Querencia

By mafiakangkung

287K 32.6K 23.3K

[๐™Š๐™ฃ ๐™‚๐™ค๐™ž๐™ฃ๐™œ] #๐’๐ž๐ช๐ฎ๐ž๐ฅ ๐จ๐Ÿ ๐’๐ž๐ฆ๐ž๐ฌ๐ญ๐ž๐ซ ๐Ÿ– ๐˜˜๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ช๐˜ข (๐˜ฏ.) ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ข๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ง๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ธ๐˜ฉ... More

Mukadimah - Casts
Q01. Masuk Angin?
Q02. Semanis Sirup Kurma
Q03. Bekas Luka
Q04. Menjadi Raden Yang Baru
Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!
Q06. Di Ujung Derita
Q07. Kado Terindah
Q08. Ananda & Raden Menuju Bahagia
Q09. Long "Dipingit" Relationship
Q10. Get Ready with Pengantin Baru
Q11. Panggil Mereka Ayah & Bunda Meong
Q12. Susu Murni Nasional
Q13. Bye-bye Raden Byutipul
Q14. Welcome Baby Girl
Q15. How to Fight Raden Wonwoo
Q16. Ketika Dominan Didominasi
Q17. Raden Miyu Maurasena
Q18. Officially Hot Daddy
Q19. Ayah dan Bunda, Mengapa Aku Berbeda?
Q20. Kapan Kerja Lagi?
Q21. Teror Paket Online
Q22. Teori Kebahagiaan Miyu
Q23. Nyicil Target Hidup
Q24. Happy Anniversary
Q25. Home...Home...Home...
Q26. Halo, Gigi Susu!
Q27. Ada Apa Denganmu?
Q28. Call Me Manjalita
Q29. Move Like Jaeger!
Q30. Manusia Pentol Korek Api
Q31. Bye, S2. Welcome New Member!
Q32. Kudeta Mbakyu Miyu
Q33. Little Ananda
Q34. Beruang Ngamuk
Q35. Beruang Ngamuk [v.02]
Q36. Rindu Dibayar Nyicil
Q37. Bentuk Cinta
Q39. Resolusi Baru
Q40. Jalan Jaegerku
Q41. Cinta Salah Alamat

Q38. Anak Pertama

2.9K 364 329
By mafiakangkung

Begadang boleh saja, asal punya anak bayi yang masih belum puput ari-arinya.

====================

Anak boleh dua. Tapi gaya selalu anak muda.

Kira-kira begitulah jargon Si Ayah gemas nan bersahaja bernama Ananda Mingyu Dirgasena. Pasca menginap di rumah sakit selama 4 hari, pasalnya ini adalah hari pertama Mieru pulang dan menikmati udara Ciputat. Selama lima hari pula Mingyu absen menemani Miyu karena dititipkan pada orang tua Wonwoo di Bintaro.

“Aduuuuh, jagoan Ayah haus yah? Tau aja sih jam segini jadwal Mieru mimik susu langsung kebangun. Sebentar ya, Yayah bikin dulu susu buat kamu.”

Bahkan saking bersemangatnya, Mingyu sampai amnesia apa itu tidur. Dibandingkan Wonwoo yang melahirkan, justru sang suami yang paling sibuk di sini. Dari memandikan, mengganti popok, menyeduh susu formula, sampai menemani bayi yang belum puput ari-arinya ini terjaga meski memasuki waktu dini hari. Dedikasinya sebagai seorang Ayah dan kepala rumah tangga dibuktikan dengan senyum lebar di balik kantung matanya yang semakin menghitam. Fisik Ananda Mingyu boleh saja lelah, tapi tidak dengan hatinya yang bahagia luarbiasa.

Berbeda dengan Mingyu yang seperti disinari mentari, pasca melahirkan Wonwoo malah merasa menjadi Ibu paling tidak berkontribusi apa-apa. Klimaksnya terjadi ketika fakta mengejutkan datang jika Mieru tidak seberuntung Miyu untuk mendapatkan ASI ekslusif. Wonwoo adalah seorang lelaki spesial, namun ternyata hal spesial itu tidak bertahan lama. Karena saat anak keduanya lahir, dia tidak bisa adil dengan memberikan yang terbaik. Terpaksa, Mieru yang juga lahir dalam kondisi genting harus menerima kenyataan jika dia tidak bisa merasakan apa yang dirasakan dulu oleh Kakak manisnya.

Hal itu membuat hati Wonwoo hancur dan sampai meyakini terkena baby blues. Kadang di satu waktu saat memandikan atau melihat Mieru menangis lantaran haus ingin minum susu, Wonwoo selalu menitikan air mata. Secara tiba-tiba dan tanpa pertanda. Atmosfer yang melingkupi seperti awan gelap sebab dalam beberapa detik menurunkan rintik hujan. Sama dengan mata kucing Wonwoo yang selalu basah di belakang Mingyu. Ya, Wonwoo menangis secara diam-diam.

Entah sudah firasat atau memang wajah kacau Wonwoo disadari sang suami, beruntungnya dari keadaan ini tidak ada satu kata pun terlontar dengan konteks menyalahkan. Malah Mingyu yang memutuskan agar Wonwoo beristirahat total, bagaimanapun juga belahan jiwanya sudah berjuang melahirkan satu lagi darah dagingnya ke dunia. Setidaknya biarlah Wonwoo fokus pada pemulihan jahitan yang masih membatasi ruang gerak. Untuk berjalan saja masih tertatih-tatih, kadang menggendong Mieru pun tidak bisa dalam berbagai posisi. Sehingga mau tidak mau Mingyu yang lebih banyak turun tangan.

“Udah waktunya Adek mimik ya? Biar Raden aja yang bikin susu, Nda.”

“Eiiitttsss, nehi ya nehi. Raden istirahat aja. Air hangatnya abis, jadi Ananda harus siapin dulu. Kalau turun kan jauh mana lewat tangga, nanti bikin Raden capek. Jahitannya belum kering loh.”

“Tapi, kebanyakan duduk juga pegel. Makin cenut-cenut.”

“Nggak bisa, sayang. Raden boleh jalan tapi dalam kondisi tertentu, jangan maksain loh. Kemarin kan Dokter Yoona udah jelasin.”

“Maaf yah, Raden belum bisa bantu banyak.”

“Aduh, mulai deh mulai. Ananda masih kuat kok, kuat banget malah. Jadi gak boleh loh ya minta maaf, kita udah nikah. Udah punya dua krucils. Jangan segan sama Ananda, giliran di ranjang aja gak malu-malu.”

Wonwoo terkekeh dengan usaha Mingyu yang mencoba melawak. “Nanti kalau udah bikin susu buat Mieru, Ananda langsung tidur ya? Liat tuh mata pandanya makin parah. Gak usah begadang-begadangan. Kita ganti shift sekarang, tadi Raden udah tidur cukup kok.”

“Gak apa-apa, Buna,” Mingyu ngeyel lagi. “Begadang boleh saja, asal punya anak bayi yang belum puput ari-arinya.”

“Ananda, ih.”

“Hehehe, udah ya gak apa-apa. Raden tunggu di sini, temenin Mieru pokoknya. Ananda gak akan lama kok.”

Selalu begitu, setiap Wonwoo akan membantu pasti ditahan oleh Mingyu. Oke, dia paham jika suaminya masih khawatir dengan kondisi Wonwoo saat ini. Karena operasi besar di bekas jahitan yang sama, bayangkan saja sudah tiga kali Wonwoo meregang nyawa untuk menghadirkan buah cintanya dengan Mingyu. Jelas bukan hal yang bisa dianggap angin lalu.

Wonwoo kembali menatap wajah bayi mungilnya yang lucu. Terkadang sesakit apapun itu yang harus dia rasakan, saat melihat malaikatnya terlelap atau membuka mata, dunia Wonwoo menjadi baik-baik saja. Seperti mantra jika hal buruk yang pernah terjadi sebelumnya pasti akan kembali pulih. Wonwoo pun percaya, suatu hari nanti dia bisa lebih ikhlas untuk menghadapi masa parentingnya yang seperti di reset dari awal.

Karena jika dipikir-pikir lagi, banyak hal yang jauh berbeda dengan momen saat membesarkan Miyu. Jelas berbeda pula penanganannya, Wonwoo merasakan anak kedua kali ini memang tidak secanggung anak pertama. Dia lebih leluasa kala menggendong bayi rapuh dan harum itu, termasuk di tengah kondisinya setelah dioperasi. Tapi yang berbeda barangkali dari segi cemas yang tiba-tiba mengisi kepala. Apalagi sejak masa kehamilan yang cukup serius dramanya.

Menjadi orang tua tidaklah mudah, Wonwoo menyadari seberapa berharga pengalaman yang didapat setelah menjalani tiga tahun pernikahan dengan Mingyu. Siapa yang menyangka jika dia akan menikahi pemuda yang semasa kuliah benar-benar seorang playboy tiada dua. Tapi ternyata, setelah hadir buah hati di tengah pernikahan mereka, Wonwoo sadar jika bukan Mingyu penyokongnya, mungkin pondasi rumah tangga mereka tidak akan sekuat sekarang.

“Hihi, Mieru anteng banget kalau digendong sama Buna, giliran sama Yanda tadi tangannya mukul-mukul ke udara. Kangen yah pengin dipeluk sama Buna?”

“Kasian gak sih Mieru? Raden belum bisa ajak jalan-jalan, gendong juga gantian sama Ananda. Tapi lebih kasian lagi Mbakyu jadi berkurang waktunya sama kita.”

Mingyu tersenyum, menggenggam tangan Wonwoo yang juga menggenggam jemari Mieru.

“Namanya juga orang tua, Raden. Anak kita sekarang udah dua, wajar kalau jadi banyak terkuras waktu yang biasa ada buat Mbakyu. Tapi kan anak gadis kiciwnya Ananda itu baik, buktinya di rumah Opa Bintaro betah banget karena ada Budhe Egi sama Aunty Ningsih. Tapi tadi sebelum Miyu tidur, Ananda udah temenin sambil pelukin kok. Kangen katanya, jadi besok pagi dia mau main sama adik baby.”

Wonwoo mengangguk, tak mampu sembunyikan lesakan air di pelupuk mata. Menyadarinya, Mingyu menghapus menggunakan ibu jari yang gembul. Dia tau jika Wonwoo sudah banyak memendam, termasuk seberapa galaunya menghadapi kondisi anak kedua yang memang tidak begitu rewel, tapi sayangnya tidak seberuntung Miyu. Sebetulnya perkara ASI dan susu formula bukan standarisasi keberhasilan, Mingyu paham dengan kondisi yang tidak selamanya sama. Dari dua hal itu jika memang tidak mampu berikan salah satu opsinya, bukan berarti gagal menjadi orang tua.

Toh Mieru dari hari ke hari semakin lucu. Semakin pintar dan yang paling penting terlahir sehat. Itu sudah lebih dari cukup bagi Mingyu. Tidak perlu diisi dengan pikiran yang hanya akan merusak mood. Apalagi di sini Wonwoo harus fokus dengan pemulihan. Tidak akan Mingyu biarkan Ibu dari dua anak yang dia cinta menderita. Raden Wonwoo harus bahagia, apapun caranya.

“Ananda tau ada banyak hal yang menganggu Raden akhir-akhir ini. Ananda pun tau hal itu pasti bukan hal mudah, tapi Raden punya Ananda, dari dulu, sekarang, bahkan waktu yang akan datang ada Ananda di samping Raden. Mieru mungkin nggak seberuntung Mbakyunya, tapi Mieru masih kesayangan kita. Jadi, Raden kuat ya? Ikhlaskan keadaan ini, yang penting Mieru tumbuh jadi anak yang berbakti sama orang tua. Yang paling pentingnya lagi dia selalu sehat tanpa kekurangan nutrisi apapun itu. Raden yang dulu maupun Raden yang sekarang masihlah sama, gak ada bedanya. Masih menjadi Buna yang terbaik buat anak-anak Ananda. Mau kan Raden kuat untuk keluarga kecil kita?”

Benar saja, Mingyu ternyata sudah menyadari kegelisahan Wonwoo. Dan memang benar tidak ada yang harus Wonwoo khawatirkan selama mereka bersama. Mingyu adalah sosok yang selalu menjadi tameng, selalu berada di garda terdepan jika ada hal buruk menyerang keluarga meongnya. Bukankah sudah tugas Wonwoo untuk memberikan dukungan dari belakang punggung Anandanya?

“Raden tau kondisi ini sama sekali nggak keren. Tapi menjadi orang tua ternyata nggak mudah, Nda. Beruntung orang yang mau menemani dan belajar bareng Raden adalah Ananda, itu udah lebih dari cukup. Kita harus kompak dan kuat ya. Tanpa Ananda mungkin semua yang terjadi tidak akan semudah ini.”

Mingyu mengecup kelopak mata Wonwoo secara bergantian. Bermaksud menenangkan sembari memberitahu sebesar apa cinta yang dia punya untuk Radennya.

•••

“Yeeeiii, jadi juga deh kamar Mieru.”

“Yeiiiii adi ugaa kamayna.”

“Iya dong, siapa dulu yang bantu nyusun. Mbakyu sama Oti Ningsih. Keren kan kita?”

“Iya, Iyu cama Oti keyen kan Una?”

Wonwoo mengangguk pelan, tersenyum melihat putri cantiknya yang heboh melakukan high five dengan Nancy. Setelah dua pekan tidur bersama Mieru di kasur miliknya dan Mingyu, dalam kurun waktu itu pula Miyu yang notabene sudah punya kamar sendiri jadi lebih sering merecoki.

Sepertinya Mingyu harus membeli kasur baru yang lebih luas dan lebar. Namun apalah daya namanya pengeluaran rumah tangga di tengah wacana berhemat, akhirnya Wonwoo memutuskan menggunakan box bayi yang dulu digunakan Miyu. Ada banyak barang turunan sang Kakak yang masih baru lantaran belum sempat dipakai. Jadi daripada mubazir, dia putuskan untuk menata ulang baby room agar Mieru memiliki space sendiri yang dari segi kenyamanan maupun keamanan teruji.

Mengingat seberapa hebohnya Miyu saat tidur, Wonwoo hanya mengantisipasi takut Mieru akan terkena tendangan atau terjepit tubuh besar Mbakyu manisnya itu. Sayang sekali memang, fungsi guling maupun bantal hidup bernama Ananda Mingyu tidak bisa dipercaya. Buktinya sang Ayah yang bisa kuat begadang selama dua hari non stop tumbang juga. Di tengah nyenyak tidurnya, Mingyu adalah tersangka kedua yang membuat kondisi kasur semakin berantakan lantaran tidur dengan gaya gragasan.

Wonwoo tidak mau ya bayi mungilnya tertindih badan bongsor Mingyu. Akhirnya ketok palu dengan mengambil inisiatif memisahkan jagoannya tidur di tempat lain. Tidak apa-apa, selagi tubuh mungilnya masih muat, Wonwoo akan bersabar seraya menunggu Mingyu yang menabung sampai kesampean membeli kasur idaman.

“Ning, abis ini tolong mandiin Miyu dulu ya? Lagi nanggung nih lipetin baju Miyu ada banyak yang gak kepake. Niatnya mau dipisah ke box lain buat dikasih ke yayasan.”

“Sip, Mas. Pake air hangat apa air dingin mandinya?”

“Air dingin juga gak apa-apa kok, tadi Miyu udah jalan-jalan sama Ayahnya. Keringetan pasti dia.”

Nancy mengangguk, lalu menghampiri Miyu yang sedang tiduran seraya memeluk boneka beruang pemberian Nena Yuli sebelum pulang ke Tegal. Nasib punya dua anak dan hanya diasuh berdua tanpa bantuan babysitter, Wonwoo berakhir keteteran apalagi Mieru maunya diajak jalan-jalan terus. Setiap ditaruh di kasur akan menangis manja. Padahal baru aja lepas jahitan, rasanya masih ragu untuk berjalan jauh membawa bayinya yang semakin menggembul itu.

The power of susu formula hyunk!

Makin ke sini, Mieru jadi gak ada beda dengan Mbakyu saat bayi dulu padahal bobot tubuh mereka terpaut selisih cukup jauh. Tapi untuk kasus genetik Mingyu, baik Mieru maupun Miyu memang tergolong gembul. Wajar jika di tengah heningnya ruangan setelah berhasil menidurkan si bayi, akan terdengar tangisan tiba-tiba karena tidak hanya Wonwoo yang menahan gemas, tapi Mingyu pun sering kedapatan jahil menggigit pipi Mieru. Sejauh ini, Miyu belum berani mendekati sang adik jika tidak didampingi, termasuk menggendong harus ditemani Mingyu atau Wonwoo.

Miyu masih malu-malu dengan adik bayinya itu.

“Unaaaaa, Iyu mau andi cama Una. Mamau cama Oti.”

“Eh kenapa?” Ningsih panik. “Nanti kita main bubble kayak di rumah Opa yuuuk? Kemaren kan Budhe Egi udah beli mainan yang bentuk kodok itu. Atau Mbakyu mau berendam sambil mainin bath bomb? Oti bawa loh yang warnanya rainbow.”

Tapi Miyu malah manyun dan menatap Wonwoo dengan wajah memelas.

“Unaaaa, pweeees. Iyu mau cama Una, mau diendong.”

Wonwoo duduk menghampiri Miyu yang berdiri di hadapannya. Menatap tak tega lalu mengelus rambut bob sang anak pertama. “Maaf ya sayang, Buna belum bisa gendong Mbakyu sekarang. Perut Buna kan masih sakit, nanti yah kalau udah sembuh. Buna janji gendong Mbakyu dan Adek Mieru. Kita jalan-jalan keliling komplek.”

“Eyut Una macih atit? Kok nga cembuh-cembuh? Nga dikaci obat yah?”

“Udah kok, karena udah dikasih obat jadi sekarang nunggu sembuhnya. Walau lama tapi kita harus sabar yah, kan dulu Mbakyu sama Adek Mieru juga di sini boboknya. Di perut Buna.”

Miyu memajukan perutnya sehingga terlihat menggembung lalu dikecup Wonwoo. “Di cini uga ada beibi eyepen loh, eyut Iyu undud nanti beibina keyuay.”

“Wah hebat Mbakyu ada beby elephantnya. Ya udah, kalau gitu mandi sama Aunty Ningsih ya, mainan elephantnya ajak mandi juga. Nanti Buna bikinin camilan buat Mbakyu.”

Akhirnya Miyu menyerah dan berjalan lunglai pada Ningsih yang membentangkan tangan untuk menggendong keponakan cantiknya. Karena tau Wonwoo sedang repot, di tambah semester tua tidak begitu sepadat dulu, dia jadi sering mampir di kediaman keluarga meong. Benar saja, Wonwoo memang kesusahan harus membagi tugas mengurus pekerjaan rumah dan anak. Bahkan berimbas pada Mingyu yang selama dua pekan absen membuat video Ytube.

Masih beruntung dia bisa tidur yang itu pun dalam durasi terbatas lantaran sudah janji akan meringankan tugas sang istri sampai betul-betul pulih. Kini hanya Wonwoo sendiri di baby room, menatap hasil jerih payahnya menyusun kamar dengan nuansa brown yang sengaja dibuat senyaman mungkin. Sembari menunggu Miyu selesai mandi bersama Ningsih, Wonwoo menyiapkan pakaian untuk dikenakan oleh anak gadisnya.

Tak lama kemudian, sebuah langkah kaki datang mendekat. Mingyu memasuki kamar dalam kondisi menggendong Mieru yang terlelap.

“Halo Bunaaaa, aku abis photoshoot sama Yanda nih. Maaf yah lama.”

“Baru juga Mieru mandi, Nda. Udah minum susu kan?”

“Udah kok, ini Mierunya ketiduran dong lucu banget. Eh, boxnya udah boleh dipake, kan? Pegel juga ternyata gendong si ganteng.”

“Udah kok,” Wonwoo datang menghampiri Mingyu. “Ih, Ananda ... anaknya Raden diapain kenapa kayak kepompong gini?”

“Ehehehehe, biar gak dibedong pake kain terus. Kemaren nemu yang instan di onlen, Ananda pesen deh. Udah dicuci kok, jadi aman.”

Dasar kelakuan Ayah milenial. Melihat Mieru yang ditidurkan di box bergerak lucu, langsung aja mengabadikannya di Instagarem. Jiwa pamer Mingyu belum juga surut karena ternyata betul yang namanya anak dilahirkan dengan rezeki masing-masing. Buktinya sejak Miyu bayi ada beberapa brand maupun produk yang mengajak kerjasama. Mantep kan? Bisa buat belik popok dan susu.

Wonwoo ikut gemas melihat Mieru yang hari itu entah kenapa mirip dengan Miyu. Tapi kadang bisa mirip Mingyu, kadang pula mirip sekilas dengan Wonwoo. Yah, namanya juga newborn, wajar jika wajahnya masih sering berubah-ubah. Tapi tidak masalah, karena bagaimanapun juga di matanya, Mieru adalah buah cintanya bersama Mingyu. Yang akan menjadi harapan juga kebanggaan di masa depan bersama Miyu.

“Hebat banget sih Ananda udah jadi Ayah siaga. Dari mandiin Mieru, jagain Mieru, kasih susu Mieru, bahkan sampe nidurin Mieru. Pasti capek yah, sayang? Sini bilang sama Raden mau apa, nanti Raden bikinin sesuatu yang Ananda mau.”

“Gak mau dibikinin Ananda tuh,” rajuk Mingyu memeluk istri tercinta. “Maunya dikabulin. Pokoknya gak mau tau, sekarang Raden jadi jini oh jininya Ananda.”

“Apa sih? Mau apa emang baby boynya Raden? Kiss? Hug?”

“Mauuuu kiss, mau dihug. Mau tidur sambil pelukin Raden mumpung Mieru bobok. Ayok.”

Wonwoo menggeleng, menahan gerakan Mingyu dengan melingkarkan tangan di leher sang suami.

“Iya ada satu bayi lagi bobok, tapi masih ada bayi lain yang lagi mandi, Ananda sayang. Miyu jam segini lagi semangat-semangatnya loh, belum ngantuk dan belum jam tidur siang. Maaf ya, tapi cuddle manjanya biar Raden ganti pake kiss aja gimana? Nih Raden kasih di seluruh wajah Ananda.”

Mingyu mencebik. “Ya udah kalau gitu. Satu krucils aja curi-curi kesempatannya susah. Apa kabar dua coba? Ananda bakalan susah dapet jatah. Puasa lagi deh.”

“Sabar ya, Nda? Kalau ada kesempatan pasti akan ada jalan kok, hihi.”

“Aaaaah Raden, gimana Ananda mau ngeluh kalau punya keluarga segemes kalian? Sayang banget rasanya. Banget pake banget sayangnya.”

Wonwoo terkekeh dengan tindakan Mingyu yang malah mengecup seluruh permukaan wajahnya. Benar-benar lupa dengan eksistensi si bayi yang sudah tertidur di box, termasuk Miyu yang hampir selesai dengan ritual mandinya. Mereka memanfaatkan kesempatan dengan saling mengecup bibir masing-masing. Semuanya masih terasa sama, termasuk bahagia yang menyertai hati Mingyu karena Wonwoo jauh lebih baik sekarang. Tidak lagi menangis diam-diam apalagi sampai mengabaikan Mieru karena kebingungan saat mengalami baby blues. Wonwoo sudah kembali tersenyum rupawan.

“Yandaaaaaaaa, Iyu anen!”

Jeritan cukup keras sontak membangunkan Mieru yang sampai terlonjak kaget. Benar saja yang dikhawatirkan Mingyu pun terjadi, di mana kini Mieru menangis cukup histeris. Membuat Wonwoo ikut terkejut dan panik dengan bayi kecilnya itu.

“Mbakyu sayang, gak boleh teriak-teriak. Adek kan lagi bobok.”

“Mamap Unaaaa, Iyu nga auuu ada adek beibi.”

“Ya udah kita pake baju ya sayang, sebentar Oti ambilin dulu minyak telonnya.”

“Mamau Otiiii, Iyu mauna cama Yanda. Iyu mau ake aju cama Yanda.”

“Sama Buna aja mau? Yanda lagi gendong Mieru dulu. Kasian tuh nangis.”

Tapi Miyu malah melawan, bukannya mendengar kalimat Wonwoo malah meninggikan suara di tengah tangisan Mieru yang semakin kencang.

“Mamau!!! Iyu nga mau cama Una. Una agi cakit, Iyu mauna cama Yayah.”

Mingyu menatap tak tega, berniat memberikan Mieru pada Wonwoo tapi tak kuasa harus mendengar tangis putranya. Barangkali sudah menjadi insting seorang Ayah yang ingin meredakan tangisan anaknya, maka untuk kali ini dia tidak bisa memilih Miyu. Setidaknya Mingyu akan fokus menenangkan Mieru lebih dulu, baru berganti pada anak pertamanya itu.

“Sebentar ya sayang, Ayah bobokin adek dulu.”

“Cekayang Yayah! Iyu mauna cekayang ake aju cama Yayah!”

“Mbakyu, gak boleh gitu," Wonwoo turun tangan. "Suaranya juga gak boleh-boleh keras. Masa anak gadisnya Buna suka teriak-teriak? Nanti bikin kaget orang-orang.”

“Biayiiiin!!! Iyu mau diakein aju cama Yayah aja Unaaaa. Cimpen duyu adek beibina. Iyu mau diendong uga huwaaaaaa.”

Mingyu menepuk punggung Mieru saat tangisan semakin menjadi. “Sshhhh, iya Mieru sayang, iya. Udah ya nangisnya, maafin Mbakyu tadi nggak sengaja ngagetin kamu. Aduh, suaranya sampe serak gini.”

Wonwoo tak sanggup jika harus diam saja, akhirnya berinisiatif untuk mengoleskan lotion dan minyak telon pada tubuh Miyu yang telanjang. Takut anak cantiknya masuk angin, buru-buru memakaikan sepotong baju.

Tapi Miyu semakin berontak dan sedikit melawan, membuat Nancy yang ada di sekitar sang Kakak juga kewalahan ketika menenangkan agar ponakannya mau menurut. Wonwoo yang duduk setengah bersujud sedikit kesulitan. Bahkan posisi ini membuat perutnya kesakitan, tapi sayang dia tidak bisa berhenti meski Miyu mencoba untuk berontak. Baginya membiarkan Miyu mengamuk seperti hanya akan memanjakannya. Bagaimanapun juga, anak gadisnya sudah menjadi seorang Kakak. Cinta yang dimiliki orang tuanya harus rela dibagi dengan adik-adiknya.

“Mamau Unaaaa, Iyu mauna cama Yayah, hiks. Yepaciiiiin”

Pluk.

Botol minyak telon tiba-tiba mengenai kening Wonwoo dan sontak membuat dua pasang mata manusia dewasa di kamar melotot tak percaya. Apalagi Miyu yang sama terkejutnya, tak menyangka jika lemparannya akan mengenai kening Wonwoo.

Menyadari jika Buna Meong tiba-tiba terdiam, Mingyu memanggil Ningsih agar mengambil alih Mieru. Lantas berlari kecil untuk menghampiri Miyu yang menangis sesenggukan.

“Wah wah wah, Mbakyunya Ayah kangen yah pengin dipakein baju? Sini sama Yanda, pake minyak telon dulu biar wangi. Udah dong jangan nangis. Ayah nangis juga nih liatnya.”

Tapi, wush! Baju yang hendak dikenakan malah dibuang Miyu dan mengenai dada Mingyu.

“Raden Miyu!” bentak Wonwoo membuat anak gadisnya gemetar karena tak menyangka akan melihat wajah marah sang Buna. “Siapa yang ngajarin gitu? Buna gak pernah ya ngajarin kamu lempar-lempar barang. Untung cuma botol minyak telon dan baju. Kalau yang dilempar batu atau kaca dan kena kepala Buna sama Yanda sampe berdarah gimana? Mau liat kami berdarah?!”

“U-Una, mamap ... Iyu ....”

Mingyu menengahi dengan menggendong Miyu ke kamar sebelah.

“Raden udah gak apa-apa."

“Gak suka ya Buna kalo Mbakyu mainannya kekerasan gitu. Teriak-teriak juga, gak boleh loh sekarang. Ada adek bayi di rumah, kasihan adeknya gampang kaget.”

“Mbakyu ikut Ayah aja yuk? Kita pake baju di kamar Mbakyu aja ya. Oti Ningsih, tolong bawain bedaknya ke kamar yah. Kita mau di sana aja nih sambil main masak-masakan.”

Tidak ada jawaban, Miyu masih gemetar menahan rembesan air mata kala Mingyu menggendongnya. Meninggalkan Wonwoo yang dilalap api emosi, namun ternyata menitikan air mata yang langsung diusap dengan ibu jari. Tanpa melirik Miyu, Wonwoo menggendong Mieru.

Memunggungi anak pertamanya itu.

•••

Tangisan Miyu belum juga reda, masih histeris bahkan disertai isak menyayat bagi telinga yang mendengarnya.

Mingyu tak tega lantas memakaikan baju dengan gerakan hati-hati karena Miyu berdiri dalam kondisi wajah basah oleh air mata. Jemarinya menghapus kesedihan si anak pertama, ikut mellow melihat Miyu yang biasanya ceria malah menunjukkan ekspresi yang paling tak disukai oleh si Yanda muda. Tapi mau menyalahkan pun bagaimana, Wonwoo lebih berhak karena punya alasan untuk mendisiplinkan buah hatinya.

“Mbakyu udahan ya nangisnya. Nanti pipinya basah loh, matanya jadi sembab. Anak Ayah kan cantik, masa bersedih gini.”

“Hiks, Una ... Una mayah cama Iyu.”

“Nggak sayang, Buna bukan marah tapi lagi kasih tau Mbakyu biar nggak begitu lagi. Nanti kita minta maaf ya sama Buna, tapi Mbakyu udahan nangisnya.”

“Mamau Yayaaaah, Iyu mamau etemu Una. Iyu atut.”

“Kenapa takut?”

“Una nga cayang Iyuuu, Una cayangna cama adek beibi.”

Haduh, ternyata begini ya rasanya punya dua anak. Mingyu kira di usia Miyu yang kurang dari tiga tahun akan lebih menerima meski kecemburuan pasti ada, setidaknya tidak akan ada drama yang luarbiasa. Tapi, namanya juga anak kecil, apalagi Miyu selama dua tahun setengah ini mendapatkan kucuran cinta serta kasih sayang tanpa dibagi dengan bayi lainnya. Pasti dia kaget saat Mingyu yang biasanya dicuekin Miyu, bahkan sering mencari momen agar tidak menjadi korban ketsunderean anak pertamanya itu, di masa kini malah menemukan situasi kebalikan.

Mingyu merasa bersalah sudah memberikan waktu yang timpang sebelah untuk Miyu. Pantas jika anak gadisnya protes, semua karena pengalaman Mingyu sebagai Ayah anak dua yang masih trial dan banyak errornya. Dia masih belajar untuk bisa membagi waktu, tapi ternyata tidak semudah itu. Semua tidaklah semulus itu.

“Maafin Yanda yah. Selama ini udah menduakan Mbakyu. Yanda kira bisa adil, ternyata Miyu kesepian ya? Miyu sedih ya?”

Miyu mengangguk, lalu memeluk Mingyu yang langsung membawa ke kasur. Sengaja merebahkan anak gadisnya namun tidak melepaskan pelukan, tangannya mengelus puncak rambut bob hitam sang anak tercinta. Benar-benar yang namanya waktu, padahal dulu saat Miyu lahir begitu mungil menemplok di dada dan tangan Mingyu. Kini sudah bisa membalas pelukan sang Ayah bahkan tangisannya merupakan bentuk protes. Miyu sudah beranjak dewasa, dan jujur Mingyu merindukan momen-momen di masa sebelumnya.

Jika dipikir-pikir lagi, tidak ada bedanya masa-masa Mingyu menjadi orang tua. Saat lahir Miyu pun dia masih canggung, masih banyak salah, tidak ada bedanya dengan sekarang yang harus mengulang dari awal. Tapi faktanya Mingyu bahagia bisa menikmati masa indah ini, meski lelah pun dia merasa sempurna karena tujuan hidupnya langsung diisi oleh anggota keluarga baru. Miyu masih tetap menjadi anak gadis kesayangan, begitupun Mieru yang menjadi putra kebanggaannya.

“Yayah mayah ya cama Iyu?”

Mingyu mengerutkan pelukan saat dirasa Miyu sudah berubah tenang. “Kenapa Ayah harus marah sama anak cantik ini, hm?”

“Iyu nakay makana Una nga mau endong Iyu. Api, Yayah mau endong ... Iyu atut Yayah mayah. Atut nga mau main agi cama Iyu.”

“Iiiiih mana ada sih Ayah nggak mau main sama anak gembul yang baik, cantik, dan pinter kayak Raden Miyu! Mau banget laaaah, janji deh Ayah nanti malem nemenin Mbakyu bobok. Tapi kalau Yayah lagi sama Mieru, Mbakyu gak boleh marah yah? Katanya Mbakyu mau punya adek baby? Itu udah Buna sama Yanda kasih, harus disayangi loh gak boleh kalau nggak akur. Adek juga harus dicintai dan dilindungi. Karena Miyu adalah Kakak dan anak pertama, sebagai perempuan Miyu harus jadi pribadi yang kuat. Ayah percaya sama Mbakyu pasti akan hidup rukun sama Mieru sampai nanti kami tua. Jadi, Mbakyu mau janji kan sama Ayah nggak akan lempar barang lagi? Gak boleh main kekerasan. Nanti Ayah sedih kalau Mbakyu bikin Buna sama adek baby sedih.”

Jeda sejenak, Miyu belum menjawab pun menautkan jari kelingking sebagai balasan. Sebetulnya Mingyu tidak butuh kalimat, karena dia tau semulia apa hati anak gadisnya. Bukan masalah yang harus dibesar-besarkan pula, karena dia dan Wonwoo akan membuktikan dengan mendidik dan menanamkan nilai kebaikan dalam kehidupan Miyu.

“Iyu anji nga akan yempay-yempay bayang agi, Yayah. Mamap ya, Iyu nga cengaja. Iyu cayang cama adek beibi. Cayang Una cama Yayah uga. Cayang anet.”

Mingyu mengangguk, masih memeluk tubuh gadis mungilnya seraya menepuk punggung yang perlahan tenang. Miyu sepertinya terlelap setelah kehabisan tenaga lantaran menangis sesenggukan. Dan Mingyu bersyukur ikatan mereka sekarang justru semakin kuat. Bersyukur pula, ternyata Miyu bisa memahami apa yang ingin dia sampaikan.

Sekarang tinggal mengembalikan semangat Wonwoo. Sebab Mingyu paham betul pihak yang tak kalah terluka dan merasa bersalah adalah belahan jiwanya. Setelah satu jam membiarkan Miyu terlelap dalam posisi dipeluk, Mingyu menggantikan sosoknya dengan bantal guling. Lalu berjalan menghampiri Wonwoo yang terduduk di kamar. Sedangkan Mieru sudah kembali anteng, menjadi bayi yang baik dan pengertian dengan tertidur di box.

“Miyu udah nggak nangis lagi kan, Nda?”

“Udah bobok anaknya, sayang.”

Wonwoo menunduk. “Raden ... kelepasan. Gak seharusnya tadi bentak bahkan pake nada tinggi, pasti Miyu gak mau ya ketemu Raden lagi?”

“Kalian ini emang ya, mirip banget sifatnya. Suka overthinking.”

“Ya wajar dong Raden overthinking, ini kali pertama Raden bentak sampe urat leher kenceng dan kepala spaneng. Raden emang kebawa emosi, Nda. Bener-bener kelepasan.”

“Ananda paham kok, sayang. Wajar kalau Raden sampe segitunya, Miyu emang gak pernah lempar barang selama tantrum. Jelas ini adalah pengalaman baru buat kita. Usia Miyu bahkan baru 2 tahun 6 bulan, masih ada banyak hal yang belum kita tau. Makanya, kalau Raden kelepasan ya wajar karena bisa jadi hal sama terjadi pada Ananda. Semua kemungkinan bisa terjadi kapan aja. Toh kenapa Raden bisa kelepasan juga karena nggak mau Miyu jadi seenaknya, kan? Miyu juga merasa bersalah kok. Dia anak hebat, peka banget.”

Wonwoo menghela napas panjang. “Jadi orang tua betul-betul gak mudah, Nda. Dulu Raden asal nyeletuk pengin punya baby yang banyak, sekarang dikasih dua aja Raden banyak ngeluhnya. Belum bisa adil lah, belum bisa ikhlas lah, belum bisa sehebat omongan saat pacaran dengan Ananda dulu. Apa karena Raden terlalu menggampangkan? Di usia kita sekarang, orang lain bahkan masih mengejar karir maupun goals hidup sebelum betul-betul memutuskan untuk menikah. Bahkan di usia muda Ananda harus menjadi Ayah, harus melupakan banyak mimpi yang bisa Ananda capai. Semua karena menikahi Raden.”

“Aaaah, Raden,” Mingyu memeluk Wonwoo. Menepuk punggungnya yang bergetar. “Raden udah menahan selama ini ya? Gak apa-apa sayang, ayok keluarin semua uneg-uneg yang Raden simpan. Bagi dua dengan Ananda, karena gak ada hal yang harus kita simpan sendirian. Hidup Raden adalah hidup Ananda, begitupun sebaliknya.”

“Nda,” Wonwoo menangis terbawa emosi. “Raden bukan orang tua yang baik. Raden kadang bertanya-tanya kenapa harus mengalami semua di usia segini? Padahal ini udah menjadi dan murni keinginan Raden. Menikahi Ananda, bahkan dikarunia keajaiban Tuhan dengan mengandung tiga malaikat sebagai buah cinta kita. Kenapa Raden gak ada bersyukur-bersyukurnya? Keluarga lain bahkan ada yang gak seberuntung keluarga kita. Tapi kenapa ... kenapa Raden malah mempertanyakan hal gak penting? Raden bukan Buna yang baik buat Miyu, pun buat Mieru ... gak ada Ibu yang sepayah Raden Wonwoo.”

“Nggak, Raden. Jangan bilang begitu. Memang betul kehidupan kita udah berubah sekarang, di saat temen-temen lain masih bisa bebas menikmati masa muda, Raden harus mengandung dan melahirkan anak-anak Ananda. Bahkan Raden kehilangan impian buat lanjut S2, karena kesibukan sebagai orang tua pula, Raden mengalah dengan melupakan hobi yang Raden suka. Entah itu menulis, nonton anime, bahkan di dunia motor. Itu lebih penting dari mimpi Ananda dulu, karena mimpi Ananda sekarang udah terlaksana, tau gak siapa yang mewujudkan mimpi Ananda? Radenlah orangnya.”

“Ananda, hiks. Raden gak kasih Ananda apa-apa selain beban hidup.”

“Kata siapa? Raden adalah orang yang Ananda cinta dan berhasil mengubah Ananda menjadi seorang Ayah dari dua anak sehat dan lucu. Hidup Ananda terasa sempurna dan lengkap setiap melihat darah daging yang Ananda sayang kini tumbuh dewasa. Liat coba Miyu bisa secantik itu. Mieru juga bisa segembul itu. Mimpi ini terlalu indah buat Ananda ... mimpi yang tak ternilai harganya.”

“Ananda ....” Wonwoo memeluk sang suami, menangis sesunggukan ketika tepukan Mingyu berhasil berikan ketenangan. “Maafin Raden untuk semua sisi buruk dan kurang saat kita sama-sama. Berkat Ananda pula, Raden bisa berproses menjadi pribadi yang kehadirannya berguna dan memiliki arti. Makasih ya, makasih banyak udah menjadikan Raden sebagai manusia berharga.”

“Udah dong Bunaaaa galaunya, tadi Ananda liat Miyu nangis aja kebawa mellow. Ini belahan jiwaku tersayang sampe sesenggukan juga. Ananda gak mau ya menangis tersedu-sedu, malu udah punya dua buntut. Mau jadi Ayah gemas aja.”

"Huhu, baby boynya Raden gak apa-apa kok kalau mau nangis juga. Gak ada siapapun yang liat kecuali Raden. Nangisnya depan Raden aja, cuma Raden yang tau seberapa gemesnya Ananda, hihi.”

“Yeiii, udah baikan deh Radenku. Nanti kalian jangan lupa saling minta maaf loh ya, Miyu itu kenapa bisa cranky karena kangen sama kita. Emang sekarang adalah masa paling sulit karena masih harus transisi dengan membagi waktu antara Miyu dan Mieru. Tapi gak apa-apa. Selama Raden percaya Ananda, begitupun sebaliknya, semua akan baik-baik aja. Keluarga kecil kita pun akan baik-baik aja.”

Wonwoo mengangguk. “Kita pasti akan terus sama-sama dalam suka maupun duka kan, Nda?”

Ofcourse, Buna. Pokoknya kita always together, forever, never be forgetten, remember everything untill we happy ever after. Something like that pokoknya!”

“Pinternya suami Raden bisa bahasa Bangladesh. Fasih banget lagi ada aksennya.”

“Bukan dong sayang, ini bahasa Ukraina bagian timur. Bukan Bangladesh apalagi Ciputat Raya hahaha.”

“Apa sih Bapaknya Miyu sama Mieru suka ada-ada aja.”

“Raden, kita bikin video Ytube yuk? Ananda udah sebulan gak ada update sesuatu, ini si Didin udah berisik dari minggu lalu nyuruh Ananda record katanya banyak yang kangen.”

Wonwoo membulatkan mata. “Kan yang dikangenin Ananda, kenapa harus ngajak Raden segala?”

“Biar dunia tau, kalau Ananda adalah manusia paling beruntung karena punya malaikat sesempurna, sehebat, seindah Raden. Mau ya? Jarang Ananda tuh ekspos hubungan kita, kadang yang komen juga suka aneh-aneh, banyak yang gak percaya kalau Ananda udah nikah bahkan punya anak dua. Kalau Raden in frame kan aman, langsung ketampar deh yang kegatelan."

Astaga, mana sempat Wonwoo nolak, keburu Mingyu menggeretnya ke studio yang sering digunakan saat merekam konten mukbang. Bahkan dalam waktu singkat, suaminya berhasil menyiapkan segala hal dari mengatur set, menentukan pencahayaan, termasuk angle kamera yang kini menyala.

Yang benar aja sih syuting tanpa skrip? Wonwoo mana siap!

“Nda, ini bohongan kan?”

“Nggak lah, Raden. Mana ada suamimu yang ganteng ini suka berbohong. Lagian mana boleh sih, berbohong adalah tindakan tercela. Not good!"

Belum sempat Wonwoo kembali protes, Mingyu langsung memotong durasi yang bisa digunakan untuk menyiapkan mental dengan buru-buru merekam.

Dan suara paling dihindari Wonwoo untuk didengar mengudara, dengan riangnya Mingyu bak puppy penuh semangat menatap kamera seolah itu adalah harta karun. Matanya berbinar, sama sekali tak peduli dengan Wonwoo yang duduk dalam kondisi pucat pasi.

“Halooooo guys, welcome back to my Ytube channel, Ayah Gemas in the house yoooooooo! Tebak sekarang Yanda gemas ini lagi sama siapaaaaa? Iyes, benar sekaliiiiii ... My Raden uwu, eh Raden Wonwoo, Ibu dari 2 anak-anakku yang gembul nan lucuuuu. Ayok sayang, sapa subskreber Ananda.”

“H-Haloooo, salam kenal semuanya. Gu-aaah, maksudnya a-aku Raden Wonwoo."

"Iyessss, Raden Wonwoo Askara Bayu. Orang paling gemes yang saya nikahin tiga tahun lalu. Hayo buat kalian yang suka macem-macem di kolom komen, percaya gak kalau manusia ganteng bernama Ananda ini udah ada yang punya? Udah ya, jangan bercanda lagi mau nikung apalagi gak percaya sama saya. Nih belahan jiwanya langsung dibawa sekarang juga."

Oh tidak, hidup Wonwoo yang masih berada di pertengahan dua puluhan sepertinya akan berakhir mengenaskan. Dunia Ytube akan mengingat wajahnya, terutama subscriber sang suami yang didominasi kaum hawa.

Bisa Wonwoo bayangkan sebanyak apa sumpah serapah mereka kala memprotes kenyataan jika Ananda tampannya sudah diikat cincin kawin bahkan dua anak lucu nan menggemaskan!

•••

Haloooo, apakah ada yang masih ingat lapak ini?

Bab 38 di update sekalian test ombak yaw setelah updatean terakhir di awal Oktober 2020 lalu. Kalau responsnya ternyata sepi dan jadi banyak siders mungkin baiknya akan terus On Hold, atau mungkin discontinued aja? 😥

Ya, semoga masih ada pembacanya dan mau berbelas kasih untuk meninggalkan jejak ya. Jika mau lapak ini terus update dan mendapat ending yang semestinya, mohon bantu dengan tidak baca sembunyi-sembunyi. Mari menjadi pribadi yang bisa menghargai pribadi lain 🙏

Happy reading! Sorry for typos!

^ Dadah semua, makasih buat yang masih ingat keluarga meong. See you next chapter dan jangan lupa vomentnya ya -Raden Wonwoo

Continue Reading

You'll Also Like

421K 4.4K 85
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
148K 15.1K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
46.5K 4K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
484K 36.7K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.