Point of You

By swociproject_

453 59 62

Dua dunia yang harusnya terpisah, kini terbuka. Dua orang yang seharusnya bahagia, kini terluka. Dimensi yan... More

Prolog♡°
POY 1: Terlambat♡°
POY 2: Perkenalan♡°
POY 3: Alasan Misterius♡°
POY 4: Tantangan Misterius♡°
POY 5: Menjadi Nyata♡°
POY 7: Tangisan yang Kembali Hadir♡°
POY 8: Dimensi Lain♡°
POY 9: Flower Castle♡°
POY 10: Kejadian Tak Terduga♡°
POY 11: Penyakit Nierva♡°
POY 12: Persiapan Pesta♡°
POY 13: Pesta♡°

POY 6: Mimpi♡°

20 1 0
By swociproject_

"Semua mimpi kita akan terwujud, jika kita punya keberanian untuk mengejarnya."
-Walt Disney-

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Dengan langkah yang lebar, Amberelyn segera keluar dari kos-kosannya dan berjalan menuju halte bus. Semua berjalan lancar seperti hari-hari biasa.

Halte bus sudah terlihat di depan mata. Tampak sepi, yah ... seperti biasa. Ia duduk disana dengan memeluk tasnya sendiri, menunggu bis yang biasa akan berhenti di depannya.

Suasana hening berhasil membuatnya bosan. Ayolah, siapa yang tidan bosan ketika harus menunggu lama? Amberelyn mencoba menghibur dirinya sendiri dengan menyanyikan beberapa bait lagu yang cukup ia hafal.

Kedua kakinya berayun-ayun seolah-olah mengikuti alunan lagu yang keluar dari bibir Amberelyn. Secara tidak sengaja, kepalanya berputar ke arah kanan, ia menemukan seorang kakek-kakek yang tengah membaca koran.

'Seperti tidak asing dengan kejadian ini,' batinnya.

Lama ia mengingat, akhirnya ia tahu kenapa ia merasa dejavu dengan keadaan ini. "Ternyata kakek yang kemarin itu," gumamnya pelan.

Alunan lagunya terhenti kala ia melihat sebuah bus berhenti tepat di halte bus itu. Ia pun segera menaiki bus itu dan duduk di belakang, seperti biasa. Tapi kali ini, tatapannya terarah ke luar bus. Matanya bisa menatap suasana di luar melewati sebuah kaca transparan yang menghalanginya.

Begitu bus berjalan, Amberelyn memutuskan untuk tetap menatap halte bus itu. Hingga tiba-tiba sosok kakek itu menghilang dalam satu kedipan matanya.

Ia membelalakkan matanya menatap kejadian sekilas itu. Bahkan ia mencari-cari sosok kakek yang tengah membaca koran itu.

"Tidak mungkin, kan, seseorang bisa pergi dengan cepat dalam satu kedipan mata. Aneh sekali," gumamnya.

Dalam keterdiamannya, ia mencoba untuk melupakan kejadian aneh tadi. Ia berusaha untuk menyingkirkan pikiran aneh itu dan berpikir positif. 'Mungkin saja kakek itu menyeberang jalan. Tapi ... zebra cross kan sedikit jauh dari sini,' batinnya.

Karena sedikit frustasi, ia pun menarik rambutnya dengan asal-asalan. "Berhenti berpikiran yang tidak-tidak, Amber," pintanya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, bus itu tiba di halte bus dekat sekolahnya. Ia pun segera turun dan segera berlari memasuki area sekolah. Mata pelajaran pertama akan segera di mulai dalam 5 menit lagi. Dengan cepat ia berlari menerobos beberapa murid yang tengah berlalu lalang, berbelok menaiki tangga, hingga akhirnya ia tiba di kelas yang sudah di dominasi oleh kebisingan teman-teman sekelasnya.

"Ami!" panggil Carlina sembari bangkit dari duduk nya dan segera berlari menuju dirinya.

"Ayo," ajaknya. Ia pun menarik tangan Amberelyn dengan cepat seperti menarik sapi.

Belum lagi Amberelyn menstabilkan pernapasannya, dirinya sudah di panggil bahkan ditarik oleh teman sebangkunya itu.

"Car, pelan-pelan," pintanya.

Setibanya di meja belajar mereka, Carlina mendudukkan Amberelyn dengan paksa dan meletakkan tasnya di atas mejanya.

Amberelyn yang di perlakukan seperti itu oleh Carlina, merasakan kejanggalan. 'Tidak biasanya Carlina seperti ini, pasti ada sesuatu,' batinnya.

"Ada apa?" tanya Amberelyn pada sahabatnya yang kini tengah tersenyum-senyum sembari menatap dirinya.

"Aku---"

Kring~ kring~

"Sial! Aku keduluan," gerutunya. Mau tidak mau, ia pun segera duduk di bangkunya sembari mengentakkan kakinya itu. Amberelyn hanya melongo melihat kelakuan sahabatnya.

'Sepertinya sesuatu yang penting.'

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan istirahat pertama, yang artinya mereka bebas dari memperhatikan pelajaran-pelajaran yang mulai membosankan. Padahal, masih pagi.

Carlina sudah sibuk berceloteh kepada Amberelyn yang saat ini tengah membereskan buku-bukunya.

"Ayolah, Ami. Bisakah lebih cepat?" Keluhnya pada Amberelyn. Sedangkan di korban atas keluhan Carlina, hanya terdiam sembari terus melanjutkan pekerjaannya tanpa memperdulikan ucapannya.

Karena kesal, Carlina pun membantu Amberelyn memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya.

"Sudah selesai. Ayo, cepat! Ada hal yang ingin aku bicarakan," ungkap Carlina sembari menarik kembali tangan Amberelyn.

"Pelan-pelan, Car. Aku bukan sapimu!" protes Amberelyn sembari menatap punggung Carlina dengan kesal.

"Ada yang lebih penting dari ini, Ami," ujar Carlina.

Akhirnya, Amberelyn pun berhenti protes kepada Carlina dan mengikuti ke mana ia akan membawa dirinya.

Setibanya di depan kantin, Carlina memberhentikan langkahnya dan juga melonggarkan tarikannya pada tangan Amberelyn. Ia menatap Amberelyn dengan serius.

"Sekarang buka Wattpad mu, Ami," pintanya.

Amberelyn menatap heran pada Carlina. "Untuk apa, Car?" tanyanya.

"Sudahlah, buka saja. Ada sesuatu yang penting terjadi di sana." Carlina memaksa Amberelyn untuk segera membuka handphonenya.

"Iya, iya, sebentar." Amberelyn pun mengeluarkan handphonenya dari saku rok yang ia kenakan. Membuka aplikasi Wattpad dan betapa terkejutnya dia saat mendapat ratusan notif, padahal tadi pagi tidak ada notif apapun. Dia memang memprogam agar ponsel dan laptopnya terhubung satu sama lain.

Amberelyn menatap Carlina yang tengah mengintip ponselnya juga. Gadis itu menggerakkan kepalanya ke ponsel Amber, mengisyaratkan agar gadis itu membuka ratusan notif disana.

'Kyaa! Hebat sekali.'

'Bagaimana dengan kelanjutannya? Aku sungguh penasaran.'

'I can't wait for the next chapter.'

'Thor, cepat lanjutkan!'

'Apa yang terjadi dengan Nierva selanjutnya?'

'Dasar ratu jahat!'

Emberelyn melongo menatap semua komentar di sana. Padahal baru tadi pagi ia mempublisnya.

"Astaga, Car, katakan ini hanya mimpi?" Amberelyn tak hentinya terkejut juga menjerit dalam hati saat melihat cerita 'Ice Castle' nya yang semula masih ratusan kini membeludak menjadi ribuan dalam waktu beberapa jam saja.

"Ini rekor, Amber! Aku sendiri tidak menyangka bahwa ceritamu akan sangat seru dan menegangkan seperti ini. Kyaa! Aku senang sekali," seru Carlina dengan memeluk Amberelyn erat.

"Cepat menulislah dan lanjutkan ceritanya, jangan membuat para pembacamu apalagi aku harus menunggu lama dan berakhir gantung diri karena penasaran," lanjut Carlina sambil melepas pelukan mereka.

Amber masih diam membeku mencermati kejadian ini. Sebagus itukah ceritanya? Namun sebenarnya dia juga tengah menjerit bahagia dalam hatinya, karena ceritanya itu dapat di terima oleh para pembaca diluaran sana.

"Baiklah, ayo masuk ke kantin. Aku sangat lapar," kata Carlin dengan berdiri sambil memegangi perut ratanya.

"Baiklah," balas Amberelyn dengan senyum lebar. Jangan lupa, dia baru dapat jackpot!

"Amber!" Carlina dan Amberelyn berhenti melangkah saat mendengar suara Joshe masuk kependengaran mereka. Raut wajahnya seakan tak bisa di baca.

"Amber, aku ingin bicara denganmu," ucap Joshe dengan mengelap keringat di dahinya. Jujur, bila ada siswi lain di sini mereka pasti akan jatuh pingsan dan rela untuk dijadikan serbet untuk mengelap keringat di dahi Joshe.

"Eum, baiklah. Amber, aku akan menunggumu di kantin. Bye ...." ucap Carlina dengan cepat berlalu dari sana.

"Car," panggil Amber, tapi orang yang dipanggil sudah lebih dulu melarikan diri.

"Ada apa, Jo?" tanyanya dengan memfokuskan diri pada Joshe.

"Aku bermimpi," kata Joshe yang masih berusaha menetralkan suaranya.

Amberelyn jadi semakin heran. Apa salahnya dengan mimpi? Itu hal wajar yang dialami setiap manusia.

"I ... ya? Lalu, apa masalahnya?"

"Aku bermimpi berada di dalam dunia asing, saat itu jadi pengacara yang tersohor," ucap Joshe yang meninggikan suaranya karena semangat.

"Joshe, berhentilah bermain-main seperti anak kecil yang tengah mengadukan mimpinya kepada ibunya."

"Ck! Dengarkan aku dulu, aku hanya punya sedikit waktu sebelum para wanita itu datang dan menghabisiku."

Amberelyn tertawa renyah saat membayangkan nasib Joshe yang bagaikan artis sebangsa Justin Bieber yang digilai banyak wanita.

"Baiklah, apa?"

"Aku tidak tahu ingin menjelaskanya dari mana, tapi akan ku persingkat saja," ujarnya.

"Aku bermimpi menjadi pengacara yang terkenal. Tapi aku sama sekali tidak tahu, aku berada di mana. Semuanya tampak kabur, tapi yang jelas, aku yakin kalau saat itu aku berada di sebuah kerajaan," lanjutnya sembari menatap Amberelyn dengan tatapan yang seakan menyihirnya untuk mempercayai perkataannya.

"Apa ... kau yakin?" tanya Amberelyn dengan ragu.

"Aku sangat yakin! Itu di kerajaan dan aku melihat kau---"

"Joshe ku, Sayang!" teriak beberapa siswi dari segerombolan siswi yang berlari menuju ke arah di mana Joshe berada.

"Sial! Aku harus pergi dulu, Amber. Akan ku beritahu lewat telepon nanti, bye." Joshe pun segera berlalu dari hadapan Amberelyn yang termenung akan ucapan dari Joshe.

"Sebenarnya apa yang terjadi saat ini?" lirih Amberelyn sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Entahlah, pikirannya begitu kacau dan abstrak. Yang pertama karena kejadian yang ia alami kemarin, yang kedua karena kejadian tadi pagi, dan sekarang? Kejadian yang tak pernah ia duga dialami oleh Joshe.

'Sebenarnya, ini apa? Apa benar hanya sebuah tantangan?' 

~♡~

Selamat malam semuanya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita kami^^

Semoga cerita ini dapat menyenangkan para pembaca^^

Jikalau cerita ini bagus, silahkan tekan tanda ☆ untuk terus mendukung kami semakin bersemangat untuk update^^

Jikalau kalian ingin meninggalkan jejak, jangan lupa untuk berkomentar sepuas kalian^^

Kritik dan saran kalian, kami terima.

Salam manis desi_AL dan Sha_Yap16

🤲🏻💚

Continue Reading

You'll Also Like

454K 30.7K 59
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
13M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...