BAGIAN 10

1.5K 116 168
                                    

÷÷÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷÷÷

Byur.

"Baju gue basah!" pekik Zina saat air mengenai pakaian mahalnya. Itu gara-gara Robin yang tiba-tiba meluncur ke dalam kolam renang dan membuat Zina kesal melihatnya.

Robin buru-buru datang ke kamar karena feeling-nya buruk. Benar saja, saat sampai di tempat hibernasinya, dia melihat Zahin sedang berada di kolam renang. Sedangkan Zina sudah berjalan meninggalkan Zahin dengan muka tanpa bersalah.

Tanpa pikir panjang, dia segera berlari ke arah kolam dan menjatuhkan tubuhnya hamparan air. Dia meraih tubuh Zahin kemudian menaruhnya ke dalam dekapannya, sebenarnya kolam renang ini tidak terlalu tinggi atau dia yang terlalu tinggi, entahlah.

Intinya Robin cukup berdiri dengan tegak dan Zahin sudah ada di kedua tangannya, dia berjalan menaiki tangga yang memang ada di sini.

Zahin memeluk Robin erat-erat, mungkin jika Robin membuka bajunya akan terlihat bekas pegangan Zahin yang memerah karena terlalu kuat berpegangan.

Dia belum sampai pingsan hanya saja sudah menggigil, ia kembali bersembunyi di dada miliknya—entah untuk keberapa kalinya. Tapi hari ini Robin memakluminya karena mungkin Zahin kedinginan, atau bisa saja dia trauma.

"Takut ... " cicit Zahin pelan namun Robin masih mendengarnya.

"Ada gue," kata Robin untuk menenangkan Zahin.

Robin mengambil jas berwarna hitam dengan kakinya, kemudian dengan susah payah dia menaruhnya di tubuh Zahin.

"Rob—" ucapan Zina terhenti saat Robin melewatinya begitu saja.

Robin membawa Zahin ke kamarnya, merebahkan tubuhnya dengan nyaman. Zahin langsung memejamkan matanya, mungkin dia kelelahan.

Dia mengambil handuk dan mengelap tubuhnya yang terkena air. Baru setelah itu dia menyelimutinya hingga sampai di dadanya. Kemudian menyalakan penghangat ruangan.

"Lo tidur, nanti gue balik lagi," pesan Robin sebelum pergi, sedangkan Zahin mengangguk pelan tanpa mau membuka mata.

Sebenarnya Robin ingin menyuruh Zahin ganti baju, tapi sepertinya ia tak akan kuat. Dia sangat lemah, seperti orang yang kekurangan gizi. Biarlah kasurnya basah, nanti juga ada pembantu yang akan mengeringkannya atau mengganti kasurnya.

Awalnya dia ingin membawa Zahin ke kamar miliknya, tapi terlalu kejauhan. Gadis itu memang ringan, tapi dia malas berjalan jauh.

Robin menatap Zina dengan tajam, dia menghampiri temannya yang ada di kolam renang. Membawanya pergi dari kamarnya dengan paksa.

Sekarang mereka sudah ada di luar kamar.

"Lo kapan berubah sih?!" tanya Robin dengan geregetan.

"Gue bukan Power Rangers," jawab Zina dengan santai.

"Kazina!" pekik Robin.

Kenapa gadis ini tidak bisa serius dengan perbuatannya. Dia hampir saja membunuh anak orang, bisa-bisanya ia menjawab seperti itu.

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now