Assalamu'alaikum Cinta [END]

By Animulyani21

481K 30.2K 320

SELESAI [PART MASIH LENGKAP] [๐—ช๐—ช๐—–๐Ÿฎ๐Ÿฌ๐Ÿฎ๐Ÿฌ ๐—ช๐—œ๐—ก๐—ก๐—˜๐—ฅ] [๐—ฆ๐—ฝ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐˜‚๐—ฎ๐—น-๐—ฅ๐—ผ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ] ๐—”๐—ช๐—”๐—ฆ ๐—˜๐— ๏ฟฝ... More

Author Notes
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28 | End
Epilog

Part 5

13.1K 1K 9
By Animulyani21

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Part 5

“Seharusnya perasaan ini, menjadi fitrah suci, apabila bisa di realisasikan dengan segenap hati. Bukan malah berharap padanya, yang berujung kekecewaan yang diterima.”

•Assalamu'alaikum Cinta•
by Animulyani21

|Happy Reading|

<Typo Bertebaran>

∆∆∆

Di ruangan, seorang laki-laki tidur dengan bulir keringat membasahi wajahnya, ia merasa resah dalam tidurnya.

“Nano, jangan tinggalin Lia,” lirihnya seraya menarik pelan jaket sang cowok yang hanya diam menatap gadis kecil di depannya.

Cowok yang dipanggil Nano tersenyum manis menatapnya, dengan gerakan tangan penuh kelembutan, cowok itu mengusap pucuk kepala sang gadis kecil yang tertutup khimar.

“Tunggu aku, beberapa tahun kedepan. Aku akan segera datang melamar.”

“Astaghfirullah, Zia …” lirihnya seraya menyeka bulir keringat yang melewati kelopak matanya.

“Ya Allah, mengapa aku memimpikan dia …” gumamnya, ia beranjak dari ranjang, dan menatap jam dinding. Pukul setengah dua dini hari, ia segera memasuki kamar mandi, mengambil wudhu dan melaksanan sholat di sepertiga malam.

Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa : Pada tiap sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia lalu, ia berfirman :

“Barang siapa yang menyeru—ku, akan aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta permintaanya. Dan, barang siapa meminta ampunan kepada—ku, aku ampuni dia.”

Setelah melaksanakan sholat sepertiga malam, Reano lantas membuka Al-qur’an. Lalu membacanya, sembari menunggu adzan shubuh berkumandang.

©©©

“Wah, Pak Baskoro dan Bu Tina sudah datang. Mari duduk Pak, Bu,” ujar Om Ari seraya mempersilahkan tamunya untuk duduk.

Kedua orang paruh baya itu, tersenyum seraya duduk di kursi ruang tamu. Manik mata mereka menjelajah sekitar rumah. Masih dengan senyum yang terpatri, Pak Baskoro berkata. “Padahal, Putra tunggal saya ingin saya jodohkan dengan keponakan Bapak,” ucapnya.

Om Ari menatap segan mereka, “Maaf Pak, Bu. Tapi, Pak Bagas. Anaknya sudah mengkhitbah Azizah dua bulan yang lalu, bahkan besok pernikahan mereka.”

Pak Baskoro dan Bu Tina, hanya mampu tersenyum. Seraya menatap Azizah yang sibuk berbincang dengan sahabatnya.

“Keponakan kamu cantik juga ya,” kata Bu Tina, seraya menatap Om Ari yang juga tersenyum menangapinya.

Tante Tika yang duduk di samping suaminya, mengeluarkan suara seraya berkata. “Azizah memang perempuan baik dan cantik. Tapi, sayang. Dia … anak yatim piatu.”

Kedua orang paruh baya tersebut seketika menatap Tante Tika yang menatap Azizah sendu.  “Kami turut berduka cita Bu, Maaf waktu itu, keluaraga saya sedang berada di luar kota. Jadi, tidak bisa datang.”

Tante Tika mengalihkan perhatiannya, ia mengangguk lantas berkata, “Tidak apa-apa Pak, saya juga memaklumi itu.”

“Eum, maaf Pak, Bu. Boleh panggilkan Azizah sebentar? Saya ingin berbincang sedikit dengannya,” ujar Bu Tina seraya menatap lembut wajah Azizah.

Om Ari, dan Bu Tika tersenyum. Lantas mengangukinya, dengan langkah pelan. Wanita itu, menghampiri keponakannya yang sedang berbincang dengan sahabatnya.

“Zia,” panggilnya.

Perempuan itu menghentikan tawanya, ia menengadah menatap Tantenya. “Iya Tante?”

Tante Tika tersenyum, lalu berkata. “Ayo, ikut Tante sebentar. Ada yang ingin bertemu denganmu,” ucapnya seraya mengulurkan tangan pada Azizah yang mengerutkan keningnya.

Langkah keduanya membawa mereka ke ruang tamu, dimana semua orang sudah menunggu. “Nah, itu Azizah. Sini Nak, Pak Baskoro dan Bu Tina ingin bertemu.”

Azizah tersenyum, walau ada rasa bingung di benaknya. “Masya Allah, kalau dilihat dari dekat ternyata lebih cantik ya,” kata Bu Tina sembari mengusap lembut punggung Azizah.

Perempuan itu tersipu malu, seraya menjawab. “Terima kasih Bu, ibu juga tak kalah cantik.” Wanita paruh baya itu tertawa.

“Kamu lucu sekali Nak. Andai, Rangga bisa kami ajak cepat untuk mengkhitbahmu. Mungkin, sekarang yang akan menikah denganmu adalah putra saya.”

Azizah melunturkan senyumnya, bukannya ia tak suka mendengar ucapan yang keluar dari bibir wanita paruh baya tersebut. Tapi, entah kenapa. Gejolak rasa dalam dirinya, hanya sepenuhnya milik calon suaminya.

Azizah terlampui berharap bisa bersanding dan menjadi istri dari Reano, oleh karena itu, ia merasa tak suka akan kata yang diucapkan wanita itu.

Astaghfirullah.” Perempuan itu, langsung beristighfar dalam hati.

“Tidak usah difikirkan begitu, Ibu tadi hanya bercanda.” Azizah terkesiap, ia lantas tersenyum, kala netranya menatap wajah lembut, wanita paruh baya di depannya.

Pak Baskoro terkekeh, lantas ia menatap Om Ari yang hanya diam memandang ke depan. “Pak Ari,” panggilnya.

Om Ari terkejut, ia lalu menatap tamu di depannya. “Iya, bagaimana Pak?”

Pak Baskoro kembali terkekeh, lalu ia berdiri diikuti sang istri. “Kami pamit dulu, semoga pernikahan Azizah dan calon suaminya diberikan kelancaran. Aamiin,” ucapnya seraya menjabat tangan Om Ari yang juga sudah berdiri.

“Aamiin, sekali lagi saya minta maaf Pak Bas, kalau kedatangan anda tidak kami sambut dengan baik.”

Pak Baskoro tertawa, ia berjalan pelan menuju kearah Om Ari, dengan tangan yang memegang kedua pundak laki-laki tersebut, Pak Baskoro berkata. “Sudahlah, tak perlu segan seperti itu dengan saya. Azizah juga bisa menentukan sendiri pilihannya.”

Om Ari tersenyum, lalu mengangguk, dengan langkah pelan, mereka berempat berjalan menuju ke luar pintu. Meninggalkan Azizah yang terduduk sendiri.

“Astaghfirullah, mengapa hatiku merasa resah. Ada apa ini Ya Allah?” gumamnya, seraya menangkup dagunya. Memejamkan netra, hingga suara sahabatnya terdengar.

“Aduh Zia, calon pengantin gak boleh kebanyakan melamun,” tegur Adira sambil duduk di samping Azizah, dibantu oleh suaminya.

Perempuan itu memutar kedua bola matanya, “Iya-iya Bumil.”

Adira terkekeh, lantas menatap pintu keluar. “Tadi siapa Zi?” Tanyanya penasaran.

Azizah menggeleng, ia juga tak cukup kenal dengan kedua paruh baya tersebut. Mungkin, rekan bisnis Omnya.

“Tidak tahu Dir, kayaknya sih rekan bisnis Om Ari,” jawabanya.

Adira mengangguk, lalu menatap suaminya yang bermain ponsel di sampingnya. “Mas,” panggilnya.

Steven menoleh, ia mematikan ponselnya lantas menatap istrinya. “Kenapa sayang?”

Adira memberi kode untuk suaminya mendekat, ia bisikan sesuatu di telinga sang suami. Steven tersenyum, ia mengangguk, lantas mengusap perut sang istri sebelum melangkah pergi.

Setelah berlalunya sang suami, Adira lantas menoleh pada sahabatnya yang Nampak melamun lagi, ia menghembuskan nafasnya, lantas berkata.  “Ada apa? Gak baik melamun Zi,” tegur Adira.

Azizah menghela nafasnya kasar, “Aku kangen dengan Abi dan Umi,” lirih Azizah seraya menunduk dalam.

Wanita hamil itu menatap sendu sang sahabat. “Zia, sudah. Jangan bersedih lagi, besok hari pernikahan kamu loh,” kata Adira seraya membenarnya khimar Azizah.

Azizah tersenyum tipis, ia menatap suami dari sahabatnya yang duduk sembari membawa makanan, serta minuman di tangan.

“Ini sayang.” Steven memberikan nampan itu pada sang istri.

Adira tersenyum seraya menerimanya. “Makasih Mas,” ucap Adira, Steven menggangguk, seraya tersenyum.

Adira mengalihkan perhatiannya, ia menatap Azizah yang sibuk membersihkan makanan yang berserakan di meja. “Makan dulu Zi, aku tahu, kamu belum makan dari tadi pagi.”

Azizah mendongak, menatap netra sahabatnya. Ia tersenyum, seraya menerima nampan tersebut. “Terima Kasih Dira,” ujarnya tulus seraya meletakkan nampan tersebut di meja.

Adira mengangguk, ia lantas berlalu bersama suaminya, memberikan waktu untuk sahabatnya makan terlebih dahulu.

©©©

“Astaghfirullahal adzim, kenapa bisa begini?” Reano beristighfar dalam hati, saat mengetahui siapa dalang tersebut.

Orang kepercayaan Reano yang bernama Zaki menunduk, “Maaf Tuan, dia berhasil melarikan diri dengan membawa sebagian saham perusahaan kita.”

Reano menggeram, ia lagi-lagi beristighfar dalam hati. Apa yang harus ia lakukan kali ini?

Laki-laki itu menatap Zaki yang menunduk. Ia menghela nafas beratnya. Lalu, menghembuskannya dengan kasar.

“Siapkan tiket untuk saya, dan bereskan semuanya hari ini,” titah Reano dengan nada gusarnya.

Zaki mengangguk, ia menunduk hormat, lantas menjawab. “Baik Tuan.”

Laki-laki tersebut duduk di kursi kebesarannya, lantas memutarnya untuk melihat langit di luar sana.

“Maafkan aku Azizah, aku tidak bisa menepati janjiku.” gumamnya lirih, sarat akan rasa perih.

©©©

Azizah yang sedang tertawa bahagia setelah menghabiskan makananya tadi, terkesiap saat Tante Tika memanggilnya.

“Azizah, ada telepon dari calon suami kamu.” Sang perempuan yang di panggil pun segera berdiri dari duduknya. Lalu tersenyum, setelah menerima ponsel dari Tantenya.

“Cie, telepon dari calon suami.” Adira menggoda Azizah yang hanya tersenyum malu menangapinya. 

Dengan gerakan gugup tiada tara, perempuan itu mendekatkan ponselnya di telinga. Sembari berkata, “Assalamu’alaikum Mas.”

Di seberang telepon, sang laki-laki menjawab. “Wa’alaikumsalam.”

“Azizah?” Panggilnya, yang sukses membuat hati sang perempuan berdetak cepat.

“Iya Mas?” Jawab nya dengan detakan jantung yang masih sama.

“Maaf, saya ...” ucapan sang laki-laki terhenti.

Azizah terdiam, saat kata ‘saya’ meluncur bebas di seberang sana. Sekilas, ia mengerutkan keningnya, ia menjauhkan sebentar ponselnya dari telinga, menengok ke layar. Nada dering masih tersambung, lalu mengapa terdengar hening?

“Saya tidak bisa melanjutkan semuanya.”

Azizah mengerutkan kening. “Maksud Mas apa?”

Sang laki-laki menghembuskan nafasnya. "Kita batalkan pernikahan ini!" Seru sang laki-laki di seberang telepon.

Azizah menggelengkan kepalanya, apa yang sedang sang calon suami katakan kepadanya?

"Apa maksud Mas? Besok pernikahan kita Mas ... Dan Mas meminta untuk membatalkannya?!" Seru sang perempuan.

"Maaf Azizah ...” 

"Tapi, Mas ... Undangan telah disebar. Besok acara akadnya Mas. Apakah Mas tega membatalkan semua itu?"

"...."

"Mas jawab!"

"Maaf Azizah, saya tidak bisa."

Setelah panggilan di putus secara sepihak, Azizah meluruh. Ia menangis dalam diam.

Sang perempuan memukul dadanya, berharap Rasa sesak itu mereda. Namun, nyatanya malah kian mendera. Hingga memenuhi rongga dada. Tangisan penuh kecewa, terasa memekakkan telinga. Membuat siapa saja yang mendengarnya merasa iba.

“Astaghfirullahal adzim,” lirihnya seraya memukul dadanya, berharap rasa sesak itu hilang dengan sendirinya.

Semua orang segera berlari kearah Azizah yang terduduk dilantai, seraya menangis tersedu-sedu.

“Ya Allah Nak, jangan begitu. Istighfar, Allah tak suka melihat hamba—nya seperti ini.”

Azizah, perempuan itu mendongak. Menatap netra coklat wanita di depannya. “Dia jahat Tante, dia membatalkan semuanya. Dan meninggalkan aku dengan luka yang menganga.”

Wanita itu memeluk sang perempuan yang menangis tersedu-sedu. Setelah sekian lama perasaan yang baru pernah ia rasakan sebelumnya. Membuat ia terluka detik itu juga. Azizah tak pernah mengerti, mengapa sang calon suami yang katanya berjanji akan menjadi imam yang baik dikemudian hari, ternyata mengingkari, dan memilih pergi.

Seharusnya perasaan ini, menjadi fitrah suci, apabila bisa di realisasikan dengan segenap hati. Bukan malah berharap padanya, yang berujung kekecewaan yang diterima.

Azizah merasa, dia sudah berdosa karena terlalu mengharapkan manusia. Karenanya, Setiap kecewa, akan berujung luka. Itu mengapa, Allah tak suka kita berharap selain kepada—nya.

∆∆∆

Minggu, 25 Oktober 2020

Jangan lupa, vote and coment:))

Follow juga akun wattpadku : Animulyani21

©©©

Dan, kalau kalian ingin melihat postingan-postingan Story wattpadku bisa follow IGku : @animulyanistory21 & @animulyani_21

Thank you for reading^_^

Continue Reading

You'll Also Like

360K 20.8K 84
"Manusia saling bertemu bukan karena kebetulan, melainkan karena Allah lah yang mempertemukan." -Rashdan Zayyan Al-Fatih- "Hati yang memang ditakdirk...
52.4K 4.3K 34
Judul sebelumnya=> AniaNdra "Aku adalah korban dari tindak kejahatanmu yang telah mencuri perhatianku sejak awal, dan dari muslihatmu dalam membuat s...
535K 43K 24
Park Chanyeol putra mahkota dari Phoenix Kingdom,, yang tanpa sengaja berhasil bertemu dengan maTenya Byun Baekhyun di dalam sebuah peperangan,, C...
8.1K 767 51
"Aku mencintaimu, tapi mengapa aku tidak bisa memilikimu?"-Kharel. "Cintai dulu Tuhanku baru aku."- Maira. "Jika keyakinan dijadikan penentu jodoh se...