Angkasa 15: Jangan Tinggalin Sahmura

144 29 13
                                    

Sahmura menggigit kukunya merasa gelisah. Ia melirik, melihat ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Hujan besar di luar sana, tetapi Angkasa tak kunjung jua pulang. Sahmura sedikit mengkhawatirkannya.

Suara hujan besar di luar sana juga suara pelan dari televisi yang menemani Sahmura malam itu, nenek sudah pergi tidur sejak pukul setengah sepuluh. Dan Sahmura masih terjaga untuk menunggu Angkasa.

Sahmura melangkah, mengintip dari kaca jendela rumah untuk kesekian kalinya. Gadis berlian itu kemudian lagi-lagi menggigit kukunya, melirik ke arah pintu rumah.

Perempuan itu lalu menghampiri pintu dan dengan ragu membukanya. Sang bayu dengan cepat menerpanya, hawa dingin langsung dirasakan olehnya, yang tidak lama, suara petir terdengar menggelegar lengkap dengan kilatan cahayanya.

"Astaga!" pekik gadis itu, Sahmura kemudian kembali menutup pintunya.

Niatnya untuk mencari Angkasa tiba-tiba saja melebur. Selain karena udara dingin yang membuatnya merasa malas dan petir yang membuatnya takut, Sahmura juga tidak pernah keluar rumah selarut ini. Angkasa selalu melarangnya.

Tetapi Sahmura juga mengkhawatirkan sang abang yang entah kapan akan pulang karena tidak biasanya Angkasa melanggar janji untuk pulang. Sejak tadi juga Sahmura berusaha untuk berpikir positif, mungkin saja Angkasa sedang berteduh, tetapi kenapa tidak menghubungi Sahmura?

Terakhir Angkasa mengirim pesan kepada Sahmura itu pukul sepuluh, mengetikkan tiga buah huruf pada pesannya, 'Otw', tetapi sudah hampir satu jam Angkasa belum juga sampai, padahal, jarak dari rumah Jonathan dengan rumahnya juga tidak terlalu jauh. Angkasa sudah bisa sampai bahkan kurang dari tiga puluh menit.

Lalu, kemana Angkasa sebenarnya?

Di sisi lain, Angkasa yang sejak tadi sudah tersadar dan mendapati tubuhnya sudah basah kuyup, mulai menyapu pandang, memperhatikan sekitarnya yang gelap.

"Bunda!" pekik sang pemuda Bizurai pelan, ia terkejut setengah mati saat melihat kilatan petir yang disusul oleh suaranya yang menggelegar.

Pemuda Bumantara itu memejamkan matanya, tubuhnya meringkuk, bergetar karena dingin juga takut. Kedua tangannya yang masih terikat mengepal. Tubuhnya terasa kebas, kepalanya terasa berat juga sakit.

Angkasa kemudian membuka matanya secara perlahan, melirik ujung gang di depannya.

Angkasa ingin pulang, tetapi bagaimana? Angkasa amat kedinginan juga ketakutan. Kakinya terasa sakit mengingat tadi diinjak cukup keras oleh Ryan, tangannya juga masih erat terikat.

Angkasa harus bagaimana wahai tuan semesta?

Sahmura melirik ke arah jam di dinding, kekhawatirannya semakin terasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sahmura melirik ke arah jam di dinding, kekhawatirannya semakin terasa. Keinginannya untuk mencari Angkasa juga semakin kuat.

Gadis itu mengusap wajahnya, kemudian matanya melebar dan dengan yakin ia bergumam. "Oke!"

Raja Muda AngkasaWhere stories live. Discover now