Angkasa 09: Maafkan Angkasa Wahai Jagat Raya

128 29 7
                                    

"Makasih bu...."

Angkasa melangkah keluar usai membayar permen loli stroberi yang ia beli di salah satu warung pinggiran jalan itu.

Pukul sembilan malam, Angkasa yang masih mengenakan seragam sekolahnya baru pulang dari rumah Jonathan. Saat ia melewati sebuah warung kecil di pinggir jalan, ia tiba-tiba saja teringat sudah menjatuhkan es krim Anin tadi sore. Karena uang jajannya sudah tersisa sedikit, jadi ia membeli permen loli stroberi sebagai gantinya.

Tidak sepadan memang, tetapi mau bagaimana lagi? Sisa uang jajan Angkasa tidak cukup untuk membeli es krim. Hendak membeli permen sebanyak sisa uang miliknya juga nanti kasian Aninnya, takut gadis itu malah sakit gigi karena terlalu banyak memakan permen.

Angkasa merogoh ponsel dari dalam saku celananya saat sudah dekat dengan rumah Anin, hendak mengirimi Anin pesan dan bertanya; apakah gadis itu sudah tidur? Jika belum Angkasa hendak mengunjungi rumahnya.

Tetapi niatnya tiba-tiba saja urung saat sudah sampai pada pertigaan rumah Anin. Langkahnya tiba-tiba saja berhenti, laki-laki itu terdiam. Perlahan melangkah mundur, bersembunyi dibalik tiang listrik.

Garis wajah laki-laki itu tiba-tiba saja menurun.

Anin ada di sana, di depan gerbang bersama dengan Wildan yang terlihat baru saja hendak pulang dari rumah Anin.

"Makasih ya martabaknya, tadi mama kayaknya suka banget deh."

"Sama-sama... kalo suka nanti aku beliin lagi deh!"

Angkasa meneguk ludahnya mendengar percakapan yang diakhiri oleh tawa Anin itu. Ia menunduk, memandangi permen loli di tangannya.

Laki-laki itu menghela napas. Melanjut langkahnya untuk pulang setelah tidak lagi terdengar suara motor Wildan dan setelah terdengar suara gerbang di tutup dari rumah Anin.

Sial. Sungguh sial Angkasa hari ini. Benar-benar hari yang buruk bagi Angkasa.

Tertimpa lemari, dikejar polisi, melihat Anin dan Wildan, lalu sekarang? Ya Tuhan... kenapa pula hujan harus turun dengan begitu derasnya saat Angkasa belum sampai ke rumah?

Angkasa menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena air hujan setelah berhenti di warung bi Eem dan ikut berteduh di sana. Ia melipat kedua tangannya di atas dada, memeluk tubuhnya saat dirasa udara mendingin.

Pemuda Bizurai itu mendongak, melihat langit kelam malam. Bumantara menggertakan giginya menahan rasa dingin.

Angkasa ingin pulang. Sahmura sedang sakit di rumah, ia pasti membutuhkan Angkasa.

Tetapi hujan besar yang disertai angin  malam ini, membuat Angkasa harus tertahan di sini.

Menyebalkan! Benar-benar hari yang sial!

Angkasa berdecak kesal saat merasakan getaran pada saku celananya. Tangannya bergerak, meraih ponselnya dan melihat siapa yang meneleponnya di saat seperti ini.

Nama 'nenek' tertera pada layar Angkasa, dengan segera laki-laki itu mengangkatnya.

"Halo Angkasa? Kamu pulang?" tanya yang diseberang sana.

"Iya nek, ini kejebak hujan. Kenapa?" jawab dan juga tanya Angkasa.

"Sahmura nyariin kamu, tapi kalo masih hujan tunggu nyampe reda dikit aja nggak papa."

"Iya, sekarang Angkasa pulang."

Panggilan itu diakhiri oleh Angkasa. Tanpa berpikir dua kali, laki-laki itu segera berlari menerobos hujan. Pulang, menemui Sahmura.

Raja Muda AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang