BAGIAN 17

1.1K 98 113
                                    

÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷

Robin sedang mencari rumah Zahin, ia ingin membawanya kembali. Dia tidak bersalah, jadi sudah sepatutnya Zahin tak dihukum. Ini salahnya karena terlalu percaya pada bukti daripada ucapan.

Padahal Robin tau sendiri sepolos apa Zahin itu. Turun dari eskalator saja tak berani apalagi mencuri. Sekarang Robin sadar, jika ia memerlukan Zahin. Ia tak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri, ini gara-gara Mamanya yang terlalu memanjakan Robin.

Sekarang ia sudah ada di depan rumah Zahin, dia ragu untuk mengetuk pintu. Robin mengetahui alamat Zahin setelah mencari berkasnya. Disana tertera alamat dan nomor telepon. Sebenarnya ia ingin menelepon terlebih dahulu tapi ia tak yakin Zahin akan mengangkatnya jika tau dia yang menelepon.

Tok tok tok.

Tak lama pintu terbuka. "Zahin," celetuk Robin saat orang yang membuka pintu adalah orang yang dicarinya.

Zahin sedikit terkejut, namun tak lama dia menutup pintu. Belum sempat pintu tertutup, tangan Robin sudah terlebih dahulu menghalanginya.

"Zahin!" panggilnya dengan nada tinggi. Refleks karena Zahin tidak sopan padanya.

Zahin menekuk kedua tangannya di dada. Majikannya—maksudnya mantan majikannya masih tetap sama, suka marah-marah dan suka teriak-teriak.

Ingatkan Zahin jika Robin sudah memecatnya. Mantan majikan.

"Siapa yang suruh lo buat tutup pintu?"

"Siapa yang suruh tuan muda kesini?"

Robin menghela nafas, ia tidak boleh marah-marah. Bukan untuk itu tujuannya datang kemari. "Maaf," kata Robin tulus, kepalanya juga sudah tertunduk.

"Buat apa?"

"Udah pecat lo."

"Terus?"

"Udah nuduh lo."

"Terus?"

Robin terlihat sedang bepikir. "Terus? eum... udah marahin lo?"

"Terus?"

Robin menegakkan kepalanya. "Emang ada lagi?"

Zahin menurunkan kedua tangannya yang tadi menekuk di dada. "Huft... tuan muda buat aku bangun terlalu pagi, buat aku ngegantung di kamar, nyuruh aku nikahin semut, nyuruh aku jalan ngesot terus ninggalin aku di... di, di—" Zahin menjeda kalimatnya. "Aduh, aku lupa namanya," ucap Zahin pelan supaya Robin tidak mendengarnya.

Nyatanya Robin masih mendengarnya. "Di mall," koreksi Robin.

"Nah itu maksudnya, namanya susah."

Jawaban Zahin membuat Robin menahan kuat bibirnya untuk tidak tertawa. Walaupun tetap masih terlihat jika ia ingin tertawa.

"Jangan ketawa! aku lagi serius tau!"

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now