MASALAH BARU

44 3 0
                                    

Sore hari yang menghadirkan suasana sedikit demi sedikit temaram di seluruh penjuru nusantara. Wilayah lintasan garis khatulistiwa mulai memboyong suasana gelap, itu adalah pertanda kalau kejadian-kejadian aneh akan segera dimulai. Kepergian semburat arunika kerap menjadi pertanda, kalau daerah di pesisir Pantai Sejarah membawa nuansa mencekam.

Ketika keluarga besar Jefri sedang beraktivitas dan bercokol di ruang tamu, seseorang pun mengentuk pintu beberapa kali. Terdengar seperti hendak mendobrak. Dengan langkah sedikit gontai, Jefri pun melompat dari atas sofa sembari membuka perlahan pintu itu.

Seseorang berperawakan seperti preman tertegun sembari membuang tatapan galak, netra masing-masing orang itu juga seperti tampak kesal.

"Mohon maaf, kalian cari siapa, ya?" tanya Jefri.

"Ha-ha-ha ... pakai nanya lagi. Ya, jelas kami cari kamu!" pekik salah satu dari mereka, lelaki berambut panjang dan memakai tato corak naga.

Karena Jefri merasa tidak ada urusan dengan orang-orang itu, dia pun keluar dari rumah dan menghadap ketiga lelaki beringas di hadapan, lalu Jefri menjawab, "sepertinya kalian salah dalam mendatangi rumah, kami tidak pernah ada urusan sama kalian."

Teman yang satunya malah mendekat dan mencengkeram kerah baju Jefri, dia mendelik dan berkata, "kami datang ke sini atas perintah bos kami." Kemudian, dia melepas cengkeramannya.

"Jangan main kasar, kita di sini hendak menagih utang, bukan hendak cari keributan," jawab teman satunya lagi.

'Utang? Maksud mereka utang apa, ya?' tanya Jefri dalam hati.

"Sebaiknya masuk dulu ke dalam, kita bicarakan baik-baik." Jefri mempersilakan ketiga orang itu.

"Sudahlah! Kami tidak mau masuk ke rumah. Kami hanya ingin menagih utang-utangmu pada Bos Alex," jelas lelaki yang paling depan.

"Utang apa ini?" tanya Jefri masih penasaran.

Kemudian satu dari mereka mengambil dokumen di dalam koper hitam dan membuka tiap lembar surat-surat itu, terlihat jelas bahwa Jefri Adriansyah sedang berutang sebanyak 2 miliar rupiah, karena kasus yang ketika itu menimpahnya. Sekarang Alex malah menuding balik dengan berbagai bukti yang dipalsukan, tertera gugatan itu telah ditanda tangani pengacara ternama.

Dalam posisi terpuruk, Jefri hanya mampu tertegun sembari kebingungan. Pasalnya, dia tak tahu harus berbuat apa.

"Bilang sama bos kalian itu, kalau saya tidak merasa berutang sebanyak 2 miliar pada siapa pun!" pekik Jefri ngegas.

"Kami tidak mau tahu soal utang-utang Anda, karena yang kami tahu adalah menagih dan menjalankan tugas. Para petinggi perusahaan besar juga telah setuju dengan penegakkan hukum ini," ujar lelaki yang membawa dokumen.

Tak berapa lama, Mirna keluar dari dalam rumah dengan langkah gontai, wanita tua itu berdiri di antara perseteruan yang terjadi saat ini. Kemudian, netranya tercengang dengan kehadiran ketiga lelaki berperawakan sangat menyeramkan itu.

Karena sangat penasaran, Mirna pun bertanya, "maaf, kalian siapa, ya?"

"Kami dari perusahaan, Bu."

"Apa yang kalian lakukan di sini? Kami tidak pernah berbuat keributan," papar Mirna sekenanya.

"Memang tidak pernah membuat keributan, Bu. Tapi ... membuat kekacauan dalam perusahaan. Karena saudara Jefri Adriansyah telah melakukan penggelapan uang sebanyak 2 miliar rupiah."

"Apa! Tidak mungkin. Anak saya tidak mungkin berbuat seperti itu," tukas Mirna menaikkan nada suaranya.

"Maaf, Pak, intinya kami akan memberikan tempo dalam dua minggu ke depan. Kalau Anda tidak bisa melunasi utang-utang itu, siap-siap rumah ini akan kami bongkar." Ketiga lelaki itu pun memutar badan sembari membungkam perkataan.

Pengantin Kutukanजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें