang merasa tersihir oleh gadis itu. Dia sendiri tidak tahu alasannya mengapa dia akhirnya memutuskan untuk membantu gadis itu lolos dari hukuman. Semuanya terjadi begitu saja. Namun Putra sangat yakin ini bukan karena cinta, jantungnya sama sekali tidak berdebar saat bersamanya.

Putra, Putri & PertemananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang