7. Sudut Pandang Interior

167 36 0
                                    

Haloo apakabar semuanya? Gimana-gimana suka gak sama cerita ini? Hopefully kalian tambah jatuh cinta yaa sama karya aku yang ini hihi!❤️

Kalian baca part ini hari apa?

Tanggal berapa?

Jam berapa?

BTW sebelum mulai boleh dong minta dukungan & apresiasi kalian dalam bentuk vote dan comment!!

Makasih supportnyaa! met baca semuanyaah💓

–––

"Sifat asli seseorang itu sebenarnya bisa langsung dinilai dari pertemuan pertama, namun sayangnya tak semua orang bisa melihatnya."

–––

"Eh ada kak Farrel," Sapa Putri dengan sikapnya yang canggung karena dia baru saja tertangkap basah mencoba untuk meloloskan diri.

Farrel mengalihkan pandangannya ke dinding yang cukup tinggi itu. Rasanya tidak mungkin Putri bisa memanjat dinding pembatas itu dengan upayanya sendiri. Farrel merasa sangat yakin karena dia sendiri pernah mencoba memanjat tembok itu. Namun alhasil dia ketahuan oleh salah satu pasukan Ganuban dan malah berujung mendapatkan masalah baru.

Farrel penasaran bagaimana Putri bisa lolos dengan mudahnya. Dia tidak mungkin tidak ketahuan oleh salah satu anak Ganuban. Pasti mereka membiarkannya lolos dan membantunya, tetapi atas dasar apa?

Farrel akhirnya memutuskan untuk menyimpan semua pertanyaan itu. Ini bukan waktu yang tepat untuk mempermasalahkan itu semua. "Kenapa telat?"

Sebelum Putri menjawab, Farrel sudah mencoba untuk menebaknya duluan, "Pacar kamu gak ngejemput ya?"

Putri terdiam. Dia tidak bisa mengelak karena apa yang diucapkan oleh Farrel itu adalah sebuah fakta. Reynold memang tidak menjemputnya hari ini. Bukan karena Reynold melupakannya, dia memang sedang berperang dingin dengan lelaki itu.

"Wah kalo kaya gitu sih udah pertanda-pertanda dia selingkuh," Farrel kembali bersuara.

Putri menghembuskan napas beratnya. Ini bukan satu atau dua kali dia selalu mendapatkan ucapan seperti itu oleh orang-orang di sekitarnya setiap kali Reynold bersikap menjauh darinya. Meskipun Putri sudah cukup terbiasa mendapatkan omongan seperti itu, dia tetap merasa jengkel karena kali ini orang yang mengucapkannya itu bukanlah orang yang dekat dengannya.

"Maaf ya kak, tanpa mengurangi rasa hormat sebaiknya kakak gak usah sok tahu tentang hubungan aku sama Reynold," tegas Putri.

"Ehh sorry gue becanda doang," Farrel cepat-cepat meminta maaf. Mengingat-ngingat kini dia sudah kelas akhir, dia tidak mau memperburuk hubungannya dengan salah satu adik kelasnya itu. Sudah saatnya dia menebar kebaikan agar jalannya untuk menggapai kampus impian menjadi berkah.

Farrel kembali membuka suaranya setelah terdiam selama beberapa menit, "karena gue gak mau lagi berurusan sama cowok lo, kali ini gue biarin lo lolos."

"Tapi inget ya, besok-besok gue belum tentu bisa se-baik ini," Farrel memperingati.

Hari gini dia sering kali bertemu dengan orang yang tidak tahu diri setelah diperlakukan baik olehnya. Dia tidak mau Putri menjadi salah satu orang yang seperti itu.

"Gue harus bisa megang amanah gue sebagai sekretaris OSIS, gue harus jadi contoh yang baik sebetulnya," ujar Farrel dengan jujur.

Putri menganga tidak percaya. Dia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa dia tidak bermimpi kali ini.

Putra, Putri & PertemananWhere stories live. Discover now