BAGIAN 1

3.9K 373 475
                                    

÷÷÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷÷÷

"Saya berharap kamu betah di sini," pesan Hazel dengan penuh harap, dia mengatakannya saat Zahin sudah berdiri. Ia hanya membalas perkataan majikannya dengan senyuman dan juga anggukan.

Setelah itu Hazel pergi, ia kembali ke rumah karena meninggalkan berkas pentingnya. Dan juga dia ingin kesini untuk mengecek Zahin. Untung saja Hazel datang tepat waktu, jika tidak maka Zahin pasti sudah pergi dari mansionnya.

"Mari saya antar ke kamar," cicit salah satu pembantu, saat melihat Zahin celingak-celinguk kebingungan. Persis seperti orang yang mau menyeberang.

Dia pembantu yang sama, pembantu yang membangunkan Robin dengan mengetuk pintu kamarnya. Namanya Tina, ia terlihat ramah dan tentu saja baik.

Perjalanan ke kamar Zahin juga dibumbui dengan perkataan Tina yang menjelaskan tugas Zahin di rumah ini. Sepertinya mereka akan menjadi teman.

Kata yang sering keluar dari bibirnya adalah 'wow' dan 'wah' dengan mata yang berbinar-binar. Ia benar-benar kagum dengan kamarnya. Kamar pembantu saja sebagus ini, apa kabar sama kamar utama.

 Kamar pembantu saja sebagus ini, apa kabar sama kamar utama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu, ibunya.

Dia tak memiliki ponsel, Zahin menatap wanita yang ada di kamarnya. Dia sedang membantu Zahin untuk menata ruang kamarnya.

"Eum, boleh pinjem ponsel?" Tanya Zahin ragu-ragu.

"Tentu," gadis itu memberikan ponselnya kepada Zahin.

"Aku pergi dulu Zahin, tidak baik jika aku menguping pembicaraanmu dengan ibumu," jelas Tina.

~|•|~

Zahin tiduran di kasurnya, merehatkan sejenak tubuhnya. Memikirkan hari esok yang pastinya akan membutuhkan banyak tenaga.

Ia juga sudah di beritahu jika Zahin berkerja di sini sebagai baby sitter, dan anak yang akan di rawatnya adalah Robin, remaja berusia 17 tahun, tentu saja ia terkejut tapi dia juga tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia tak berhak. Lagian Zahin sudah menerima apapun pekerjaannya yang penting halal.

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now