Hujan turun tidak lama setelah aku menidurkan Junho di kamar tidur tamu. Aku menyibak gorden kamar itu untuk melihat tetesan air hujan yang membasahi tanah kebun bunga milik ibuku. Mataku lantas tertuju pada sekelompok tanaman yang hanya memiliki daun, sama sekali tidak berbunga. Tanamam itu terletak di pojok taman diantara bunga mawar dan bunga lili favorit ibuku. Hanya di tanaman itu, air hujan tidak mampu menunjukkan keperkasaannya. Air hujan sama sekali tak mampu membuatnya basah. Air hujan hanya akan menggelincir di atas daunnya tanpa ada setetes pun yang mampu membasahinya. Aku menoleh ke arah Junho mengingat apa yang pernah kami lakukan bersama dan tidak terasa air mataku menetes. Kenapa semua petaka ini menimpa Junho? Apakah Tuhan memiliki rencananya sendiri terhadap semua kesedihan yang terjadi kali ini? Kuharap Junho bisa seperti daun talas itu, tak akan goyah meskipun air hujan terus mengguyurnya, dan membiarkannya hanya tergelincir dan jatuh menghantam tanah. Kuharap semua ini akan segera berlalu dan Junho bisa kembali berdiri tegak seperti biasanya setelah semua masalah ini, sama seperti daun talas yang kembali tegak setelah menumpahkan semua air hujan yang tertampung di atasnya. ----------- Happy reading, readers.... :)