"Sebaik-baiknya manusia, tentu manusia yang tak bias melihat dunia, Nak" Damar yang cukup sering menelan pil pahit kehidupan ternyata masih dihinggapi segala amarah, kepala serasa jangar melihat fenomena kehidupan di sekelilingnya. Dengan semangat berapi-api dan darah muda yang mengalir deras dalam dirinya, Damar berani keluar dari pemikiran biasa; berani menentang 'kebaikan'; berani melawan 'manja'.