BAGIAN 27

619 46 28
                                    

÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷


Mereka sudah keluar dari penjara berbentuk gedung. Juga sudah mengelabui pak sopir untuk pulang dahulu. Robin sedang tak ingin ke rumah. Seperti kata Zahin, kalo kabur jangan nanggung.

Sepasang pemuda tanpa ikatan jelas itu hanya berjalan berdampingan. Robin melihat aneh tangan gadis disampingnya yang terus saja bergerak ke depan belakang, persis anak TK. Untung rambutnya di kuncir kuda, dan bergerak ke kanan-kiri.

Dari tangan beralih ke kaki mereka yang terlihat unik. Zahin dengan sepatu hitam kebesaran milik Robin, sedangkan Robin sendiri hanya memakai kaos kaki. Nggak mungkin juga Robin pake high heels, bisa-bisa di ketawain warga wattpad gara-gara tokoh utama mulai mlehoy.

"Makasih," kata Robin tiba-tiba.

"Buat?" tanya Zahin tanpa melihat Robin, ia sedang asik memandangi pemandangan sekitar. Kadang kala tepuk tangan dengan sendirinya.

"Semuanya."

Zahin nengok ke samping. "Aku terima ucapan makasihnya kalo jawab pertanyaan aku."

"Apa?"

Zahin memegang tangan Robin, membawa Robin duduk di pinggir jalan, di trotoar lebih tepatnya. Sejujurnya ia capek terus-terusan membuat kakinya berjalan.

Dia memegang kedua pundak Robin, lalu di dorong ke bawah. Sedangkan jas yang berada di pundak Zahin di taruh di samping Robin lalu mendudukinya. Sayang kalo pakaian barunya kotor, padahal itu cuma stelan pembantu.

"Oke! jadi aku kena penyakit apa? inget kan pas di mall Robin bilang mau kasih tau. Emang separah itu ya sampai tadi dada aku sesek," kata Zahin seserius mungkin. Walaupun seriusnya Zahin tetap membuat Robin ingin ketawa.

Robin membuang muka. "Nggak mau jawab."

"Kok gitu? Ish, emang perkataan cowok nggak bisa di pegang!"

Zahin pernah dengar kalimat itu di jalan. Lalu perempuannya bilang 'putus', dan di pukul menggunakan tas. Saat itu Zahin langsung merubah objeknya, dari pemandangan Monas menjadi sepasang kekasih yang akan kandas.

"Perkataan emang nggak bisa di pegang, cuma bisa di denger. Kalo perkataan bisa di pegang, teksturnya bakal kaya gimana coba?" Robin sedang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya juga sih... " Robin tersenyum kecil-caranya berhasil, dia pasti sedang berpikir tentang perkataannya.

"TAPI!"

Ucapan Zahin yang tiba-tiba membuat Robin memegang dadanya karena terkejut.

"Robin tetep harus bilang aku kena penyakit apa!"

"Nggak mau."

"Ngeselin ish! kembaliin pipi yang tadi udah aku cium!" Zahin sudah menekuk kedua tangannya di dada.

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now