24. Dia kabur🐾

33 7 0
                                    

Airin dan Asya menatap sekilas ternyata ada Yuda dkk bersama beberapa guru. Ia menyeringai lalu mengambil sesuatu dibalik sakunya lalu melemparnya. Setelah itu muncul beberapa asap biru untuk mengecoh orang lain.

"Lo kalau mau dihukum silahkan gue nggak mau apalagi ada catatan hitam," bisik Airin yang diberikan anggukan oleh Asya.

Setelah murid-murid dan para guru terkecoh mereka segera berlari dengan kecepatan tinggi. Setelah tersadar para guru segera meneriaki Airin dan Asya.

"AIRIN! ASYA! JANGAN LARI KALIAN!"

Airin dan Asya segera memanjat ke atas pohon rambutan yang cukup tinggi. Ia menahan tawanya disaat-saat para guru juga Yuda dkk mencari keberadaan mereka.

"Licik juga Lo," bisik Asya dengan menyeringai.

Namun, tidak lama mereka harus menahan napas karena dibawah ada Yuda dkk. Ia terlihat santai namun tidak dengan isi hatinya karena takut akan ditulis catatan hitam BK.

"Anjir! Dimana tuh duo titisan iblis?! Cepat banget larinya, asu!" seru Ali dengan mengipas-ngipas wajahnya karena kepanasan.

"Mereka pasti nggak jauh dari sini," ucap Yuda dengan muka datar.

Tian hanya diam sembari melirik ke atas pohon rambutan. Ia sebenarnya mengetahui dimana kedua saudara itu berada tapi tidak mempunyai keinginan memberitahu.

"Kita pergi aja, yuk!" ajak Andra dengan wajah masam karena bosan.

Airin dan Asya yang melihat itu seketika tersenyum puas. Mereka tetap berada di atas sebelum Yuda dkk pergi lebih jauh.

"Mereka ternyata bodoh!" seru Asya dengan tertawa kecil.

"Kita harus pindah," tekan Airin dengan muka dingin.

"Kenapa?" tanya Asya dengan mengangkat alisnya.

"Mereka bukan orang yang sebodoh itu. Mereka pasti sudah mengetahui keberadaan kita tapi seolah-olah tidak mengetahui agar membuat kita lengah," jelas Airin dengan mengepalkan tangannya.

"Ah, ternyata memang murid kebanggaan guru."

Tiba-tiba dibalik dinding ada Yuda dkk bersama para guru. Airin yang melihat itu hanya menyeringai karena mereka terlihat licik juga.

"Kita naik lebih tinggi karena gue pastikan mereka membawa tangga," bisik Airin dengan menyeringai.

Airin memulai memanjat lebih tinggi lalu diiringi oleh Asya. Namun, karena ada salah cara Asya hampir terjatuh jika tidak ditarik oleh Airin.

Semua orang yang melihat itu berteriak histeris ada juga yang kebingungan. Saat itu Asya duduk dipangkuan Airin yang terlihat aneh bagi orang lain. Airin segera meletakkan Asya disampingnya lalu menatap sinis ke bawah.

"Anjir! Homo ya Lo! Jijik banget gue! Gue masih ingin punya suami bukan istri!" seru Asya dengan muka jijik.

"Ah, benarkah? Jika kita bukan adik gue sudah dipastikan akan Lo jadi pacar gue," ucap Airin dengan mengangkat alisnya.

Semua orang yang mendengar itu seketika terkesiap termasuk Asya yang hingga menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Yuda juga tidak mempercayai hal ini pantas saja selama ini.

"Anjir! Pantas aja Lo selama ini nggak tertarik sama cowok ternyata Lo suka sesama gunung!" seru Tian yang seketika menjadi merinding.

Airin yang mendengar itu seketika tertawa terbahak-bahak yang baru kali ini dilihat oleh murid-murid dan guru. Airin mengelap air matanya yang sedikit keluar karena terlalu lama tertawa.

"Tapi sayangnya gue nggak suka gunung gimana, dong?" ucap Airin dengan terkekeh kecil.

"Lah, tadi katanya jika nggak saudara mau jadiin adik Lo pacar," ucap Andra dengan menggaruk tengkuknya.

[TBM] The Biggest Mistake (END)Where stories live. Discover now