Angkasa 26: Menjemput Kepulangan Dalam Dekapan Kebahagiaan

133 23 11
                                    

"Angkasa bilang, dia bahagia kalo Sahmura memeluknya. Angkasa pengen dipeluk kamu."

Bagai sihir, perkataan dari Anindya itu melekat begitu lama pada pikirannya. Seolah semesta sengaja memerintahkan Sahmura untuk membuat sang Angkasa bahagia.

Mungkinkah ini yang terbaik? Mungkinkah setelah ia memeluknya, semua akan baik-baik saja? Apakah dengan cara itu, ia bisa berdamai dengan dirinya sendiri? Apakah hubungan dengan sang abang juga akan membaik?

Beribu tanya itu terus saja menghampiri isi kepala Sahmura. Tetapi malam ini, ia yakin. Jika semua tanya itu akan terjawab saat dirinya memeluk Angkasa.

Wahai tuan semesta, apakah ini memang benar-benar saatnya? Karena entah harus sampai kapan Sahmura menunggu Angkasa pulang. Entah sampai kapan ia menunggu Angkasa menepati janjinya.

Beberapa kali perempuan itu menghubunginya tetapi sia-sia saja karena ponsel pria itu tertinggal di atas sofa.

Sahmura sudah memantapkan diri hendak memeluk Angkasa, tapi yang ditunggu tak kunjung jua pulang.

Tetapi Sahmura, kau tahu? Angkasa telah menepati janjinya. Angkasa telah pulang.

Iya. Ia akhirnya pulang menemui Sahmura saat jam menunjukkan pukul sebelas lebih sebelas menit.

Pukul 11.11 malam.

Sahmura tersenyum amat bahagia saat mendengar pintu rumah terbuka. Ia beranjak dari duduknya. Kepalanya tertunduk dengan pandangan ke bawah seraya tersenyum malu-malu, ia segera berlari menghampiri Angkasa. Memeluk laki-laki itu dengan begitu eratnya.

Gadis berlian itu amat bersemangat sampai-sampai, ia tidak memperhatikan dengan baik bagaimana Angkasa malam itu.

Angkasa sedikit terkejut dan hampir terhuyung jatuh menerima pelukan itu. Tetapi ia tersenyum. Kedua sudut bibirnya yang sudah mulai pucat perlahan terangkat, begitu pula dengan sebelah tangannya yang bergetar. Membalas pelukan Sahmura.

Air matanya perlahan mulai menumpuk, dengan cepat membendung pada kedua pelupuk matanya.

Sahmura akhirnya memeluknya. Sahmura telah memaafkannya.

Angkasa mengeratkan pelukannya. Sebelah tangan yang semula menekan luka pada perutnya kini ia lepaskan, kedua tangannya kini erat memeluk Sahmura. Sang Bizurai berusaha mengabaikan segala rasa sakitnya.

Ia ingin menikmati momen ini. Momen dimana Angkasa mencapai titik bahagia terbesarnya.

Kebahagiaannya yang abadi.

"Sahmura udah peluk abang. Sahmura udah maafin abang. Sahmura udah maafin diri sendiri. Sahmura udah terima semuanya. Abang harus bahagia ya bang?"

Sebuah air mata bahagia milik Angkasa, meluncur dengan bebasnya usai Sahmura mengucapkan untaian kalimat itu.

Iya Sahmura, abang bahagia.

Bibir Angkasa terbuka. Hendak memberi kabar pada Sahmura, bahwa dirinya bahagia. Tetapi lidahnya bagai dikunci rapat, rasanya sangat amat sulit.

"Abang bahagia?" tanya Sahmura.

Angkasa meneguk ludahnya susah payah. "Bahagia dong! Sahmura?" jawab juga tanyanya berusaha untuk terdengar baik-baik saja.

"Bahagia banget!"

Angkasa tersenyum, walau kini napasnya semakin memberat. Dadanya sesak. Tangannya semakin erat memeluk Sahmura, seolah ia ingin berlama-lama dalam dekapan gadis berlian itu.

Raja Muda AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang