The Journey [Greyson Chance L...

By sekartiktik

73.1K 4.5K 737

Aku percaya bahwa aku bisa bertahan melalui waktu gelap. Ketika semuanya hilang dan aku harus memulainya dari... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
NEW JOURNEY!

Part 8

2K 144 24
By sekartiktik

Greyson menghela nafas “tunggu sebentar” ia melepaskan pelukan ku lalu berpindah posisi menjadi duduk.

“tutup matamu” perintahnya. Aku menurutinya, ku pejamkan mataku beberapa saat “sekarang buka matamu” Greyson menyodorkan kotak persegi panjang berwarna biru. Ia menatapku gugup sambil menghela nafas berat. Perlahan kotak itu terbuka dan memunculkan tulisan

I LOVE U

Mulutku menganga karena terkejut. Terkejut karena ia sudah mengatakan tiga kata ajaib itu meskipun melalui tulisan.

“maukah kau menjadi kekasihku?”

Aku mematung di tempat. Tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar langsung darinya.

“Mungkin aku bukan seperti lelaki yang lainnya, yang bisa memberikanmu sebuah berlian atau membelikanmu gaun mewah. Aku hanya bisa memberikan mu sebuah kalung perak ini untukmu. Sejujurnya aku mencintaimu sejak aku melihatmu bermain skateboard di tepi danau” Ia meremas jemariku lembut “Mungkin untuk saat ini aku hanya bisa menjanjikan perasaanku tetapi, tolong jaga hati ku selama aku kembali ke Washington”

Oh astaga. Ini kado termanis yang pernah aku dapat dalam sejarah ulang tahun ku. Aku bahkan tidak bisa melontarkan kata-kata. Mulutku seakan terkunci karena perasaan bahagia sekaligus haru yang ku rasakan saat ini.

Aku tersenyum haru padanya. Mataku berkaca-kaca menatapnya yang saat ini sedang tersenyum lebar kearahku.

“Greyson....” suaraku mengecil namun Greyson masih bisa mendengarku

“Aku tidak mau mendengar penolakan” ucapnya dengan percaya diri.

“Aku mencintaimu” lega sudah bisa mengatakan ini padanya.

Greyson tersenyum lebih lebar lagi hingga rentetan gigi putihnya dapat jelas ku lihat. Ia menarik ku lagi kedalam pelukannya. Setelah beberapa saat berpelukan ia memakaikan gelang perak itu di pergelangan tangan ku. Ia mulai mengaitkan pengaitnya lalu membalikan posisi gelang itu sehingga aku dapat melihat aksesoris yang terpasang disana.

“Alien?” tanya ku sambil menatap gelang ini “Aku sedang terobsesi dengan alien dan planet-planet jadi ku jadikan wajah alien ini pada gelangmu. Kau tidak suka?”

“Tentu saja aku suka. Ini nampak lucu” Aku terus memandangi gelang ini dengan cengiran lebar.

“Pergilah, nanti kau terlambat” hampir saja aku melupakan mata kuliah ku hari ini “astaga aku hampir lupa”

~Greyson’s POV~

Dengan terburu-buru Elsa meraih tasnya dan beberapa buku miliknya. Ia berlari kecil membuka pintu namun tiba-tiba ia berbalik kearahku lalu mencium singkat pipi kananku. Aku tersenyum dibuatnya.

Setelah Elsa menghilang dari balik pintu aku merebahkan tubuhku kembali di atas kasur. Lelah dan penat masih terasa di tubuhku. Baru saja aku ingin tidur kembali tiba-tiba ponselku bergetar

Hey Greyson

 

Ku balas pesan singkat itu sembari tiduran di atas tempat tidur

Hey Emma, ada apa?

 

Tidak ada, aku tidak melihat mu di asrama. Kau pergi kemana?

 

Aku baru saja terbang ke OKC semalam

 

Wow semendadak itukah?

 

Ya ini masalah yang sangat penting

 

Meletakan ponselku diatas bupet aku bersandar sambil berpikir. Aku memang belum memberitahu Emma kalau aku memiliki gadis spesial selama ini. Ku rasa belum tepat waktunya untuk memberitahukannya karena aku takut ia akan membeberkan semuanya kepada penggemarku yang lain.

Memandang kesekeliling, kamar ini cukup nyaman bagi ku.

~Elsa’s POV~

Aku berjalan dengan terburu-buru menuju halte bus sambil merutuki kecerobohanku. Hari ini aku mendapat ujian esay dari Professor Albert. Jika aku terlambat maka nilai ku akan menurun dan terancam di keluarkan dari OU.

Begitu sampai di OU aku langsung berlari menuju kelasku sampai aku menabrak-nabrak mahasiswa yang sedang berlalu.

Sesampainya di depan pintu kelasku, aku menarik nafas dalam-dalam lalu merapikan rambutku.

Ku dorong pintu kaca ini. Professor Albert menurunkan kacamatanya sampai hidung sambil menatapku

“Kau terlambat lima belas menit Nona Peterson”

“Maafkan aku Professor” aku menunduk malu karena seluruh mahasiswa didalam kelas ini memandangi kedatanganku yang terlambat

“Duduklah dan kerjakan esayku dengan sisa waktu yang tersisa”

Tanpa bertanya-tanya lagi aku segera mengambil kursi dan mulai mengerjakan ujian esay ku.

Karena keterlambatan ku, aku menerima hukuman dari Professor Albert. Beliau memintaku untuk memeriksa hasil ujian-ujian tadi. Gelisah dan terburu-buru sedang menghantuiku karena ini sudah pukul dua siang dan aku belum tiba di butik Elena.

“Prof, bisakah aku memeriksa hasil ujian ini dirumah?”

“Maaf Nona, ini hukumanmu jadi kau harus menyelesaikannya disini”

Dengan pasrah aku memeriksa tiga puluh empat esay yang berisikan jawaban yang berbeda. Kepala ku serasa ingin pecah harus memeriksa semua esay ini.

Tiga puluh menit kemudian aku sudah selesai menjalani hukumanku. Professor Albert pun sudah membolehkan aku pulang.

Kembali ku berlari kearah halte bus dan ketika turunpun aku berlari dengan sangat terburu-buru.

Sial butik sedang ramai dan aku tidak ada disana. Ketika aku sampai didalam butik, pelanggan pertama sudah selesai berbelanja. Elena melipat kedua tangannya di dada sembari menatapku.

Aku berdiri di ambang pintu dan siap memasang kedua telingaku untuk mendengar amarahnya. Elena hanya diam sambil memandangku dengan datar

“El—Elena maafkan aku”

“Kemana saja kau?”

Oh dia benar-benar marah. Terdengar jelas dari nada bicaranya yang dingin padaku “Aku baru saja menyelesaikan tugas ku di OU. Maafkan aku”

Aku menatap kearah kebawah. Aku benar-benar takut jika Elena sedang marah. Bisa ku dengar suara sepatunya yang melangkah mendekat kearahku sampai akhirnya aku bisa melihat sepatunya berada didepan sepatuku. Dengan gugup aku memberanikan diri menatapnya yang kini berdiri di hadapanku.

“Selamat ulang tahun!” Ia berbicara hampir berteriak didepan ku. Aku hanya diam menatapnya karena ku kira ia akan memarahiku namun sekarang ekspresi wajahnya berubah menjadi berseri-seri.

“Elena, kau menakutiku” ucapku seraya menerima pelukan hangatnya.

“Maafkan aku” Ia tertawa kecil “Aku punya sesuatu untukmu” Elena berlalu kedalam ruangannya dan kembali dengan sebuah gaun panjang selutut berwarna putih tulang. Kedua mataku berbinar menatap gaun cantik ini.

“Ini salah satu desainku. Ku harap kau menyukainya”

Ini bahkan sangat sempurna “terima kasih banyak Elena. Ini indah sekali”

Elena memegang kedua pundak ku “Sekarang pergilah, persiapkan makan malam romantis berdua dengan Greyson” Aku terkejut mendangar ucapan Elena. Dari mana ia tau kalau Greyson ada disini dan apa ia baru saja menyuruhku pulang? “Tapi.... aku—“

“Elsa, turuti perintahku! Ini adalah hari spesialmu. Aku mengerti perasaanmu dan kau tidak perlu banyak bertanya. Simpan saja pertanyaanmu untuk kau tanyakan padaku kapan-kapan” Elena tersenyum hingga kedua matanya menyipit “Kau jangan khawatir. Tidak ada potongan gaji untuk libur hari ini”

Aku memeluk Elena sekali lagi sembari berpamitan untuk pulang. Belum pernah aku bertemu seseorang sebaik Elena. Dengan penuh semangat aku kembali ke flat ku untuk menemui Greyson. Tak lupa aku mampir ke mini market membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam.

Setibanya dirumah aku melihat Greyson yang sedang duduk di depan meja belajarku

“Hei, kau sudah kembali?” ia bangkit dari duduknya lalu meraih kedua tanganku

“Elena, menyuruhku pulang dan apa kau memberitahu ia bahwa kau akan kesini?” Greyson tersenyum kecil dan tebakan ku ia sudah merencanakan ini semua dengan Elena.

“Elsa, aku ingin mengajak mu makan malam dirumah ku”

“Baiklah” Aku melempar tas ku keatas tempat tidur lalu berbalik kembali kearah Greyson karena baru saja menyadari apa yang ia katakan barusan “Dirumahmu?!” pekik ku.

“Ya, ada apa?”

“Aku hanya...”

“sekarang kau bersiap-siap”

“Kita naik apa kesana?”

“aku sudah menyewa mobil saudaraku disini”

“Baiklah”

Aku mengambil gaun pemberian Elena kedalam kamar mandi. Segera ku bersihkan tubuhku lalu menata make up dan rambutku. Setengah jam sudah aku mempersiapkan diri kini giliran ku mencoba gaun cantik ini.

Sedikit kesulitan karena letak zipper yang berada dibelakang. Aku mencoba mengulurkan tanganku lebih jauh lagi namun sialan tidak berhasil. Tanpa kusadari tangan seseorang menaikan zipper ku. Aku menoleh dan mendapati Greyson tersenyum hangat kearahku.

Well sedikit gugup mengingat sekarang ia adalah kekasihku.

“Kau sangat cantik” ucapnya yang kemudian membalikan tubuhku lalu memeluk ku dari belakang. Kepalanya bersandar pada pundak ku dan ia menempelkan pipinya pada pipi ku “Lihatlah ke cermin, kau sangat cantik dengan gaun ini. Apa kau baru saja membelinya?”

Melihat pantulan bayangku pada cermin aku tersenyum kecil. Memang gaun ini terlihat cocok di tubuhku “Elena memberikannya padaku”

Greyson mencium pipi ku cukup lama lalu menarik ku keluar “ayo kita berangkat” Sepanjang perjalanan kami berbincang-bincang ringan. Membicarakan kebiasaan masing-masing dan begitu juga dengan Greyson. Ia berniat ingin magang di salah satu perusahaan namun aku belum tau ia ingin memulainya dimana.

Berjam-jam sudah kita menempuh perjalanan akhirnya aku bisa melihat taman Edmond yang menjadi gapura selamat datang.  Menghirup dalam-dalam udara di Edmond yang selalu sejuk, Greyson memparkirkan mobilnya tepat didepan pekarangan rumahnya.

Ia membukakan ku pintu lalu kami melangkah beriringan menuju pintu rumahnya. Belum sempat Greyson menekan bel rumah seseorang sudah lebih dulu memutar kenop pintu.

“Sayang akhirnya kau pulang” Nenek Elsie menyambut kami. Aku ikut tersenyum melihatnya yang tengah berdiri dengan kedua tangan terbuka “Elsa, kau kah itu?” ucap Nenek Elsie setelah melepas pelukan dari Greyson

“Halo Nenek, aku merindukanmu”

“oh kemarilah sayang, kau cantik sekali”

Aku memeluk Nenek Elsie setelah itu bergantian menyalami keluarga Chance yang sedang menyambut kami.

Senang rasanya melihat Greyson begitu di nanti dirumah ini dan berbanding terbalik dengan keluargaku. Mereka bahkan tidak pernah merindukan ku ataupun menanyakan kabarku.

Mr Chance dan Mrs Lisa memeluk anak bungsunya itu dengan cukup erat kemudian mereka berdua berpaling kearahku.

“Ayah, Ibu—“ belum sempat Greyson melanjutkan kalimatnya Mr Chance sudah lebih dulu menyela “Aku tau dia, nak. Ia”

“Tapi aku ingin memperkenalkan ia sebagai—kekasihku”

Nenek Elsie dan Alexa langsung berkumpul diruang makan begitu mendengar kalau Greyson sudah resmi menjadi kekasihku. Mereka nampak bahagia namun tidak dengan Mrs Lisa. Aku seperti melihat sorot ketidak sukaannya padaku namun segera ku tampar diriku mencoba menepis pikiran negative yang barusan muncul.

Menarikan satu kursi untuk ku. Greyson mempersilahkan ku duduk lalu ia mengambil kursi di sebelahku. Mereka bersenda gurau sedangkan aku hanya menjawab seadanya saja.

“Tanner belum kembali. Ia masih sibuk mengurusi pekerjaan barunya” ucap Alexa

“Aku tidak membutuhkan cucu ku yang satu itu” sahut Nenek Elsie “aku hanya merindukan cucu ku yang satu ini. Yang setiap pagi selalu rajin mengantar roti pada pelanggan ku” sambungnya.

Greyson tertawa kecil lalu menatap ku “mau tambah supnya?” tawarnya

“oh tidak, terima kasih” Aku tersenyum kearahnya.

Sedetik kemudian suasana hening. Hanya dentingan sendok yang dapat ku dengar sampai seseorang berdeham.

“Jadi Elsa, bagaimana kuliahmu?” Mr Chance membuka suara kembali.

“semua berjalan dengan lancar” jawabku sambil memalingkan tatapan ke arah Mrs Lisa yang sejak tadi hanya diam.

“Greyson, apa kau tidak merindukan Aspan?” ucap Mrs Lisa.

Makanan yang baru saja ingin meluncur kedalam kerongkonganku tiba-tiba keluar kembali dan mengakibatkan aku terbatuk-batuk.

“Elsa, kau baik-baik saja?” Greyson menyodorkan ku segelas air dan dengan segera ku raih air itu lalu meminumnya. Aku menjawab pertanyaan Greyson dengan anggukan kecil.

“mengapa Ibu bertanya seperti itu?”

“Aku hanya ingin kau mendapatkan kekasih yang lebih baik dan layak bersanding dengan mu”

Ucapannya langsung menusuk kedalam. Aku tidak mengerti apa masalah perempuan ini hingga ia tiba-tiba membenciku.

“Jangan kau kira aku tidak tau siapa perempuan yang berada di hadapan mu ini. Ia mantan seorang pencuri sekaligus mantan seorang pengedar narkoba!”

“Lisa, jaga bicaramu!” bentar Mr Chance

“Aku hanya mengatakan apa yang Ayahnya katakan padaku”

Seperti di tiban sebuah batu besar. Aku merasa terpojoki mendengar ucapan Mrs Chance. Dari mana bisa Ayah ku mengatakan semua ini pada keluarga Chance.

“benar begitu, Elsa?” tanya Mr Chance

Aliran darahku seperti mengalir menuju kaki ku. Wajahku memucat. Aku berdiri dari kursi lalu menarik serbet”Maaf, aku permisi” ucapku lalu pergi meninggalkan meja makan. Greyson langsung mengejarku namun aku tidak menghentikan langkahku.

“Elsa berhenti!” Greyson mencoba menyamai kecepatan langkahku. Aku malu dan merasa harga diri ku telah hilang didepan keluarganya. Aku memang gadis yang terlahir sial.

“Elsa, tunggu!” Greyson menahan pergelangan tanganku dan aku menatapnya dengan keadaan mata yang berkaca-kaca “tolong jangan dengarkan perkataan Ibuku”

“tapi ia berkata yang sebenarnya Greyson”

“Dengarkan aku, aku menerima mu sebagai Elsa June Peterson. Bukan sebagai Elsa mantan pencuri atau pengedar narkoba. Aku mencintaimu dan kau harus mengingatnya”

Aku menangis dihadapannya saat ini. Entah rasanya hanya mengucap syukur saja belum cukup untuk mewakilkan rasa terima kasih ku pada laki-laki ini.

“kau tunggu disini aku akan mengambil mobil dan kita segera kembali ke Norman”

Aku mengangguk lalu menunggunya di pinggir jalan yang sunyi senyap ini. Tubuhnya semakin menjauh dari pandanganku.

Aku mengusap-usap lengan ku karena udara dingin yang menabrak kulitku secara langsung. Suasana jalanan yang begitu sepi membuatku sedikit bergidik ngeri.

Hanya suara hembusan angin dan lampu lalu lintas yang dapat kudengar. Sedangkan Greyson tak kunjung kembali dari rumahnya.

Menyipitkan mata aku melihat lampu mobil dari kejauhan. Senyum ku mengembang seketika namun orang yang tiba bukanlah Greyson, melainkan orang lain.

Aku mundur beberapa langkah setelah orang itu keluar dari mobil. Ia menyeringai lalu menarik pergelangan tanganku.

Aku berusaha melepaskan cengkramannya namun tenaga ku tidak lah lebih kuat darinya

“GREYSON TOLONG!”

Continue Reading

You'll Also Like

Rain By Moonlight Star

General Fiction

108 67 7
Namanya Rain pemuda yang suka dengan hujan
723 59 15
Penulis: Kuang Shang Jia Kuang (狂上加狂)| Ada sebuah pohon di Immortal Terrace, yang telah menghasilkan dua buah dalam lima ratus tahun, keduanya meru...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...