Prolog

249 29 2
                                    

Sosok gadis rambut sepinggang menatap pertengkaran yang terjadi di rumahnya. Ia menatap layar ponselnya dengan air mata tertahan. Sedih? Itulah yang kini ia rasakan namun tidak bisa diungkapkan.

"POKOKNYA AKU MAU PONSEL! AIRIN AJA DULU SERING DIBELIIN MAINAN ITU JUGA LAPTOP LANGSUNG ADA!"

Suara pukulan terdengar keras yang membuat tangisan histeris mengiringi teriakan. Gadis yang dipanggil Airin menutup telinganya menggunakan headset walaupun itu hanyalah percuma.

"Kamu itu bikin Mama pusing! Darimana uang untuk beli ponsel sekarang ini hari tua walaupun papa kamu itu seorang dokter tapi jika kebanyakan hutang kita bisa bangkrut!"

"Mama jahat! Airin aja nggak pernah dipukul! Dasar pilih kasih! Hiks ..."

Ia melihat mama dan papanya keluar dari kamar anak bungsunya. Mereka terlihat tertekan karena semakin hari semakin bertambah saja anak bungsunya.

Airin kini kembali berpura-pura mengerjakan tugas sekolahnya. Ia menundukkan wajahnya dengan menulis beberapa kata.

Suara langkah kaki membuatnya semakin mencorat-coret bukunya. Ia mengelap air matanya yang sudah mengalir. Ia membalikkan tubuhnya dengan memberikan senyuman palsu.

"Airin, kamu ada uang bukan? Untuk kali ini mama pinjam uang kamu nanti minta papa kamu untuk ganti."

"Tapi Ma ... uang tabungan Airin untuk membeli buku sekolah," ucap Airin dengan tersenyum sendu.

"Nanti kamu pinjam saja sama pihak sekolah. Untuk sekarang mama pinjam dulu itu adik kamu mau beli ponsel baru sedangkan uang kami menipis. Kamu mau adik kamu sampai merusak barang-barang dirumah coba kamu lihat vas bunga mama dirusak oleh adik kamu."

Airin mengangguk kemudian mengeluarkan 4 lembar uang berwarna merah. Uang yang selama ini dia kumpulkan untuk membeli buku paket malah musnah seketika. Ia orang yang tidak enakan untuk meminta uang kepada orang tuanya, jadi dia selalu menyisihkan uang untuk keperluan sekolah nya. Lalu saat keluarganya meminjam uang ia tidak pernah meminta untuk dikembalikan karena itu juga hak mereka.

Airin menatap kepergian orang tuanya dengan tatapan sendu. Seseorang yang egois dan manja membuatnya kehilangan kasih sayang juga haknya sendiri.

Suatu hari pertemuannya dengan lelaki berandal yang memahaminya membuatnya mengetahui arti cinta. Namun semakin ia ingin menggapai lelaki itu malah semakin ingin menjauhinya

"LO JAHAT AIRIN! APA YANG TELAH LO LAKUIN?!"

"Gue hanya ingin miliki apa yang seharusnya menjadi milik gue."

Semua berubah lalu dirinya juga berubah. Ia akan mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya.

∆∆∆

Halo semuanya 👋🏻
Selamat datang di cerita yang baru 👋🏻
Jangan lupa dukungannya dengan cara vote dan komen 💖

Sabtu, 25 September 2021
Indonesia

[TBM] The Biggest Mistake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang