14. Masa Depan

65 15 2
                                    

HALOO HALOOO APA KABAR SEMUANYAA??

BALIK LAGI NIH SAMA AKUU, ADA YANG KANGEN SAMA CERITA INI GAKKSS??

KALOO KANGEN MAU  DONG LIAT REACTION KALIAN DULUU

UDAH KASI VOTE KANN??

YU SPAM RANDOM COMMENT DISINI PPP

ENJOYY MET BACA ALL <3

–––

"Lantas untuk apa kita masih terjebak dalam masa lalu ketika Yang di atas sudah mempersiapkan cerita yang jauh lebih indah di masa depan?"

–––

Dua jam pelajaran sudah berlalu dan tak ada satu pun guru yang datang ke kelas 11 IPA 3. Semua siswa di kelas ini telah sepakat untuk tidak memanggil siapapun dari ruang guru. Mereka memilih untuk mempersiapkan ulangan Fisika yang akan dilaksanakan setelah jam pada mata pelajaran ini berakhir.

Alih-alih belajar untuk ujian, Putri malah mencoret-coret meja belajarnya. Gadis itu tampak sangat lemas tak seperti biasanya. Entah apa yang baru saja terjadi pada gadis itu hingga terlihat sangat lesu sejak tadi pagi.

"Cia," Panggil itu berhasil memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Hmmm," pemilik nama itu hanya berdeham. Gadis itu masih fokus menatap buku catatannya. Kalau soal belajar, Cia sama sekali tidak bisa diganggu oleh siapapun.

"Gue lintas jurusan aja gitu ya?" Tanya Putri sambil mencoret-coret mejanya.

Cia mengerutkan keningnya, dia cukup terkejut dengan pertanyaan yang baru saja Putri lontarkan. Semudah itu dia bisa berkepikiran untuk pindah.

"Kenapa emangnya?" Tanya Cia cukup penasaran dengan alasan Putri punya pemikiran seperti itu.

"Gue kangen sama Reynold," jawab Putri tanpa beban seolah-olah apa yang dia rasakan adalah hal yang sangat wajar.

Cia menghela napas panjangnya, dia sudah mulai terusik dengan tingkah sahabatnya itu. Cia sudah mengira Putri memiliki alasan lain atas perrnyataannya, "Yaelah kehalang tembok doang aja masih ngeluh."

"Nanti pas istirahat juga ketemu kali," lanjut Cia.

"Tapi kayanya asik gitu loh Cia kalau setiap saat bareng dia terus," ungkap Putri tidak terima. 

Entah mengapa rasanya tetap berat bagi Putri. Padahal kini mereka sudah berada di sekolah yang sama. Jarak bukan lagi sebuah masalah dalam hubungan mereka. Namun tetap saja dia tersiksa karena rasa rindunya. Putri tidak bisa melewatkan sedetik pun tanpa melihat wajah Reynold. 

"Put, nentuin jurusan tuh harus dari diri lo sendiri, alesan lo gak bisa karena orang lain kaya gitu," Cia mulai menasehatinya.

"Lo harus tau dulu cita-cita lo mau jadi apa, lo abis ini mau lanjut kemana baru lo bisa nentuin lo mau tetep stay di kelas ini apa pindah jurusan."

Putri mengangguk paham. Sebetulnya dia sudah paham dengan apa yang baru saja Cia sampaikan. Hanya saja untuk menerapkannya rasanya cukup sulit bagi Putri. Untuk saat ini yang ada di pikirannya hanyalah Reynold, Putri sama sekali tidak bisa membayangkan akan jadi apa dia di masa depan. 

"Ngomong-ngomong soal cita-cita, lo nanti mau jadi apa Cia?" Tanya Putri penasaran.

"Gue udah sering cerita loh padahal," ungkap Cia penuh kekecewaan. Siapa yang tidak kecewa jika sahabat terdekatnya sendiri melupakan hal yang cukup penting tentang dirinya. Mereka sudah berteman sejak SMP dan sudah berkali-kali pula Cia menceritakan tentang mimpi kecilnya itu.

Putra, Putri & PertemananWhere stories live. Discover now