12. Rencana

182 30 6
                                    

Udah lama banget gak sii aku gak up PPP wkwkwk, jujur kemarin lagi fokus sama TC tapi ujung"nya tetep kangen sama Putra Putri, so here it is!

Seperti biasa kita absen dulu yes

Kalian baca tanggal berapa?

Hari apa?

Jam berapa?

Makasii udah mau jawab, met baca all <3

–––

"Bukankah kita harus berhati-hati dengan rasa membenci karena perasaan bisa diputabalikkan begitu saja?"

–––

Pagi ini Rifqi, Nadhif, Farrel, dan Davin terpaksa harus mengadakan rapat dadakan untuk melanjutkan pembahasan mereka beberapa hari yang lalu. Mereka sudah biasa melakukan ini untuk berunding menghadapi suatu masalah. Bisa dibilang solidaritas mereka cukup tinggi, siapapun yang sedang mengalami sebuah masalah akan dibantu untuk diselesaikan dengan mereka semua.

Rifqi terpaksa harus mengadakan rapat seperti ini untuk membahas suatu permasalahan yang akhir-akhir ini cukup membuat kepala mereka terasa cukup pusing. Sudah berhari-hari Rifqi memikirkan jalan keluar dari masalah itu namun hasilnya nihil, dia tidak mendapatkan solusi apapun.

Jujur saja Rifqi sedikit menyesali atas keputusannya dahulu. Meskipun saat ini karena jabatannya dia jadi dikenal oleh semua orang, tetapi lelaki itu malah jadi lupa untuk memprioritaskan dirinya. Sudah saatnya Rifqi kembali memikirkan dirinya sendiri terutama tentang masa depannya. Saat ini dia sudah berada di kelas 12, sebentar lagi dia akan pergi meninggalkan sekolahnya dan melanjutkan sisa hidupnya ke jenjang yang jauh lebih serius lagi.

Kedepannya dia tidak bisa lagi bermain-main seperti ini. Saat dia sudah berkuliah nanti dia tidak bisa melakukan kebiasaan-kebiasaan di SMAnya lagi seperti membolos, tidak mengerjakan tugas, dan kenakalan-kenakalan lainnya. Ah tidak! Kelak Rifqi pasti akan merindukan masa-masa itu.

"Gimana? Lo semua udah nemu siapa yang bantuin Putri manjat tembok pembatas?" Tanya Rifqi tanpa bertele-tele berhubung waktu yang mereka miliki sangatlah terbatas.

"Maap Rif, tapi gue aja gak tahu gimana caranya," cengir Nadhif dengan wajah tidak berdosanya.

"Ya mikir gimana caranya bego," Rifqi mendaratkan tangannya di bahu Nadhif dengan cukup keras. Nadhif hanya bisa meringis sambil mengusap bahunya yang terasa panas setelah itu.

"Duh gimana ya, masalahnya kita-kita juga kagak ada yang kenal sama anak sebelah," Davin mengeluh.

"Dah lah anjir cari kandidat lain aja, angkuh gitu tu orang," Farrel mengeluh.

Jarang-jarang Farrel mengeluh seperti itu. Biasanya cowok itu lah yang selalu bersemangat untuk mencari solusi di setiap masalah yang sedang mereka hadapi. Farrel biasanya pantang menyerah dalam kondisi apapun.

"Iya gue males berhubungan sama dia," timpal Nadhif.

Rifqi sudah tidak bisa berkutik lagi sekarang. Semua teman-temannya sudah angkat tangan rupanya. Kini sudah tidak ada pilihan lain selain mencari kandidat baru untuk menggantikan posisi Rifqi selama ini. Permintaan Reynold sangat sulit untuk diwujudkan. Tampaknya lelaki itu memang sengaja secara tidak langsung menolak tawaran Rifqi.

"Bentar-bentar, di daerah situ ada CCTV gak sih?" Tanya Davin yang akhirnya menemukan sebuah titik pencerahan.

Rifqi mendengus sebal, "Kan CCTVnya lo yang rusakin biar gak ada guru yang liat kalau lo ngerokok."

"Ah sial, masa iya kita harus tanya satu-satu ke mereka?" Nadhif mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kalau di SMA Nusa bangsa ada CCTV nya gak di sana?" tanya Rifqi.

Putra, Putri & PertemananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang