Point of You

By swociproject_

453 59 62

Dua dunia yang harusnya terpisah, kini terbuka. Dua orang yang seharusnya bahagia, kini terluka. Dimensi yan... More

Prolog♡°
POY 1: Terlambat♡°
POY 2: Perkenalan♡°
POY 4: Tantangan Misterius♡°
POY 5: Menjadi Nyata♡°
POY 6: Mimpi♡°
POY 7: Tangisan yang Kembali Hadir♡°
POY 8: Dimensi Lain♡°
POY 9: Flower Castle♡°
POY 10: Kejadian Tak Terduga♡°
POY 11: Penyakit Nierva♡°
POY 12: Persiapan Pesta♡°
POY 13: Pesta♡°

POY 3: Alasan Misterius♡°

31 2 0
By swociproject_

"Biasanya, kalau seseorang mengajak kita menuju ke sesuatu yang baik, bisa saja itu berisi sebuah maksud tertentu, benar?

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Saat kelas Amberelyn begitu sesak dengan suara tawa dan teriakan, seorang murid dari kelas lain menyembulkan kepalanya dari pintu masuk kelasnya.

Awalnya Amberelyn tidak menyadari bahwa sosok itu mencari dirinya, namun begitu mendengar teriakan temen-temen sekelasnya, Amberelyn sadar bahwa sahabat masa kecilnya itu sedang butuh sesuatu.

"Wah ... Joshe ku yang tampan."

"Pacarku, kau sedang mencari princess mu ini, kan?"

"Ya ampun, ganteng banget masa depan aku."

"Joshe! Please be mine!"

Amberelyn memutar matanya--kesal dengan teman-temannya. Bukan karena tidak suka sahabatnya itu dikerubungi para-para betina, hanya saja, dia mau menemui sahabatnya itu tapi terhalang oleh para betina yang berdiri mengelilingi Joshe--si siswa tampan nan dingin.

"Oh Tuhan, cobaan macam apa lagi ini," gumam Amberelyn dengan miris.

Akhirnya ia pun mencoba untuk menerobos masuk kedalam lingkaran itu, tapi tidak bisa. Bahkan beberapa temannya mendorong tubuhnya hingga ia terhuyung kebelakang.

Amberelyn hanya bisa tersenyum paksa melihat perlakuan teman-temannya itu, yang terlihat begitu anarkis.

'Dasar betina bar-bar!' teriak Amberelyn di dalam hati.

Carlina melihat sahabatnya--Ami begitu kesusahan untuk bertemu sahabat masa kecilnya itu, akhirnya ia pun turun tangan. Carlina bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju para betina yang berkerumun mengelilingi Joshe yang hanya terdiam dan tak tahu ingin melakukan apa.

Begitu Carlina sudah tiba di tempat yang sesuai, ia pun menghela napas pelan kemudian menghirupnya dengan rakus.

"Bisakah, kalian berhenti berkerumun!?"

Teriakan Carlina sukses membuat semua kegiatan di kelas itu terhenti. Seperti waktu yang telah diberhentikan tiba-tiba. Semuanya terdiam dan fokus ke satu arah, yaitu Carlina.

"Kalian membuat sahabatku tidak bisa bertemu dengan temannya!" teriaknya lagi dengan marah.

Ia pun berjalan menuju kerumunan itu sembari mengentakkan kakinya. Tangannya dengan sigap mendorong semua teman sekelasnya yang menghalangi jalannya. Karena terlalu kuat mendorong, ada beberapa teman mereka yang terhuyung hingga mencium papan tulis dan meja belajar.

Carlina mengabaikan itu dan terus mendorong teman-temannya tanpa perduli bagaimana keadaan mereka nantinya. Setelah para betina itu telah di singkirkan, Carlina kembali menghadap Amberelyn dan tersenyum.

"Silahkan, Putri Amberelyn," ucapnya sembari bergaya seperti seorang pelayan istana.

Amberelyn tertawa pelan melihat tingkah Carlina. Ia pun segera menghampiri Joshe dan segera membawanya keluar dari kelas.

Setelah Amberelyn dan Joshe keluar dari kelas, Carlina tersenyum bangga akan usahanya. Ia pun membalikkan badan dan menatap datar pada teman-teman sekelasnya yang masih menatapnya sepeti orang bodoh.

"Kenapa menatapku? Silahkan lanjutkan aktivitas kalian yang tertunda." Setelah mengucapkan kata itu, teman-temannya pun akhirnya kembali ke rutinitas semula, begitu juga dengan Carlina yang sibuk tersenyum-senyum di tempat duduknya. Entah apa yang ia pikirkan sampai senyum tak mau hilang dari wajah cantiknya itu.

Sementara di sisi lain, Amberelyn melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Joshe. Mereka tengah berada di luar kelas Amberelyn. Amberelyn menatap ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang ada lewat di lorong itu.

"Baiklah, ada apa menghampiriku di kelas?" tanya Amberelyn.

"Hanya ingin melihat," ujarnya dengan tatapan tanpa ekspresi.

Amberelyn menatap tajam pada Joshe. "Ya ampun, Jo. Kita hanya berdua. Bicaralah selayaknya kau berbicara denganku, oke?"

"Hm," gumam Joshe.

'Astaga, anak ini, bisa-bisa aku akan terkena darah tinggi kalau terus meladeni dia yang seperti ini,' batin Amberelyn dengan kesal.

"Huftt ... baiklah. Apa mau mu?" tanya Amberelyn lagi.

"Aku tahu, kau ada maksud tertentu ketika kau duluan menghampiriku, Jo," lanjutnya.

"Makan."

"Ha? Apa? Makan?" Amberelyn terheran akan apa yang Joshe ucapkan. Ia sama sekali tidak mengerti bahasa itu. Baginya itu sangat menyusahkan karena harus membuatnya berpikir keras.

"Hm."

Ok. Nampaknya Amberelyn semakin kesal dengan apa yang keluar dari bibir sahabatnya itu.

"Maksudnya aku harus makan dengan mu? Makan ... siang?" Tebak Amberelyn.

"Iya," ujar Joshe.

"Oh ya Tuhan, Jo. Kau membuat ku harus berpikir seribu kali," kesal Amberelyn sembari menjitak kepala Joshe.

Sedangkan Joshe, ia hanya berekspresi dingin meskipun Amberelyn telah menjitak kepalanya itu. Sepertinya tidak ada rasa sakit yang menyerangnya.

"Baiklah. Hanya itu saja yang ingin kau bicarakan?"

"Aku akan ke kosan mu nanti malam," ujarnya.

"Tentu. Datang saja ke kosanku kapanpun yang kau mau," ucap Amberelyn di sertai dengan senyum.

"Kalau begitu aku ke kelas dulu," pamit Joshe.

Amberelyn hanya mengiyakan perkataan Joshe. Ketika Joshe sudah berlalu dari hadapannya, ia pun segera masuk ke kelasnya.

Teman-teman lainnya masih heboh dengan topik yang mereka bicarakan dan Amberelyn terbiasa dengan itu. Ia pun segera duduk ke bangkunya dan melanjutkan pekerjaannya--menulis.

Carlina tidak sadar, bahwa sahabatnya itu sudah kembali dari percakapan singkat dengan sahabat masa kecilnya itu. Dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya, ia masih sibuk mengarungi dunia imajinasinya.

Tiba-tiba saja salah satu temannya memukul meja hingga membuat dirinya kaget dan terbuyar dari lamunannya. Ia refleks menatap ke sebelahnya dan menemukan sahabatnya itu tengah sibuk menulis sesuatu di bukunya.

Akhirnya ia pun beringsut mendekati sahabatnya itu sembari menyenggol lengan sahabatnya dengan sikunya. Amberelyn merasa kaget dan kesal di saat yang bersamaan, kaget karena temannya itu tiba-tiba menganggu konsentrasinya dan kesal karena bukunya sedikit tercoret akibat senggolan sahabatnya itu.

Amberelyn menatap sengit pada Carlina. Carlina yang mendapat tatapan itu pun tersenyum kikuk. Seketika ia beringsut mundur--menjauhi sahabatnya itu.

"Ha ... hahaha, ma-maafkan aku, Ami," ucapnya dengan gugup.

Amberelyn kembali memfokuskan dirinya pada kata-kata yang akan dia gores di atas kertas, mengabaikan Carlina yang mendengus kasar.

"Huh! Sibuk terus dengan tumpukan naskah-naskah," gumam Carlina dengan kesal.

Berjam-jam sudah terlewati. Akhirnya matahari menenggelamkan diri dalam balutan awan yang terlihat gelap, tidak, bukan karena hari sudah semakin sore melainkan langit sudah gelap, pertanda hujan akan datang mengguyur kota ini.

"Aku harus pulang, biar bisa langsung menyelesaikan naskahku," ujar Amberelyn cepat.

"Car, aku duluan ya," pamit Amberelyn yang langsung keluar dari kelas.

"Hati-hati, Ami!" teriak Carlina.

Amberelyn berlari dari ruang kelas menuju halte bus. Butuh waktu beberapa menit untuk menunggu bus datang. Setibanya di halte bus yang dekat dengan kos-kosannya, ia pun kembali berlari sekuat mungkin dan berharap bahwa hujan tidak akan mengguyurnya sebelum ia tiba di kos-kosannya.

Hujan akhirnya turun bertepatan dengan Amberelyn masuk ke dalam kos-kosannya. Ia menghela napas lega, "Huft ... akhirnya," ujar Amberelyn.

"Mandi dulu, baru nulis lagi," seru Amberelyn sambil menuju kamar mandi.

Gemercik air ditambah derasnya hujan membuat Amber semakin betah di dalam kamar mandi. Dingin mulai menusuk tulang-tulangnya tapi walaupun begitu, sejak satu jam yang lalu Amberelyn masih bergelut dengan air. Baginya, cara untuk menenangkan pikirannya adalah dengan air.

"Akhirnya," ujar Amberelyn senang.

Ia pun segera menuju meja belajarnya. Mengambil tas sekolahnya dan mengeluarkan buku yang ia gunakan untuk menuliskan semua alur cerita 'Ice Castle'.

"Sekarang, aku akan melanjutkan ceritanya yang tertunda," serunya dengan semangat.

Amberelyn sedang fokus dengan tulisannya, tidak ada makan ataupun keluar kamar. Intinya, prioritasnya sekarang adalah menyelesaikan naskah yang belum dia tau kelanjutannya ending nya bagaimana. Bait demi bait tertulis indah yang memenuhi kertas kosong yang sudah berlembar-lembar terisi dengan tinta hitam.

Tiba-tiba saja sesuatu yang aneh terjadi. Sebuah tulisan yang seharusnya tak tertulis bahkan terlintas di kepala Amberelyn tertulis jelas di dalam buku itu.

"Ada apa dengan part ini?" tanya Amberelyn pada dirinya sendiri.


"Bukankah part ini terlalu, mendetail? Sebenarnya ada apa ini?" gumam Amberelyn dengan lesu.

Ia bahkan membolak-balik lembaran kertas itu, namun ia kembali menemukan kejanggalan.

"Ini terlalu mendetail. Apa ada yang menyentuh tas dan buku ku?" Ia kembali berpikir keras. Memikirkan siapa saja yang pernah menyentuh tas dan bukunya, namun ia tidak menemukan siapa-siapa pun yang menyentuh tas dan bukunya selama ini.

Ia menggelangkan kepalanya. "Lalu? Ini tulisan siapa? Aku tidak menulis bagian ini," gumamnya sembari mengetuk-ngetukkan pena nya di atas buku yang berisi tulisan-tulisan itu.

"Apakah ini tantangan? Tantangan untuk para author yang menuliskan genre fantasi?" gumamnya lagi.

'Jikalau benar, apakah aku harus bertanya pada author yang berpengalaman dalam hal seperti ini?'

~♡~

Selamat malam semuanya^^

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita kami^^

Bagaimana chapter kali ini?
Sedikit aneh, kan?
Hahahaha^^

Semoga kalian suka.

Kalau suka, jangan lupa tekan tanda ☆. Jika ingin meninggalkan jejak, silhakn berkomentar sepuas kalian. Oh ya, kritik dan saran kami terima^^

Wait for the next chapter^^

Salam manis desi_AL dan Sha_Yap16

Continue Reading

You'll Also Like

577K 33.9K 58
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
528K 87.3K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
563K 61.4K 65
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...