disclaimer: cerita ini hanyalah fiksi belaka, yang tujuannya untuk menyampaikan pesan penting tentang esensi dari apa yang kita lakukan _______________________________________ tokoh: alef [anak pendeta, calon pendeta, lulusan universitas luar negeri] fela [anak yatim piatu, bisa main semua alat musik] _______________________________________ sinopsis: fela seorang yang rajin pelayanan di gereja tetapi selalu menunjukkan sikap yang dingin, bertemu dengan calon pendeta yang bernama alef yang sama-sama bersikap dingin. padahal mereka sama-sama melakukan pelayanan di gereja, tetapi tidak menunjukkan kepedulian dan kebersamaan satu sama lain. sampai akhirnya, seiring berjalannya waktu, alef mengetahui bahwa fela adalah orang yang sangat baik, bahkan melebihi dirinya sendiri yang ia anggap bahwa ia sudah menjadi orang yang baik menjadi "pelayan" di gereja itu sebuah kebanggaan tersendiri bagi yang melakukannya, entah dengan motivasi apapun itu. bisa membantu untuk melangsungkan "ibadah" atau "kebaktian", sebenarnya yang hanya mengikuti liturgi, tanpa adanya hubungan perasaan kepada Yang disembah secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. apa "ibadah", "kebaktian", "pujian", "penyembahan" yang kita lakukan selama ini menyukakan perasaanNya?, ataukah kita melakukannya semata-mata karna hanya mau menerima "berkat" yang sebenarnya cuma untuk memuaskan hawa nafsu kita yang gak mendekatkan diri kita denganNya ada yang merasa dirinya sudah cukup bahkan berlebih memberikan dirinya untuk Tuhan dengan cara memberikan persembahan, ikut "ibadah/kebaktian" di gereja. tapi, dalam perasaannya mereka masih mengharapkan kebahagiaan di dunia ini yang bisa diliat dari perilaku sehari-hari, mereka memanfaatkan Tuhan saja untuk mengabulkan keinginan mereka, mereka mengejar ambisi pribadi untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik menurut mereka. singkatnya, mereka tetap saja serupa dengan dunia ini, walaupun mereka ikut dalam "ibadah/kebaktian" gereja