Park Jimin hanya ingin di sayangi, tak ingin di buang atau di sakiti. Bersama dengan seutas senyum, Jimin menyukai dan membenci dalam satu waktu. Ada kabut tebal menyelimuti hidupnya. Gelap dan kusam walau kadang berkamuflase menjadi gumpalan permen kapas hanya dengan tarikan kurva bibir dan bola mata yang tenggelam hingga tersisa segaris.