[✓]KOS KOSAN GUVLUK

By sheeshyoe

263K 28.6K 7.1K

[Completed] ❝Cinta karena terbiasa, cinta di rumah, rumah kita... ❞ #1- koskosan #2 - imagine KKG©YOURfortun... More

#01 : Over
#02 : New Occupant
#03 : Apology
#04 : Introduction
#05 : Intro Again
#06 : Degenerate
#07 : Uncomfortable
#08 : Failed to Move On
#09 : Promise
#10 : Huaa
#11 : Return
#12 : Hug
#13 : Australia
#14 : Three Days Without Yana
#15 : Jealous
#16 : New Occupant (2)
#17 : Turth Or Dare
#18 : Go
#19 : Horror
#20 : Comeback!?
#21 : Tiffany
#22 : Pretend To Forget
#23 : Son In Law
#24: Commotion
#25 : Antagonist
#26 : Miss
#27 : Broken
#28 : Drama
#29 : Crazy
#30 : Suprise
#31 : RIP
#32 : I Miss You Too
#33 : Rival
#34 : Busy
#35 : Worried
#36 : Follow
#37 : Friends
#38 : Got7
#39 : Weird
#40 : Married
#41 : Hospital
#42 : Feeling
#43 : Visit
#44 : Mission
#45 : Dying
#46 : Who
#47 : Idiotic
#48 : Caffe Bene
#49 : Plan
#50 : Fool
#51 : Clump Up
#52 : Meet
#53 : Back Off
#54 : suggestion
#55 : The Last
#56 : Ext Part
#57 : Ext Part
#58 : Ext Part
#59 : Ext Part (Finally)
(60)
#60 : The Real Last Ext Part (1)
Goodbye..
sssh
[SEASON 2]#62 : i m y
[SEASON 2]#63 : evt will be oky
[SEASON 2]#64 : beautiful life, fake life
[SEASON 2]#65 : some can be trusted n some can't
[SEASON 2]#66 : Don't expect something that's been lost
[SEASON 2]#67 : sorry it always comes late
[SEASON 2]#68 : a father's love
[SEASON 2]#69 : sweet but painful goodbye
[SEASON 2]#70 : be grateful for what u have
[SEASON 2]#71 : no meeting without farewell
[SEASON 2]#72 : sweet last -END-

#61 : The Real Last Ext Part (2)

1.8K 290 119
By sheeshyoe

Lee Sooman duduk di tepi ranjang. Pandangan laki-laki itu mengabur akibat pelupuk matanya yang dipenuhi air mata. Ditatap nya wanita baya yang terkulai lemah di atas tempat tidur. Ayah itu tak berkata apa-apa lagi sejak Cha Eunwoo menelepon nya untuk memberi tahu bahwa putri tunggal nya sudah tiada. Betapa hancurnya dunia si ayah. Hingga menangis saja tak bisa mendeskripsikan perasaan nya.

Lee Sooman tiba-tiba rindu sosok gadis kecil yang sudah mewarnai hidupnya bahkan ketika ia belum terlahir di dunia. Gadis kecil yang kerap memanggil nya 'Ppa!' seraya menarik celana yang ia kenakan ketika ia pulang bekerja. Gadis kecil yang akan menangis ketika ia bilang ia akan menjual gadis itu pada pemulung. Berpura-pura tidur ketika ia masuk ke kamar gadis itu. Ia tiba-tiba rindu pada gadis kecil yang selalu duduk di pangkuan nya, menemani nya bekerja, berbicara panjang lebar, bercerita mengenai hari-hari di sekolah nya, bermain..

Tiba-tiba ia ingin waktu itu terulang kembali. Mengingat ia belum jadi ayah yang baik. Mengingat mereka belum menghabiskan banyak waktu. Mengingat ketika sudah dewasa, sang ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan nya. Ayah menyesal, tapi ia sudah kehilangan kesempatan.

Ia masih ingat kata pertama yang gadis itu itu ucapkan untuknya ketika masih kecil, ia masih ingat gadis itu makan apa hingga tersedak dan di larikan ke rumah sakit sewaktu kecil. Ia masih ingat.. betapa sakit hatinya melihat Yana koma beberapa hari di rumah sakit karena terjatuh dari tangga. Dan ia kembali merasakan nya, berkali-kali lipat dari sebelum nya.

Lee Sooman mengusap tangan istrinya, di dalam hati mengucap maaf sebanyak-banyaknya. Berharap sang istri baik-baik saja untuk menangis bersama. Lee Sooman benci ketika ia harus duduk sendirian, menangis sendirian, lalu bernostalgia pada hal-hal indah sendirian. Dokter bilang Kim Seulbi shocked excessively atau terkejut berlebihan. Menyebabkan ia pingsan. Semenit ketika telepon dari Cha Eunwoo di matikan.

Wanita baya itu sempat menjerit kesakitan sambil memukul dada nya. Berteriak-teriak meminta tolong agar putri nya dikembalikan. Seperti orang depresi. Tidak heran, ibu dan anak itu sangat dekat. Tapi mereka tidak punya cukup banyak waktu berbincang akhir-akhir ini. Sama seperti Lee Sooman. Apa yang bisa ia usahakan sekarang? Ketika Yana menghilang, ia bisa mengerahkan seluruh tenaga dan uang nya untuk mencari gadis itu. Membayar berapa pun yang diminta agar putri nya di temukan. Sekarang.. kemana ia harus mencari? Berapa yang harus ia bayar agar putri nya bisa kembali? Sang ayah rela memberi segalanya..

"Ppa ppa Jom main"

Kim Seulbi tertawa, "Yana kebanyakan nonton Upin Ipin yah makanya ngomong nya begitu"

Lee Sooman hanya terkekeh singkat, mengangkat tubuh kecil kurus Yana ke dalam rengkuhan nya lalu memeluk perut anak itu.

"jom tengok Upin Ipin!"

"JJOM!!" Lee Sooman menggendong Yana. Membawa anak itu berlari ke arah ruang tv. Lalu asik menonton kartun disana.

"Papa kangen nonton Upin Ipin sama kamu.." lirih Ayah pelan. Pandangannya masih mengarah pada Seulbi yang belum sadarkan diri. Ia sudah seperti orang gila berbicara sendiri. Kata-kata yang terlontar dengan sendiri nya membuat ayah itu terlihat begitu menyedihkan.

"Ppa, ini thiapa?"

"Ini adik kamu sayang, adik nya Yana"

"Adik? Nama nya thapa?"

"Kamu mau namanya siapa?"

"Hm.. ch-codet?"

Kim Seulbi yang mendengar itu mencubit pipi Yana pelan. "Masa kamu mau ngasih nama adik kamu pake nama anak anjing tetangga, sih!"

"Papa kangen kamu, Yan.." bahu Ayah terguncang pelan. Isak nya mulai terdengar, memenuhi ruangan itu seketika. Ruangan itu berubah suram, Isak tangis menjadi backsound nya. Lee Sooman tak bisa menahan lagi, ia benci harus berpura-pura kuat sekarang. Dan sebenarnya ia benci ketika mengatakan bahwa ia ikhlas atas kepergian putri nya. Bagaimana pun juga.. hubungan ayah dan anak perempuan nya jelas tak bisa di deskripsikan secara singkat. Hubungan Ayah dan anak perempuan memang se istimewa itu, tak ada ayah yang rela kehilangan putrinya. Tak ada ayah yang bisa berhenti menangis dan mengikhlaskan kepergian putri nya. Kalau pun ada, Sooman yakin.. itu bukan dirinya.

*

"Heh, bukan yang itu! Yang itu tuh!!" Lisa menepuk jidat nya sendiri. Sedikit kesal karena laki-laki yang sejak tadi bersama nya itu sangat tidak cocok diajak berbelanja bersama. Kim Hanbin yang bukan hanya menemani tapi juga merangkap menjadi pesuruh sekaligus yang membayar semua belanjaan hanya bisa menghela nafas dengan frustasi. Pasalnya Lisa tak pernah mau berhenti sebentar sekedar duduk beristirahat. Dia kan enak, hanya jalan lalu menunjuk apa saja yang dia mau. Disini Hanbin lah yang mungkin akan pingsan sangking lelah nya. Sudah tenaga begitu banyak terkuras, dompet pun sama.

"Lo tau kan, Cha Eunwoo itu anak orang kaya. Otomatis mereka tinggal di tempat yang mewah!" Lisa menepuk dada nya dengan menggebu-gebu. "Mau ditaruh dimana muka gue yang super cantik ini kalau datang bertamu pake baju kayak gitu!? Iyuh, kampungan banget.."

Kadang Hanbin sendiri bingung. Kenapa ia bisa suka pada wanita seperti Lisa ini. Sudahlah matre nya tidak ada obat, wanita itu juga rempong dan mengesalkan. Dalam satu hari mereka bertemu Hanbin tidak bisa menghitung berapa kali wanita ini mengatakan iyuhh dengan tangan yang dihempas-hempas anggun bak putri kerajaan. Hanbin sebenarnya tidak suka dengan wanita yang seperti itu. Tipe ideal Hanbin sendiri adalah wanita yang penyayang, lembut, juga pandai mengambil perhatian. Ya kira-kira seperti Lee Yana. Sangat berbeda jauh dengan Lisa yang entah bagaimana bisa jadi pacar nya. Hanbin benci wanita matre, Hanbin benci wanita yang terlalu banyak tingkah apalagi rempong. Tapi.. kalau itu Lisa, mungkin Hanbin harus berpikir seribu kali untuk membencinya. Mungkin Lisa sudah menghipnotis Hanbin. Atau.. wanita itu mungkin menyantet nya. Mungkin saja..

Tapi walau begitu Hanbin senang, wanita seperti Lisa ini sulit ditemukan. Tidak ada yang seperti Lisa lagi di dunia ini, begitu kata Hanbin.

Bagi Lisa sendiri Hanbin pun sama. Hanbin kadang menjengkelkan kala laki-laki itu asik dengan game ditangannya. Kadang juga Hanbin itu terlalu mengesalkan jika sedang manja. Hanbin tipe orang yang akan berteriak tepat di telinga Lisa kalau saja dirinya mengganggu Hanbin yang sedang asik dengan game di ponsel. Dan Hanbin juga akan berteriak tepat di telinga Lisa kalau wanita itu asik dengan ponsel nya. Intinya Hanbin itu suka berteriak. Seperti perempuan. Hanbin juga pacar yang mudah cemburu, melakukan hal-hal konyol ketika sedang kesal. Tak sekali dua kali Lisa menerima makian pahit dari laki-laki itu, lalu berujung permintaan maaf. Hanbin itu ceroboh kalau bicara, Lisa masih ingat ketika Lee Yana bercerita kalau Hanbin pernah menuduh nya sebagai wanita tak benar ketika pertama kali bertemu di indekos milik Ayah nya. Tapi Lisa tak pernah mempermasalahkan itu, dia bahkan senang jika Hanbin mulai menampilkan sifat asli nya. Memang.. Lisa dan Hanbin itu Klop!

"Mereka pasti bakal ngewajarin lah, kan tau gue ngga punya duit--"

Lisa langsung membekap mulut Hanbin. Menghentikan kalimat Hanbin dengan paksa. Hanbin sendiri pasrah dibekap oleh Lisa. Memang dia serba salah kalau sama wanita ini.

"Bilang ngga punya duitnya pelan-pelan aja, sih. Ngga malu apa? Mau ditaruh dimana--"

Hanbin melepas paksa bekapan Lisa. Menatap wanita itu datar seraya menghela nafas. "Gausah dikemana-manain sayang. Kalau kamu ngga punya muka kan serem, disitu aja.."

Itu bukan pujian. Jelas! Tapi entah kenapa Lisa bersemu mendengarnya. Mungkin karena kata 'sayang' yang tersemat di dalam nya.

"Gausah gombal-gombal! Colok nih!" Lisa menyodorkan jari telunjuk nya mengancam akan menusuk mata Hanbin. Hanbin terkekeh singkat, di dalam hati mendesis 'gombal apaan, sayang.. itu tadi aku ngehina kamu loh..',

*

Jisung duduk di samping Suga, menatap laki-laki itu sendu seperti memberi sinyal kalau ia perlu sesuatu. Suga yang peka namun pura-pura tidak tahu hanya menatap ke arah majalah ditangan nya. Berusaha untuk tidak melirik wajah cemberut Jisung yang mungkin berubah semakin sedih kala laki-laki itu malah mengabaikan.

Suga juga sedih, ia belum mendapat kabar dari Lee Yana atau Cha Eunwoo. Apa persalinan nya berjalan lancar, apa jenis kelamin bayi nya, lalu.. bolehkah Suga menyumbang sebuah nama untuk malaikat kecil itu? Suga ingin tahu sebenarnya..

"Bang, gimana.."

Suga menghela nafas, "lu nanya gue, gue nanya siapa, Sung?"

"..." Jisung tak tahu harus menjawab apa lagi setelah itu. Memang benar, mereka semua tidak tahu. Mereka ingin tahu..

"Gue penasaran Lino lagi ngapain sekarang.." Suga bergumam. Jisung yang mendengar jelas gumaman itu menoleh dengan wajah terkesiap.

"Kenapa bang Suga ngga telpon Bang Lino aja? Tanyain kak Yana, siapa tahu dia tahu"

"Dia orang bukan tahu, apalagi tempe.."

Jisung merotasikan bola mata, "gue serius. Cepet telpon!"

Suga ikut merotasikan bola mata nya, tapi merogoh saku mengambil ponsel. Padahal Jisung sendiri punya nomer telpon Lino. Kenapa harus Suga yang menelepon? Yasuda, positif thinking saja.. mungkin Jisung sedang tidak punya pulsa.

"Ga diangkat.."

"Coba lagi dong, masa gitu aja nyerah!" Jisung bersikeras. Menggigit jari telunjuknya dengan gemas. Ingin merampas ponsel dari tangan Suga. Tapi ia takut kena tendangan maut.

"Dia lagi telponan.."

"Coba lagi, sampe bisa!!"

".. nomer nya ga aktif lagi"

"Ya di coba--"

"LU AJA YANG NELPON YA BAN*SAT! EMOSI GUAAA" Suga membanting ponselnya ke atas sofa. Sengaja, agar tak pecah. Ia tidak punya uang untuk mengganti dengan yang baru soalnya. Jisung yang dimaki tiba-tiba tersentak hampir terjatuh dari sofa. Terkekeh singkat sambil meminta maaf. Ya gimana, Jisung sedang cemas tak menentu. Ia menakutkan sesuatu yang sebenarnya dia pun tak tahu apa itu.

Drrt..

Hanya sekali getaran, Suga langsung menerima panggilan tanpa melihat nama si pemanggil terlebih dahulu. Berharap yang menelpon adalah orang yang sedang ada dalam pikirannya.

"Kalian.. sibuk?"

Suga menautkan alisnya. Menjauhkan ponsel dari telinga lalu menatap layar ponsel itu. Nama Lee Sooman tertera disana, betapa terkejutnya Suga karena itu. Bagaimana tidak, ia tidak pernah ditelepon oleh orang sibuk seperti Lee Sooman bahkan untuk menagih uang kosan. Ia punya nomer telepon beliau hanya iseng saja, siapa tahu ayah dari Lee Yana itu benar-benar jadi ayah mertua nya. Tapi ternyata harapan itu tidak terkabul.

Seraya bertanya-tanya apa tujuan Lee Sooman menelepon nya, Suga menjawab dengan sapa ramah untuk ayah dua anak itu. Memberi salam, lalu berbasa-basi. Lee Sooman kelihatan nya tak senang berbasa-basi hari ini. Ia bahkan tak menjawab sapa Suga dengan benar. Padahal yang ia tahu, Lee Sooman itu sama receh nya dengan anak kosan lain. Walau tua, mereka sebenarnya punya selera humor yang sama dengan anak kosan lain. Sama-sama rendah. Maaf, Lee Sooman.

"Saya tanya apa kalian sibuk?"

"Hem.. sebenarnya engga, om" Suga melirik Jisung yang tak memperhatikan nya. Laki-laki itu malah asik dengan ponsel nya seraya memasang wajah cemberut mengesalkan. Ingin sekali Suga memukul wajah itu dengan tangan nya, tapi kasihan.

"Oh.."

Hening. Suga benar-benar bingung sekarang. Ia ingin bertanya lagi, namun diurungkan. Ia takut, mungkin suasana hati Tuan Lee sedang tidak baik hari ini.

"Kalian.. bisa datang ke rumah saya? Cha Eunwoo dan.. putri nya akan pulang ke Indonesia" hela nafas Lee Sooman terdengar berat. Lalu dengan lambat ia melanjutkan. "Bersama Lee Yana juga.."

"Kenakan pakaian formal kalian, berwarna gelap.."

Suga menarik senyum nya lebar. Segera menganggukkan kepala nya semangat, menjawab dengan tegas bahwa mereka semua akan datang ke rumah Lee Sooman untuk menyambut Cha Eunwoo dan istri serta anak nya. Lalu Suga menepuk-nepuk punggung Jisung dengan menggebu-gebu.

"Sung sung sung Yana pulang, Sung! Yana pulang, sama si Eunwoo ke Indonesia!! Hahaha Yana pulang, anjir gue seneng banget ini!!" Suga melompat-lompat kegirangan. Wajah nya berseri dapat menjelaskan dengan baik suasana hati laki-laki itu. Ia benar-benar bahagia. Sangat. Lalu Suga berteriak dengan keras memanggil penghuni kosan lain dan mengatakan kabar gembira tersebut. Ia masih melompat-lompat. Setelah enam tahun, dan mereka akan bertemu dengan Yana lagi.

"Bukannya Yana baru lahiran, masa iya mau dibawa terbang aja" Kai mengernyit bingung. Ia pun kaget ketika katanya mereka bertiga, yang berarti bayi itu juga ikut. Berarti Yana sudah melahirkan. Dia sudah menyelesaikan persalinannya.

"Lah gatau, kata Om Sooman mereka bakal datang. Kita bisa kesana besok.. ada acara mungkin? Soalnya kita disuruh pake pakaian formal" Suga menjawab dengan penuh sukacita. Berbeda sekali dengan Suga beberapa tahun belakangan ini, yang kalau tersenyum saja hanya kalau dipaksakan. Jisung tak kalah heboh nya segera berlari mencari Jeongin dan Huening. Berencana ke mal untuk membeli perlengkapan bayi sebagai hadiah pertemuan kembali.

Chanyeol duduk di sofa. Menatap Suga dengan pandangan yang sulit diartikan. "Om Sooman langsung yang nelfon? Kenapa Yana engga?"

Suga balas menatap Chanyeol. Ia mengedikkan bahu. Ia juga bingung, tapi tak berpikir sampai disana. Yang penting mereka bertemu Yana lagi.

"Anjir kenapa ga hari ini aja, gue udah kangen banget!!" Hyunjin berseru. Di balas anggukan setuju dari yang lain.

"Pasti anak nya lucu, ahh ga sabar!!" Boemgyu gemas sendiri.

Suga tersenyum semakin lebar, bicara dengan semangat bersama yang lain meletakkan ponsel nya diatas sofa dengan sembarang. Tanpa tahu, ada panggilan yang masuk dari Cha Eunwoo.

*

Lino meremas jari jemari nya kuat. Menatap peti jenazah berwarna hitam dihiasi ukiran berwarna emas di pinggirnya dengan tatapan kosong. Seolah memindai benda padat itu, ingin menilik lebih dalam agar bisa melihat apa isinya. Dadanya terasa remuk seketika, ketika dilihat nya foto Lee Yana tergeletak rapi diatas nya. Dikalungi bunga, tanda orang yang ada didalam foto itu sudah berbahagia di sana. Pasokan oksigen serasa berkurang menit demi menit. Lee Minho bersumpah itu adalah hari paling menyakitkan baginya, sangat menyakitkan hingga ia nyaris lupa bernafas. B-bagaimana bisa jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya ia harapkan saat datang ketempat ini? Apa yang Lino ingin lihat sebenarnya? Kenyataan seperti menampar laki-laki itu dengan sangat kuat di pipinya. Menciptakan bekas luka yang mungkin tak akan pudar hingga ia menutup mata.

Tempat itu lebih sepi, mungkin karena memang daerah penerbangan khusus. Cha Eunwoo terisak kecil di samping Lino, lalu beberapa orang yang sepertinya adalah kaki tangan Eunwoo berdiri tegap di sekitar mereka. Lino menarik nafas nya dengan paksa, selama mungkin. Lalu menghembuskan nya kasar. Tangan nya gatal ingin memukul sesuatu. Apa.. Cha Eunwoo bisa meminjamkan wajah nya untuk dipukuli disaat-saat seperti ini? Lino ingin sekali melakukan nya. Tatapan datar laki-laki itu masih berlangsung bahkan ketika seorang dokter menghampiri mereka. Menggendong seorang bayi mungil yang menutup mata dengan damai.

"Semua baik-baik saja, saya sudah mempersiapkan semuanya."

Cha Eunwoo mengangguk, menatap si bayi kecil sekilas lalu menunduk dalam. Ia ingin menggendong bayi itu, tapi ia tak punya keberanian. Ia takut.. tak akan bisa melepaskan sesuatu yang memang seharusnya dilepaskan. Ia takut, tak bisa menahan emosi nya ketika melihat wajah serupa itu di dekatnya. Cha Eunwoo takut ia akan mulai meraung lagi.

Peti mati itu mulai diangkat. Mereka memasukkan nya kedalam pesawat. Menyisakan Lino yang hanya bisa mengawasi dengan tatapan datar. Setelah peti itu sudah masuk sepenuhnya, setitik air mata mengikuti pipi Lino. Lalu disusul titik-titik yang lain. Membuat pipi nya banjir air mata. Tapi wajah laki-laki itu masih tetap datar menatap jauh kesana. Apa yang tadi ia lihat? Lino masih belum mengetahui nya. Tidak! Ia tahu, hanya menolak untuk percaya. Bisakah seperti itu? Bisakah ia tetap menganggap kakak perempuan nya masih hidup dan mereka akan segera bertemu. Lee Minho, benar-benar tak bisa melepasnya. Bahkan untuk yang diatas sekali pun. Ia ingin egois kali ini, tolong siapa pun itu kembalikan kakak perempuan nya lagi! Biarkan mereka bersama untuk waktu yang lama. Tak ada yang bisa merebut perempuan itu lagi! Sudah cukup ia merasakan rindu terpisah jarak antar negara yang membuatnya kadang menggila sangking rindunya. Lalu sekarang? Apa ia.. harus menyusul? Lee Minho tidak pandai menyimpan rindu.. ia tidak bisa! Tolong siapa pun itu, bawa kakak nya kembali. Tolong..

Cha Eunwoo menoleh dengan intens kala didengarnya Isak tangis yang melirih. Semakin lama semakin jelas suaranya. Bahu Lino bergetar hebat, tangannya bergerak menutupi wajah, lalu dengan perlahan berjongkok ditempat nya seraya meremat rambutnyaa sendiri. Kenapa dunia itu benar-benar tidak adil? Memberinya satu kebahagiaan. Hanya satu! Lalu dibawa pergi..

Apa dosanya memang sebanyak itu? Hingga ia tak bisa mempertahankan kebahagiaan satu-satunya. Apa Tuhan terlalu membencinya? Hingga membuat Yana pergi dari sisi nya. Bisakah ia mengulang segalanya dari awal? Ia berjanji tak akan nakal lagi. Ia berjanji tak akan membuat perempuan itu menangis. Lino berjanji, tak akan membiarkan siapa pun merebutnya bahkan Cha Eun Woo sekalipun! Biarkan mereka berdua, bahagia selamanya. Bisakah Lino meminta itu? Sekali saja..

Dunia nya berputar, diiringi Isak tangis. Ia kenal suara itu, itu suara kakaknya Lee Yana. Isak tangis yang begitu lirih. Apa Lee Yana memang menangis sebanyak itu selama ini? Isak tangis yang semakin lama semakin sendu. Seperti mendeskripsikan dirinya saat itu juga.

"Kenapa mba anak nya Lee Soo man, sih? Kenapa ngga anak nya mang Didin aja?"

"Ih, berdosa banget kamu sama kakak sendiri.. kalau aku bukan anak nya Lee Soo man tapi anak nya mang Didin kita ngga bakal ada disini sekarang! Kamu ga akan punya temen disini.."

"Biarin. Kalau mba anak nya mang Didin kan gue bisa minta papa buat jodohin kita.."

"Kurang ajar, lu!!"

Tidak! Lino beruntung wanita itu adalah kakak nya. Ia beruntung wanita itu hadir di hidupnya. Ia beruntung lahir sebagai adik seorang Lee Yana dan jadi orang yang disayangi wanita itu. Saat ia berharap Yana adalah orang lain agar ia bisa menikahi perempuan itu.. sebenarnya itu bukan kebohongan. Tapi, ia juga bahagia karena wanita itu adalah kakak nya. Siapa pun pasti akan merasakan itu.. Lee Yana memang se-memikat itu. Si beruntung Lee Minho mendapat kesialan seketika ketika kakak nya pergi. Ia tak akan punya keberuntungan lagi mulai sekarang. Disaat seperti ini apa lagi yang bisa ia lakukan? Tuhan memang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Tapi apa Ia mau? Untuk Lino.. apa Tuhan mau memberinya satu kesempatan? Ia ingin berharap, tapi Lino juga tak punya keberanian melakukannya. Apa bisa orang se-brengsek dirinya berharap diberikan kesempatan. Tentu saja tidak!

Lino berputar di tengah-tengah kenangan masa lalunya. Waktu yang sudah ia lewati bersama wanita itu. Apa itu cukup? Waktu sesingkat itu pasti tidak cukup.

"No, apa sih yang bikin kamu bahagia?"

"Mba tetap disini, sama gue.. pasti gue bakal selalu bahagia"

"Yaah, mana bisa! Kalau mba Gaada nanti kamu harus cari kebahagiaan lain lah!"

"Buat apa?"

"Buat apa? Hum, mba juga gatau. Tapi walau mba gaada kan kamu harus tetap bahagia. Karena apa? Karena kebahagiaan kamu, kebahagiaan nya mba juga, hhe"

Apa Lino bisa bahagia? Mencari kebahagiaan lain? Apa ia akan menemukan nya? Tapi Yana menginginkan itu.. ia tak mau membuat wanita itu kecewa lagi. Mungkin akan sulit.. tapi ia akan berusaha mencari kebahagiaan nya lagi. Tapi untuk melupakan kebahagiaan lama? Tentu saja itu tidak akan terjadi. Ia akan membuat wanita itu bahagia walau mereka tak bersama. Walau di dalam hati.. Lino masih bersikeras ia tak bisa melepaskan kepergian Yana. Karena bagaimana pun.. ia ingin hidup. Dan Lee Yana adalah hidupnya.

*

Mobil berderet rapi di halaman yang begitu luas, cukup untuk mendeskripsikan seberapa kaya pemilik rumah itu. Halaman hijaunya sunyi, seperti tak memiliki kehidupan meski dihiasi banyak tanaman hias. Suho bersama Bae Irene yang jadi orang pertama yang keluar dan menginjakkan kaki di pekarangan yang luas itu. Dengan pakaian formal senada berwarna hitam mereka berjalan ke arah rumah Lee Sooman. Beberapa mobil di belakang nya juga membuka pintu. Menampilkan sosok rapi anak kosan dengan wajah berseri. Mereka yakin ini adalah acara penyambutan spesial untuk Lee Yana yang diadakan Lee Sooman. Ayah dua anak itu memang yang terbaik, sangat pengertian!

"Gue deg-degan.." lirih Jisung pada Huening dan Jeongin. Ketiga laki-laki itu berjalan beriringan berpisah dari barisan anak kosan yang lain. Jisung mengeluarkan tangan nya dari dalam saku, menyentuh dada bidang nya sendiri lalu menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan perlahan. "Gue deg-degan.." ulang laki-laki itu lagi.

"Iya, kita juga" jawab Jeongin pelan. Mengikuti Jisung mengambil nafas dengan sangat lalu dihembuskan pelan. Apa acara penyambutan memang se-menegangkan ini? Jisung sendiri tidak pernah menghadiri acara yang seperti itu. Huening dan Jeongin pun sepertinya sama.

"Kak Yana udah di dalam ga yah?"

"Udah kayaknya.."

"Ayo lah cepet! Gue udah ga sabar mau ketemu!"

Barisan Suga, Kim Namjoon, Park Chanyeol, dan Kris beda lagi. Mereka berbincang santai. Kalimat-kalimat yang sengaja dilontarkan untuk menghilangkan rasa gugup. Ini memang jadi yang pertama kali. Acara penyambutan. Tapi mereka bukan pertama kalinya bertemu Yana kan? Kenapa harus segugup itu?

"Padahal hari ini ada meeting penting sama investor asing" ujar Kris lalu berdeham. Park Chanyeol pun sama, dia punya banyak proyek yang perlu diselesaikan hari ini. Tapi untuk bertemu Lee Yana sepertinya proyek itu tidak ada apa-apa nya.

"Gausah sebutin kesibukan kalian, ga bakal kalah sibuk gue" Suga menyambung. Namjoon yang mendengar itu mendengus kasar. "Apa rebahan SEHARIAN memang se sesibuk itu?" Ujar nya menekan kata seharian dengan jelas dan kuat. Suga yang mendengar itu tak berkomentar lebih. Ia terkekeh, tidak peduli bagaimana Chanyeol dan Kris mengolok-olok nya dengan kata pengangguran kelas atas dan lain semacamnya. Suga tak peduli banyak, sejak kecil memang itu impian nya. Menjadi seorang pengangguran yang sukses! Bermotor tidak bisa ia lakukan lagi, usia yang melarangnya. Apalagi sejak kecelakaan beberapa tahun yang lalu membuatnya sedikit merasakan shock ringan. Sepertinya sedikit trauma.

Mereka masih berjalan menuju rumah. Tapi dari kejauhan mereka bisa melihat rumah Lee Sooman dipenuhi banyak orang. Suara-suara ricuh mulai terdengar, membuat mereka semua berjalan lebih cepat lagi agar bisa melihat semuanya. Rumah yang begitu luas itu suram, ramai namun tak terlihat hidup. Yang ada disana hanya Isak tangis. Lalu Jisung berlari menuju pintu rumah dengan tergesah. Diikuti yang lain dari belakang.

Di belakang mereka mobil lain masuk, itu mobil milik Hanbin. Lisa dan Hanbin menyusul anak kosan. Berjalan ke arah rumah menyebrangi pekarangan yang terbentang luas.

Jantung mereka berdegup kencang. Langkah kaki Jisung yang jadi paling depan terhenti kala dilihat nya bendera kuning berkibar di tiang rumah. Lalu disebelah nya terdapat rangkaian bunga tanda berduka yang tertulis indah nama seseorang.

"Ng-ngga.. mungkin" Jisung mundur selangkah. Irene yang melihat itu menutup mulutnya tak menyangka. Air mata membasahi pipi perempuan itu.

Begitu jelas. Hingga tak ada yang bisa mengelak. Nama Lee Yana tertulis dengan indah dari bunga warna-warni. Rangkaian bunga yang lain menghiasi huruf-huruf itu. Anak kosan masih ternganga di depan rumah besar itu. Hingga terdengar suara benda yang terjatuh. Semuanya menoleh ke belakang. Lisa menjatuhkan buket nya, air matanya mengenang di pelupuk mata, bisa ditebak itu akan segera membanjiri wajah nya. Lalu dengan cepat perempuan itu berlari masuk, meninggalkan Hanbin yang ikut terpatung bersama anak kos lain.

Lisa mengeratkan kepalan nya. Rahang perempuan itu diketatkan. Masih berlari sekuat tenaga. Dibelakang nya anak kosan tak ingin menunggu, mereka segera sadar lalu menyusul. Suara gemuruh, Isak tangis banyak orang mulai meracaui pendengaran mereka semua. Semuanya.. keluarga Lee Yana, sudah berkumpul diselimuti duka yang mendalam atas kepergian wanita cantik itu.

Lalu mereka sampai di tengah ruangan. Peti mati diletakkan disana dengan rapi, lalu bingkai foto yang di lingkari rangkaian bunga. Itu Lee Yana. Wanita itu tersenyum manis, cantik sekali.

Lisa menggigit bibir bawahnya. Ia menggeleng lalu masuk ke tengah kerumunan tangis. Duduk bersimpuh di sisi peti berwarna hitam berukiran emas yang indah. Perempuan itu meraung tak jelas. Mereka baru bertemu setelah bertahun-tahun, lalu ini kah yang harus Lisa lihat? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa tak ada yang menjelaskan apa pun padanya? Kenapa.. kenapa sahabatnya nya bisa tertidur dengan pulas di dalam peti mati itu!?

"Y-yan.. hiks YANA!! YANA BANGUN LO NGAPAIN DISINI HA?" Lisa memukul peti itu dengan kuat. Hanbin dengan sigap memeluk nya seraya menepuk lembut bahu perempuan itu. Walau air mata juga bersimbah di pipi nya. Hanbin menatap peti terbuka yang diisi oleh wanita cantik bergaun putih itu. Ia menangis. Mereka belum melakukan salam perpisahan kan? Tiba-tiba, bagaimana bisa tiba-tiba seperti ini?

"Y-yana.." yang lain memasuki kerumunan. Menatap peti itu bersamaan. Tak bisa menahan air mata. Suga berdiri dengan tegak. Ia membatu, seakan sesuatu menahan kaki nya. Tak bisa bergerak sedikit pun. Ia ingin bertemu Lee Yana. Dimana perempuan itu sekarang? Kenapa ia bisa berada disini? Oh ayolah, bukan waktunya untuk menghayal sekarang. Suga menampar pipi nya kuat, mencoba bangun dari mimpi. Ini menyakitkan.. bukan pipi yang kini merah. Tapi hati nya. Kabar gembira apanya.. ia menunggu sesuatu, kabar gembira. Lalu kenapa ini yang harus didapatkan? Apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana bisa? Banyak pertanyaan tanpa jawab yang terlintas dibenak mereka semua.

Raung tangis lain menyusul. Jeongin menangis disamping Huening. Berpelukan. Saling menguatkan.

"Kak Yoongi.."

"Kak Yoongi.."

Itu lah kenapa Yana memanggil nya dengan nama asli laki-laki itu. Mereka berjanji akan bertemu, mereka berjanji.. apa janji itu palsu? Ia tidak menyangka Yana bisa jadi wanita sejahat itu hingga tak menepati janji. Setidak nya sehat lah, hidup, lebih lama.. lalu bertemu. Melepas rindu. Apa sesulit itu. Suga mengalihkan pandangan nya. Mendapatkan sosok Lee Minho dengan rambut kusut nya serta wajah yang tak karuan duduk di sudut memeluk kaki nya. Laki-laki itu kacau sekali. Menatap datar dengan pandangan kosong. Seakan kehilangan jiwa nya. Mengerikan. Suga mengedarkan pandangannya lagi, mendapatkan Lee Sooman bersama sang istri menangis dengan sendu. Lalu Cha Eunwoo, yang terkulai lemah diatas lantai dengan pakaian kusut. Suga mendapati peti mati itu lagi. Jadi.. ini bukan mimpi? Mungkin kah.. pergi. Selamanya?

"G-gue nungguin lu, gue disini nungguin lu tapi apa? Jahat lu, Yan hiks.." Lisa masih meraung. Hanbin tak kalah sedih, tapi berusaha terlihat kuat untuk menguatkan Lisa.

"Kak Yana, maaf.. maaf! Maafin Ayen!! Maaf.."

"Jangan pergi, plis.."

"Yana, Lo bilang Lo sehat.. Lo kuat.. apa cuma segitu?",

Tak ada yang salah sebenarnya. Tapi Suga tak meneteskan air mata setitik pun. Jiwa nya remuk. Hingga rasanya air matanya tak akan bisa keluar lagi untuk selamanya. Tiba-tiba pundak laki-laki itu ditepuk pelan dari belakang. Suga menoleh, mendapati Hwasa yang tak terlihat baik-baik saja. Dia sama kacau nya dengan yang lain, tapi wanita itu masih bisa tersenyum hangat seraya merentangkan tangannya. Suga menatap Hwasa datar, wajah nya seolah berkata 'apa? Lo pikir gue bakalan nangis dipelukan Lo? Najis!' tapi meski begitu.. semuanya bertolak belakang. Wajah nya mengatakan hal lain, tapi hatinya? Tak butuh waktu lama. Suga sudah berakhir meraung di pelukan Hwasa. Memaki di dalam hati. Ia sakit. Rasanya tubuhnya tak bisa ditopang lagi. Ia harus berhenti menangis kalau ingin bernafas. Tapi tangis sudah memenuhi raga nya, apa ia akan lenyap karena kehabisan nafas?

"Gue pikir.. dia bakal balik"

Hwasa menangis tak henti. Ia pun sama berharap. Ia pun sama kecewa. Kacau, hancur, remuk. Tapi apa yang bisa di lakukan? Semuanya sudah terjadi.

Chanyeol duduk bersimpuh di sisi peti mati milik Yana. Menunduk dalam dengan Isak yang tak mau berhenti. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Hyunjin dengan Isak nya merogoh saku mencari ponsel. Ia lupa, Minhyun tak ada bersama mereka saat ini. Apa laki-laki itu sudah tau?

"Bang.. hiks"

"Lu ngape? Ha.."

"Kak Yana hiks.. kak Yana dia hiks.."

"Apa, Jin? Jangan berbelit-belit! Lu ngapa nangis bego!?"

"Kak Yana hiks dia meninggal.. g-gue gatau kenapa.. hiks tiba-tiba, dia hiks pergi.. bang hiks g-gue.." Hyunjin menutup mulutnya. Ingin membungkam Isak tangis namun tak bisa. Di sebrang sana Minhyun bungkam ia kehilangan konsentrasi nya. Pandangan laki-laki itu memudar karena air mata yang menggenang. Padahal.. ia sedang berada di atas motor dengan kecepatan tinggi.

Ruangan itu pilu menjelang peti akan ditutup. Raungan semakin jelas, nampak tak rela wanita didalam sana di kunci di dalam peti. Lino bergerak cekatan ke arah peti itu, menahan orang-orang yang akan menutup petinya. Cha Eunwoo pun melakukan hal yang sama, bersamaan dengan Lino menghentikan aksi itu. Mereka benar-benar belum rela. Wajah yang tetap cantik walau pucat itu seperti tertidur. Indah, nampak bernyawa. Bagaimana mungkin yang melihat nya bisa tega jika ia dikunci di dalam sana.

Suho yang sudah banjir air mata pun bersama dengan Chanyeol dan Xiumin memeluk kedua laki-laki itu.

"J-jangan kayak gini, kalian bikin semuanya makin sedih.." lirih Suho.

"Gue.. gue g-gabisa, bang.. hiks gue ga bisa!"

"Kita semua juga rasain itu, No. Kita sama kehilangan nya.. tolong bikin semuanya jadi lebih mudah dilewati" Xiumin ikut bersuara.

"Bang, kak Yana udah tenang disana, jangan bikin dia sedih.." Jisung menarik tangan Eunwoo. Memeluk laki-laki itu mencoba menenangkan. Sayangnya Jisung tak cukup handal menghibur orang lain disaat-saat seperti ini. Dirinya pun sama terluka nya, dia juga ikut menangis. Tidkak bisa ditahan sama sekali.

"Mending Lo samperin Om Sooman, dia butuh Lo, No. Beliau yang paling terpukul disini.."

Lino melirik terparah ke arah Sooman yang menunduk seraya meremat jas nya kuat. Kentara sekali ia sedang menahan sakit. Lino tak ingin bertemu ayah nya, ia takut akan merengek seperti anak kecil. Tapi entah mengapa, pikiran dan hatinya bertolak belakang. Laki-laki itu menjauh dari peti, menghampiri ayah nya dan dengan sekali gerakan ia menubruk tubuh si ayah. Menangis sesenggukan disana, seperti mengadu bahwa ia sedang kesakitan. Meminta pertolongan pada sang ayah. Walau tau, ayah nya tak bisa berbuat apa-apa.

Peti itu di tutup. Lalu di paku dengan palu. Benar-benar terkunci, seperti tak mengizinkan apapun masuk kedalam, termasuk oksigen. Cha Eunwoo merosot dari pelukan Jisung. Terkulai lemah di atas lantai dengan Isak yang tak redah. Peti nya diangkat, keluar menuju mobil ambulans membuat orang-orang disana bergerak mengikuti.

Hingga sampai di pemakaman. Wanita yang dicintai semua orang itu sudah pergi untuk selamanya. Dengan kebahagiaan yang tersisa ia bawa. Tuhan menciptakan manusia dari tanah, maka akan kembali menjadi tanah. Semua orang kehilangan seseorang yang paling berharga bagi mereka. Dan itu menjadi pelajaran yang menyakitkan. Ini yang kedua kalinya anak kosan menyaksikan pemakaman orang yang mereka sayangi. Dan ini jadi pemakaman paling menyedihkan dalam hidup mereka. Waktu memang tak bisa diputar kembali. Kalau pun bisa, semua tak akan lagi sama. Tapi semua orang berharap..

Di kehidupan selanjutnya. Semoga, wanita itu ada disisi mereka untuk waktu yang lama. Dan mereka akan menciptakan hari yang indah. Tanpa air mata. Tanpa kesedihan. Tanpa penyesalan. Semoga..










THE END







Continue Reading

You'll Also Like

Destin By Rani

Teen Fiction

7.9M 533K 42
Semua bermula ketika Gavin yang baru kembali ke sekolah tanpa tahu siapa itu gadis bernama Melva terpaksa menembaknya di depan seluruh anak Galaksi...
2.4M 124K 180
warning!!!: Berisi cerita lucu yang dapat mengocok perut anda! Saat tertawa Ada MEME nya juga loh 😁 #95 dalam humor (20.03.2017) ©hana31543 [2015]
37.9K 7.6K 28
[BAGIAN DUA ZOMBIE APOCALYPSE] FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Ada beberapa part yg di privat "Nggak! Jangan lagi!" "Gue gak mau!" ~ uknown A "Gue gak mau b...
25.6K 2.4K 33
Mama gk prcaya ah, ngaco aja kamu! Masa diikutin sama hantu ganteng Lo, knpa sih ngikutin gue mulu? - Ririn Gue, Hwall percaya gk prcaya gue ini hant...