BAGIAN 3

2.4K 260 238
                                    

÷÷÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷÷÷

Sekarang sudah beberapa hari Zahin berkerja di sini, jika dikatakan betah atau tidak. Zahin sama sekali tak betah, ia di suruh dari pagi sampai malam.

Bahkan tengah malam juga pasti Robin akan mengganggunya dengan tombol yang membuat alarm di kamarnya berbunyi, lalu saat di cek Robin tertidur. Begitu saja terus hingga beberapa kali, hingga Robin capek sendiri.

Belum lagi saat pagi hari ia akan di suruh ini itu seperti biasanya. Yang membuat Zahin heran itu karena perintah Robin yang kurang masuk akal.

Jika Zahin disuruh menyapu, mengepel, mengelap atau merapikan kamar baginya tidak masalah. Tapi jika disuruh untuk mengganti channel televisinya, mengambilkan sendal, menyelimutinya saat akan tidur, membacakan cerita dengan nada keras sampai membuat bibir Zahin kering-baginya itu cukup aneh, karena Robin bukanlah bayi.

Dan sekarang ia menjadi lebih aneh lagi, suruhannya makin menjadi-jadi. Bayangkan saja Zahin di suruh mencari dua semut rangrang yang satu berjenis kelamin betina dan yang satu lagi jantan. Bagaimana Zahin bisa tau mana yang betina dan yang jantan? Zahin saja tak tau kelaminnya dimana dan bentuknya seperti apa.

Setelah sudah mencarinya, Robin memintanya untuk menjodohkan kedua semut itu hingga memiliki anak.

Walaupun permintaannya mulai gila Zahin tetap melakukan apapun yang diinginkan Robin, ia tak ingin dipecat. Ia membutuhkan uang untuk ibunya.

Pamannya juga pasti akan memalak ibunya, meminta uang padanya tanpa tau bagaimana kondisi ibu.

Zahin baru saja masuk ke dalam kamarnya, jalannya pun berpegangan pada tembok. Kakinya lelah dan letih untuk berjalan.

"KEBAKARAN!"

Zahin yang mendengar teriakan itu sesegera mungkin berlari secepat yang ia bisa. Dia berlari menuju keluar kamarnya.

Brakh!

Zahin terpeleset ke lantai karena di depan kamarnya ternyata ada sebuah kelereng. Kepalanya merasakan apa itu pusing walaupun hanya sebentar saja.

Belum lagi air yang jatuh dari atas menuju tubuhnya, membuat pakainya basah kuyup. Zahin melihat pakaiannya yang telah terkena air.

Tak lama ada Tina berjalan ke arah Zahin, ia akan membantu Zahin berdiri sayangnya kakinya terpeleset hingga tepung berwarna putih mewarnai pakaiannya.

"Maaf," ujar pembantu itu secara spontan sambil membantu Zahin berdiri lagi.

"Iya nggak papa kok," kata Zahin setelah berdiri.

Sedangkan di tempat lain Robin mencoba untuk menahan tawanya dengan menggigit bibirnya kuat-kuat sambil menutup mulutnya mengunakan kedua tangan milik dirinya.

Ia sangat senang karena semua berjalan lancar, apalagi ada pembantu yang tak sengaja menjatuhkan tepung, membuat rencananya menjadi lebih spektakuler.

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now