Mangaka isekai pt. 15
🌻 Enjoy Story
__________________________________
oO°Oo
Aku memakai seragam pelaut krem dan hijau yang akan digunakan para anak yang akan dibaptis, akhirnya hari ini tiba. Revan dan aku memakai seragam yang serupa, kini kami menaiki kereta kuda untuk berangkat ke coliseum. Ayah dan Ibu akan menyusul saat acara dimulai karena ada beberapa kesibukan mereka dalam mengatur para tamu undangan.
Jalanan mulai ramai, kami terpaksa mulai jalan kaki bersama Anni, Yato—bulter pribadi Revan dan beberapa pengawal berseragam Pegasus Biru.
Aku menggandeng tangan Revan sambil menunjuk menjelaskan festival yang ada di jalan-jalanan yang kami lewati.
"Karena terdapat 5 Dewi dan 2 Dewa dalam 7 Kebijakan Para Dewa, tali gelang ini terdiri dari 2 warna hijau dan 5 warna kream."
"Ah, itu senjata suci milik Dewa Bara Api. Busur Huricane! Sungguh indah walaupun hanya tiruan besar untuk festival."
"Ah Nee-sama! Itu bukankah senjata Dewi Matahari tongkat Heliacal?" tanya Revan menunjuk tongkat sihir mage tiruan berlambang matahari sama semangatnya denganku.
"Ya! Heroine kelak akan mendapatkannya." ucapku bersemangat tanpa sadar.
"Heroine?" tanya Revan bingung.
"I-itu.. Pahlawan (Heroine) Solar-sama Dewi Matahari mendapatkan senjatanya saat dia mencari titik di mana Mata air mengalir, apakah kau melupakan cerita itu?" tanyaku setengah gugup.
"Ah! Ya, Tongkatnya berada di kedalaman air 8.000 meter. Lalu Dewi Air Luice-sama membantu mendapatkannya." sementara perhatian Revan teralihkan aku menghela napas lega.
Hinatsuru akan mendapatkan tongkat Dewi Matahari saat berlatih di Desa Miwa, tongkat Matahari tersegel dalam Gunung berapi tertidur di Desa Miwa.
Selama ini yang membuat Gunung itu tidak lagi aktif karena tongkat Heliacal tersegel disana, kebimbangan Hina-chan yang harus mengambil pusaka haknya atau membiarkannya, jika diambil gunung Desa Miwa akan kembali aktif, jika tidak diambil kegelapan semakin sulit dikendalikan tanpa tongkat matahari.
Kebimbangan baiknya menimbulkan cinta bersemi di hati adikku Revan. Adikku membantu Hina-chan mengambil tongkat matahari yang terkubur kedalaman 8.000 meter, perjuangan mereka membuat fans pendukung Revan naik mengalahkan Putra Grand duke yang ada diposisi 2 besar.
"Oh Onee-sama, lihat itu! Senjata agung Yui-sama! Selene!" tunjuk Revan mengalihkan perhatianku.
Oh..
Bulan sabit besar berukuran 3 meter, aku tidak tahu bagaimana fungsinya. Apakah itu dapat menembak? Atau melancarkan matra? Atau boomerang?
Bahkan ahli sejarah tidak tahu kegunaan senjata Selene apa, bahkan aku sebagai mangaka pun tidak tahu kegunaannya.
"Ojou-sama, Waka-sama, sudah waktunya untuk masuk." peringat Anni dengan hormat.
"Igo Nee-sama." ajak Revan sambil menarikku masuk ke dalam bangunan seperti stadion besar sekali, kami memyebutnya coliseum.
Baiklah sebentar lagi akan ada adegan menarik, aku akan sangat menantikannya!
oO°Oo
Aku dan Revan duduk bersampingan, anak-anak lainnya juga duduk dengan rapi dipandu oleh para orang dewasa dikursi duduk stadion.
Wah.. Panggungnya lebih memukau dilihat secara langsung seperti ini, aku pernah berpikiran ingin menggambarnya.. Tapi suasananya sedikit tegang disini, aku sedikit gugup.
"Chesia!" Viana berlari kearah dan duduk di sampingku dengan semangat.
"Gokigenyo Revan-sama." sapa Viana tak melupakan budaya bangsawannya.
"Ya." jawab singkat Revan.
"Kau terlihat semangat sekali ya?" tanyaku kepada Viana yang tampak sangat bahagia.
"Ya, orang tuaku disini, mereka menyaksikanku." jawab Viana senang.
"Oh.. Tuan Marquis dan Marchioness yang sibuk, mereka meluangkan waktunya untuk putri satu-satunya." ucapku yang mengerti alasan Viana senang.
"Dari mana kau tahu?" tanya Viana terkejut. Revan juga melirikku penasaran.
Oh ayolah, bukankah itu sudah sangat terlihat dari latar belakang penjelasan karaktermu?
"Aku bahkan belum pernah mengatakan kepadamu jika—"
"Marquis Roseline memiliki proyek besar penelitian bunga-bunga apoteker ramuan, sedangkan Marchioness seorang dokter handal yang selalu dilibatkan dalam dunia kesehatan. Dua tokoh sepenting itu, aku jelas dengan mudah mengetahui tanpa perlu menunggu curhatanmu." potongku sedikit merasa malas.
Viana dan Revan mengangguk paham.
"Memang benar."
"Aku bahkan tak menduga kau akan tahu dari melihat aktifitas orang tuaku."
Dan jangan lupakan fakta jika aku adalah mangakanya disini. Aku sangat memahami karakter yang kubuat lebih dari apapun, aku adalah Okaa-san kalian.
Hahahaa!
Editor-san, lihatlah aku sudah bisa memahami salah karakterku sendiri! ヽ(*⌒∇⌒*)ノ
Tiupan terompet mulai terdengar dari panggung utama.
Wah~ akhirnya dimulai!
Para prajurit pakaian Ksatria penjaga istana berbaris rapi di tangga dan meniupkan terompetnya. Suara terompet berhenti Yang Mulia Kaisar, Ratu, Putra Mahkota dan Jasmine memasuki tempat duduk Keluarga Royal dengan anggun.
Jasmine dan Pangeran Yohan memakai seragam yang sama dengan kami, karena mereka baru akan dibaptis sekarang.
"Salam rakyatku..bla..bla.."
Kaisar mulai berpidato memukau, dan aku sudah yakin sekali inti pidatonya adalah: "Kita buka Upacara Tes Sihir Pembaptisan ini dengan basmalah.."
Mataku bertemu dengan Jasmine. Aku tersenyum sambil melambaikan tanganku, Jasmine balas tersenyum dan menganggukkan kepala kepadaku.
"Apa itu? Kau dekat dengan Putri?" tanya Viana berbisik.
"Ya, kami sering bertukar surat." jawabku.
Setelah Kaisar menyelesaikan pidatonya, para pendeta dan Saint memasuki panggung. Empat belas para Pendeta berbaris di tepi-tepi cawan membawa pedang suci yang belum berkepemilikkan, setelah mengucapkan matra suci melayang, para pendeta pergi dan Oji-san Menara Sihir pun akhirnya memasuki panggung.
Dia akan menjaga keamanan di panggung bersama para Penyihir yang berpatroli sebagai panitia pemandu.
"Hadirin.. Saya adalah Ketua Menara Sihir Kerajaan Barat, saya akan menjadi pemandu dan akan mengumumkan atribut generasi penerus bangsa. Saya akan memanggil satu-persatu nama dari 85 anak berasal dari Kerajaan Barat, 40 anak dari Kerajaan Timur, 12 anak dari Kerajaan Selatan dan 71 anak dari Kerajaan Utara. Kami akan memanggil nama mereka secara acak.."
Setelah penjelasan peraturan panggung, acaranya akan dimulai.
Jantungku berdegub kencang.
Ini dia..
Nama anak-anak satu persatu dipanggil.
Aku terus terpesona dengan Oji-san yang hanya menjentikkan jarinya bisa menghilangkan segel lahir yang aku jelaskan sangat rumit di manga.
"Putri Kerajaan Timur, Fujiwara no Hina." panggil Oji-san.
Aku menahan napasku. Oh Hina-chan! Kau dipanggil lebih awal!
Aku melihat Hina-chan melangkah dengan anggun menaiki panggung. Uh, seragamnya sangat cocok di tubuhnya. Mataku terus mengikuti Hinatsuru yang bersiap dilepaskan segelnya, baiklah.. Ini dia.
Maaf Ojou-chan, mungkin ini sedikit sakit. Aku kesulitan dengan segelmu..
"Maaf Ojou-chan, mungkin ini sedikit sakit. Aku kesulitan dengan segelmu.." Oji-san kesulitan karena jentikan jarinya tak berpengaruh.
Jangan Khawatir saya akan baik-baik saja.. Hina-chan akan mengangguk memperbolehkan.
"Jangan khawatir saya akan baik-baik saja." Hina-chan tersenyum mengangguk.
Oji-san menyentuh punggung Hina-chan.
"Saya permisi." lalu Oji-san menggambar lingkaran sihir dengan matranya di punggung Hina-chan.
Ini dia..
Aku memejamkan mataku dengan erat.
Oh tidak jantungku berdetak semakin kencang.. Aku tak bisa melihat ini.. Ohhhh aku terlalu senang.. Tidak, aku tak ingin melewatkan ini aku harus melihatnya!
Saat aku membuka mataku.
Srashhhh..
Sinar cahaya terang memenuhi panggung membuatku memejamkan mata lagi.
Oh sh*t, baru saja buka mata langsung silau begini.
Baiklah, Dewi Matahari Solar-sama ada di depan kita. Hina-chan sedang bertransfromasi menjadi Dewi cantik.
"Aaaaaaaarghh!!" Hina-chan berteriak kesakitan.
Tentu saja seorang Dewi di tubuh Manusia akan terasa sakit, semangat Hina-chan! Kau bisa! Ganbatte!
Oh tidak terlalu silau, aku tidak bisa melihat ekspresi wajah kebingungan Oji-san. Oji-san tolong tenanglah, jangan gegabah! Kau sedang berhadapan dengan Dewi Matahari!
"Ojou-chan!"
oO°Oo
TBC
1156 words
Jari-jari tangan sangat keriting
ヽ( ´¬')ノ
Vote yuk
(◍•ᴗ•◍)❤