Bagian 8

121 8 0
                                    

Tak ada yang dapat dipercaya selain diri sendiri. Entahlah, semua orang terlalu memuakkan.

Tapi kelak akan datang kepadamu satu orang yang dapat mengubah pandanganmu terhadap hal tersebut. Ternyata tidak semua orang, hanya sebagian orang.

Tak masalah untuk sendirian, tak masalah untuk kesepian. Karena kelak, kau akan menemukan bahagiamu seutuhnya. Hidup hanyalah tentang perjalanan, maka jangan pernah berhenti berjalan.

Hari ini Kala memenuhi janjinya untuk menemui Arkan di ruang musik setelah ia memikirkan hal ini matang-matang.

"Mana, sih?"

Mata Kala membaca dengan teliti nama setiap ruangan, sampai akhirnya gadis itu menemukan ruang musik. Sungguh menyebalkan, papan nama ruang musik begitu kecil hingga butuh ketelitian dalam mencarinya.

Kala mengetuk perlahan pintu ruang musik, tanpa menunggu respon orang dari dalam, gadis itu langsung saja membuka pintu, toh ini juga kan ruangan milik bersama.

"Hei, Kala?" sapa Arkan dengan ragu. Lelaki itu takut salah orang karena pertemuan mereka di depan toilet kemarin adalah pertemuan pertama.

Kala tersenyum canggung sembari melihat-lihat keadaan sekitar. Ruang musik yang cukup terurus lengkap dengan alat musik serta ruangan berarsitektur seni yang memanjakan mata. Sepertinya Kala akan nyaman berada di sini.

Tapi mengapa di ruangan seluas ini hanya ada Arkan sendirian? Apa yang lain belum datang?

"Minum dulu, nih," ujarnya sembari memberikan sebotol minuman dingin. Kala menerimanya tanpa ragu dan langsung meneguk minuman tersebut.

"Jadi gimana keputusan lo?"

Kala menatap Arkan, orang ini tidak ada basa-basi sama sekali.

"Gue mau."

"Serius?"

"Sebelumnya gue mau nanya dulu, kenapa lo pilih gue buat jadi vokalis band lo?"

Arkan menduduki kursi di hadapan Kala, "Karena gue rasa lo orang yang tepat, lo punya daya tarik tersendiri."

"Yakin?"

Arkan mengangguk yakin.

"Lo orang pertama yang bilang gue menarik, lo orang pertama yang mau ngajakin gue gabung ke suatu organisasi, lo orang pertama yang mau ngajak gue ngobrol, lo orang pertama yang percaya sama gue. Is that real?"

Terlihat sekali raut kebingungan dari wajah Arkan. "Maksud lo?"

"Gue terkenal dengan label 'pembunuh', nggak ada yang mau berteman sama gue, nggak ada yang mau ngajak gue ngobrol, nggak pernah ada yang anggap gue hidup. Gue kaget aja tiba-tiba ada orang kaya lo yang bahkan secara terang-terangan ngajak gue gabung ke grup band lo," jelasnya dengan santai. Ia tidak peduli kalau pun nantinya Arkan akan menatapnya dengan tatapan ngeri.

"Setelah lo denger ini, it's okay kalo lo mau batalin tawaran lo itu. Gue ngomong begini biar lo nggak kaget aja nanti, takutnya gue bukannya jadi daya tarik tapi malah jadi bikin grup lo hancur," sambungnya.

Arkan berdiri, lelaki itu pindah posisi dari duduk di hadapan Kala menjadi di sebelah Kala.

"It's okay, itu kan pandangannya orang lain ke lo, kalau gue punya pandangan tersendiri, selama lo kelihatan baik di mata gue, lo aman. Lagian gue yakin lo orang baik, kok."

KalaWhere stories live. Discover now