2. Geng Achazia 🐾

78 16 7
                                    

Orang selalu saja membandingkan wajah, kami memang saudara bukan berarti wajah dan sifat sama - Airin

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

Airin menatap wajah Niki sekilas dengan mengangkat bahunya. Ia tidak peduli dengan orang yang hanya membuat emosinya bergejolak.

"Masih aja punya muka setelah diledek oleh murid lain," cibir Niki dengan tersenyum mengejek.

Niki gadis perpaduan darah Jawa- Palembang itu memiliki wajah yang tirus dengan kulit sawo matang. Matanya menatap kearah Airin yang acuh tak acuh kepadanya.

Airin sebenarnya sangat risih ditatap sedemikian rupa apalagi kepada orang yang tidak tahu malu seperti Niki. Ia jadi bingung kenapa Ayu mau-maunya saja berteman orang yang tidak tahu di untung padahal mereka sudah mengetahui bagaimana sifat asli gadis itu.

Airin ingin rasanya mengatakan dihadapan wajah gadis itu bahwa perbuatan siapa yang menyebabkan mereka seperti ini. Namun, ia tidak bisa mengucapkan kata itu hanya gentayangan dipikirannya. Ia juga melihat Niki sepertinya orang yang suka mencari masalah dengan orang lain buktinya bertengkar dengan teman sekelas juga murid kelas lain.

"Sudah-sudah Niki Lo jangan cari masalah sama Airin orang dia dari tadi hanya diam," tegur Ayu yang tidak mau kedua temannya bertengkar.

"Tapi dia ngeliat gue sinis banget Ayu," sahut Niki dengan menatap sinis.

Airin meletakkan ponselnya dimeja lalu menatap Niki dengan menyeringai. Kali ini ia tidak bisa membiarkan gadis itu menuduhnya. Dia bisa saja mentoleransi kalau dirinya diejek, namun tidak dengan difitnah ia tidak akan pernah bisa diam.

"Gue nggak pernah liat Lo dengan sinis seharusnya Lo sudah mengerti sifat gue karena kita sudah 1 tahun dikelas yang sama. Lalu gue nggak suka difitnah," ucap Airin dengan menatap dingin Niki.

Semua orang terkejut mendengar penuturan dari Airin karena tidak biasanya gadis itu melawan. Itu membuat semua orang ketakutan mendengar suara berat dari Airin juga aura ketidaksukaannya.

"Berhenti! Kalian ini duduk ke kursi masing-masing! Kebanyakan ngomong tugas masih belum selesai! Lalu Airin kamu jangan ajak teman berbicara."

"Iya, Bu," sahut Airin dengan tenang tidak ada rasa takut dipikirannya.

Airin dalam hati sudah menertawakan para makhluk yang sedari tadi mencari masalah dengannya. Inilah alasan untuk tidak ikut campur dalam mengurusi kehidupan orang lain itu membuat tugas sendiri menumpuk.

∆∆∆

Airin menatap sekilas dari luar sudah banyak murid-murid keluar ternyata sekarang sudah jam istirahat. Ia menatap wajah sang guru yang asyik mengkoreksi tugas mereka. Ia hanya diam karena tidak ingin membahas nanti dikira dirinya akan cari perhatian.

"Ayu, Lo bilang ke guru gih kalau ini jam istirahat. Gue sudah laper ini agar kita cepat ke kantin," ucap Niki dengan mengguncang-guncang tubuh Ayu.

"Ih! Gue nggak mau Lo aja sana! Nanti kalau gue bilang gitu malah takutnya gurunya tersinggung," sanggah Ayu dengan muka masam.

Airin mendengar perdebatan kedua cewek tanpa minat menyahuti pembicaraan mereka. Ia hanya tenang lagipula dirinya juga membawa bekal yang dimasak olehnya.

Airin merasa dari samping ada orang yang menatapnya terus-menerus. Ia merasakan aura negatif yang menghampirinya.

"Airin, Lo aja bilang sama guru. Lo itu anak kesayangan guru bukan," celetuk Niki dengan tersenyum tipis.

[TBM] The Biggest Mistake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang