Querencia

By mafiakangkung

287K 32.6K 23.3K

[๐™Š๐™ฃ ๐™‚๐™ค๐™ž๐™ฃ๐™œ] #๐’๐ž๐ช๐ฎ๐ž๐ฅ ๐จ๐Ÿ ๐’๐ž๐ฆ๐ž๐ฌ๐ญ๐ž๐ซ ๐Ÿ– ๐˜˜๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ช๐˜ข (๐˜ฏ.) ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ข๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ง๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ธ๐˜ฉ... More

Mukadimah - Casts
Q01. Masuk Angin?
Q02. Semanis Sirup Kurma
Q03. Bekas Luka
Q04. Menjadi Raden Yang Baru
Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!
Q06. Di Ujung Derita
Q07. Kado Terindah
Q08. Ananda & Raden Menuju Bahagia
Q09. Long "Dipingit" Relationship
Q10. Get Ready with Pengantin Baru
Q11. Panggil Mereka Ayah & Bunda Meong
Q12. Susu Murni Nasional
Q13. Bye-bye Raden Byutipul
Q14. Welcome Baby Girl
Q15. How to Fight Raden Wonwoo
Q16. Ketika Dominan Didominasi
Q17. Raden Miyu Maurasena
Q18. Officially Hot Daddy
Q19. Ayah dan Bunda, Mengapa Aku Berbeda?
Q20. Kapan Kerja Lagi?
Q21. Teror Paket Online
Q22. Teori Kebahagiaan Miyu
Q23. Nyicil Target Hidup
Q24. Happy Anniversary
Q25. Home...Home...Home...
Q26. Halo, Gigi Susu!
Q27. Ada Apa Denganmu?
Q28. Call Me Manjalita
Q29. Move Like Jaeger!
Q30. Manusia Pentol Korek Api
Q31. Bye, S2. Welcome New Member!
Q32. Kudeta Mbakyu Miyu
Q33. Little Ananda
Q34. Beruang Ngamuk
Q35. Beruang Ngamuk [v.02]
Q36. Rindu Dibayar Nyicil
Q38. Anak Pertama
Q39. Resolusi Baru
Q40. Jalan Jaegerku
Q41. Cinta Salah Alamat

Q37. Bentuk Cinta

3.4K 386 306
By mafiakangkung

Demi Tuhan, Ananda gak akan pernah ninggalin Raden, jadi tolong..., Raden percaya diri lagi ya? Ayok kita bangkit sama-sama. Kita hadapi semuanya berdua.

================

Sesaat sebelum operasi....

"Jadi..., harus ambil tindakan operasi malam ini juga, Dok?"

Yoona tersenyum menanggapi kekhawatiran Wonwoo. "Jika tidak malam ini bisa besok pagi kok, Raden. Yang terpenting saya perlu mendengar jawaban dari Pak Ananda dulu karena untuk semua dokter sudah dipastikan stand by. Raden tidak perlu khawatir."

Oh, Tuhan..., bagaimana bisa dia tidak khawatir jika niatan awal hanya untuk cek kandungan malah mendengar vonis cukup mengejutkan? Wonwoo kira semua berjalan baik-baik saja, entah itu bayinya maupun fisik yang memang dalam beberapa hari ini menjadi lebih ringkih lantaran merasa ada keluhan di area jahitan. Pernah berjuang memertaruhkan nyawa, di mana dua buah cintanya dengan Mingyu dilahirkan ke dunia. Satu kejadian karena kelalaian belaka dan keajaiban lain hadir sebagai sosok Miyu yang tumbuh cantik memesona.

Di kali ketiga kehamilannya, nyatanya Tuhan kembali memberi Wonwoo ujian yang mana dalam waktu dekat harus mengambil tindakan segera. Mieru, baby boy yang kelahirannya sangat dinantikan malah terjepit kondisi yang jelas-jelas membahayakan keselamatan keduanya. Lantas, dikepal erat genggaman tangan. Wonwoo mencoba bersikap setenang mungkin setiap menjawab kalimat Yoona yang laksana petir di siang bolong kala memberikan sebuah penjelasan.

"Risikonya tinggi sekali, Dok. Apa kemungkinan setelah ini saya nggak bisa..., hamil lagi?"

Senyum Yoona surut, Wonwoo memejamkan mata lantaran sudah siap menelan pil pahit. Memang tidak akan ada kabar bahagia untuk didengar malam ini, lebih tepatnya kabar tersebut akan tertahan sampai saatnya Mieru lahir dalam kondisi selamat tanpa kurang suatu apapun.

"Begini, Raden...," sungguh, Wonwoo sudah ikhlas mendengar semua kebenarannya. "Untuk kehamilan berikutnya, saya sangat tidak menganjurkan karena kondisi jahitan yang harus menunggu betul-betul pulih terlebih dahulu. Raden tentu ingat, sebelumnya sudah melakukan c-section sebanyak dua kali yang mana akan sangat berisiko untuk bayi maupun Ibunya apabila nekat mengandung dalam waktu dekat. Sebisa mungkin diskusikan lagi dengan Pak Ananda ya? Saran dari saya, tidak ada c-section lagi karena ini demi kebaikan Raden juga. Tapi bukan berarti tidak memungkinkan untuk kembali mengandung, hanya saja risikonya sangat tinggi karena mempertaruhkan nyawa."

Hancur sudah motivasi Wonwoo yang ingin mewujudkan impiannya maupun impian Mingyu menghiasi kediaman tercinta dengan tawa dari anak-anak mereka. Saat itu, Wonwoo hanya bisa larut dan kembali memertanyakan alasan mengapa Tuhan memberinya cobaan yang jujur..., Wonwoo sama sekali tak mampu hadapi dengan senyum penuh kelegaan. Egoisme masih menguasai diri, bahkan Raden manis ini tak mampu menerima kenyataan yang di satu sisi merugikan posisi sebagai istri.

Padahal jika mengingat keajaiban yang Tuhan berikan, melahirkan dua keturunan Mingyu saja sudah melampaui batas nalar manusia. Harusnya keikhlasan dan penerimaan mengisi relung hati Wonwoo ketika dihadapkan dengan kenyataan yang cukup menampar.

Mana ada laki-laki bisa hamil, kan?

Seingin apapun dirinya memberikan keturunan untuk Mingyu, fisik Wonwoo yang berbeda dengan lelaki pada umumnya jelas hal yang lagi-lagi harus dia terima dengan lapang dada. Dikarunia dua buah hati yang sehat merupakan harta paling berharga yang Tuhan titipkan di keluarga kecilnya. Setidaknya, Wonwoo tidak perlu sekacau dan sekalut ini apabila memang kenyataan yang dilontarkan Dokter Yoona benar terjadi. Ya, kenyataan jika dia tidak bisa mengandung dan memberikan Miyu maupun Mieru adik lagi.

"Raden..., kamu gak papa?" menyadari tangan Wonwoo yang gemeteran, Rowoon mengelusnya untuk berikan ketenangan. "Mamas hubungi Mingyu dulu ya?"

"Iya..., makasih ya, Mas."

Dan anggukan penuh kelembutan dari sang kakak ipar yang memilih bangkit dengan berjalan ke luar ruangan membuat Wonwoo semakin pening dengan kenyataan cukup mengejutkan. Padahal beberapa waktu sebelumnya, semua masih baik-baik saja.

Ah, sebelum Mingyu merajuk dan membuat hari-harinya menjadi sedikit lebih hectic dari biasanya. Tapi Wonwoo berani bersumpah jika masa-masa itu sama sekali tidak memberatkannya. Mengasuh Miyu adalah kewajiban dan Wonwoo sangat menikmati proses di mana dia bisa habiskan waktu dengan si cantik kesayangan Mingyu.

Hanya saja, fisik Wonwoo yang pernah dua kali melakukan c-section membatasi tugas dan kewajiban saat kandungan menginjak usia 9 bulan. Wonwoo coba tahan rasa sakit itu dengan kembali mengurus pekerjaan rumah, hingga di malam ketika Miyu tantrum tubuhnya sempat menggigil hebat. Tentu saja, semua tanpa sepengetahuan suami tampannya itu.

Susah payah Wonwoo menganggap semua baik-baik saja dan menahan rasa sakitnya. Penuturan Dokter Yoona justru menjatuhkannya ke dasar jurang keputusasaan di detik itu juga.

"Raden, saya pasti akan berusaha dan terus upayakan yang terbaik. Jangan terlalu dipikirkan, yang terpenting untuk saat ini Raden mensugesti diri dengan pikiran positif. Pasti Raden sudah tidak sabar kan bertemu dengan baby yang kedua?"

Wonwoo mengangguk di tengah genangan air mata yang coba ditahan. Dokter cantik itu benar, tidak ada alasan untuk terus berlarut dalam drama yang hanya akan merusak motivasi serta kebahagiaan. Saat ini yang terpenting adalah Wonwoo menjadi sosok kuat agar Mieru pun lahir dalam kondisi yang sama kuatnya. Biarlah rasa sakit dan kecemasan yang menganggu berlalu, yang pasti semua kegalauan akan diganti kebahagiaan di mana malaikat mungil yang kelahirannya dinanti segera hadir dalam dekapan.

...............

Sunyi di ruang operasi, hanya didominasi bunyi mesin dan alat-alat yang digunakan dokter. Bahkan napas sendiri pun tak mampu Wonwoo dengar lantaran kondisi yang masih terasa melayang. Yakni dipaksa bertahan ketika bius mengunci setengah badan.

Yang Wonwoo ingat dan rasakan sepanjang operasi berjalan hanyalah kalimat Yoona siang tadi sebelum Mingyu datang. Ya, mengenai nasibnya yang tidak diizinkan lagi mengandung-dengan kata lain, perjuangan di detik ini adalah kesempatan terakhir Wonwoo memberikan Mingyu kebahagiaan.

"Raden...," bisik Rowoon di dekat telinganya, hampir saja Wonwoo lupa jika dia tidaklah sendiri di sana. Ada Ananda sulung yang menemaninya. "Kalau dirasa sakit, pegang tangan Mamas ya? Gak papa, semuanya baik-baik aja. Jangan khawatirin Mingyu, dia ada kok mendo'akan Mieru dan kamu."

Tapi yang namanya hati manusia, apalagi melahirkan bukan hal mudah untuk Wonwoo hadapi sendirian. Tanpa dukungan di mana Mingyu duduk di ruangan yang sama, menggenggam tangan, dan membisikkan kata cinta juga semangat padanya, semua terasa percuma. Wonwoo hampir pesimis jika perjuangan kali ini tidak ada nilainya begitu tau di balik pintu sana Mingyu pun sedang menderita. Buah dari mengkhawatirkan kondisinya yang ternyata tidak baik-baik saja. Wonwoo merasa tidak berguna untuk keluarga kecilnya.

"Mas Rowoon, Raden takut," cicitnya kala menahan guncangan di area perut. "Raden takut gak sanggup. Raden takut gak bisa ketemu ... yang lain."

"Nggak, Raden. Kamu itu kuat! Jangan bilang gitu. Ayok semangat, ada Mingyu, Miyu, dan keluarga yang sayang Raden udah nunggu. Lupa ya selama 9 bulan ini siapa yang udah mengandung Mieru? Yang rela sakit, rela turun berat badan, rela begadang hanya untuk melahirkan Mieru? Cuma Raden yang berani dan kuat bisa sampai di sini. Raden adalah Ibu hebat yang menahan semua sendiri. Ayok atur napas lagi, dokter pun berjuang untuk kita..., jadi Raden jangan menyerah ya?"

Rasanya campur aduk. Meski separuh tubuhnya kebas, pikiran Wonwoo malah melalangbuana pada kemungkinan paling mengerikan yang tak diinginkan. Sesak di dada ketika tubuh kembali menanggung bekas luka ketiga, semua adalah bukti perjuangan menghadirkan buah cinta dengan Mingyu ke dunia. Tiga kali terjebak dan rebah di ruangan yang sama, namun kali ini terasa berbeda. Wonwoo begitu kecil, begitu takut, dan begitu menginginkan sosok Ananda bungsu yang menemani ketika hadapi pergantian sekon yang terasa sulit ini.

"Ananda...," racaunya di tengah instruksi dokter untuk kembali mengatur napas. "Maafin Raden..., maaf jika selama ini Raden belum bisa menjadi yang terbaik untuk keluarga kecil kita. M-maaf jika waktu Raden gak..., sampai."

Rowoon memilih bungkam dengan menghapus air mata yang jatuh dan membasahi pipi pucat Wonwoo. Sebisa mungkin berikan kalimat dukungan dengan membisikkannya di telinga, sesekali mengelus kepala sang adik ipar guna mempertahankan kesadaran begitu operasi terasa semakin tegang. Beberapa dokter dengan setelan jubah hijau sigap dengan tugasnya. Rowoon beranikan diri memerhatikan kegiatan mereka yang berusaha mengeluarkan Mieru dari tubuh Wonwoo.

Di tengah sesak yang semakin menghimpit dada, Wonwoo memejamkan mata. Betapa maut begitu dekat dengan hidup manusia, nyawa Raden manis itu bak dipaksa keluar dari raga yang kini tak berdaya. Hampir saja dia hilang kesadaran begitu pandangan berubah buram, beruntung suara tangis Mieru yang berhasil dilahirkan mengisi ruangan. Seketika Wonwoo seperti kembali dihidupkan. Seolah Tuhan membisikkan sesuatu di telinga yang Wonwoo tangkap mengenai sebuah perjuangan.

Ya, perjuangan yang belum usai.

Ah, betapa dia ingin melihat wajah malaikat mungil itu. Lantas dalam diam Wonwoo kembali berdo'a agar sosok Mingyulah yang mendominasi wajah Mieru.

"Selamat Raden untuk kelahiran anak keduanya. Babynya sehat sekali."

Wonwoo terkesiap ketika bayi rapuh yang masih berlumuran darah dengan kulit yang sedikit membiru kini ada dalam dekapan. Pipi tembamnya mengecup pipi Wonwoo. Ajaibnya sesak yang mencekik hilang saat itu juga, digantikan rasa takjub ketika halus dan hangat tubuh Miyu yang selama 9 bulan dalam kandungan kini terasa nyata.

"S-sayang," Wonwoo menangis sejadi-jadinya saat tangan Mieru menggapai-gapai dan menepuk pipinya. "Mieru sayang? Halo, Nak..., ya ampun anaknya Ayah, kamu mirip banget Ayah Ananda, hiks. Makasih Tuhan..., makasih banyak untuk keajaiban ini. Mieru juga makasih udah berjuang sama Buna."

Rowoon tak mampu menahan genangan air mata kala melihat interaksi Wonwoo dengan bayi mungilnya. Betapa pengalaman luarbiasa bisa menyaksikan keajaiban Tuhan, meski bukan darah dagingnya, meski bukan belahan jiwa yang berjuang memertaruhkan nyawa, namun Rowoon bersyukur bisa melihat kebahagiaan di wajah Wonwoo.

Setidaknya ketakutan yang sempat dirasakan sebelumnya seolah lenyap, digantikan haru luarbiasa ketika bayi itu masih dalam dekapan Wonwoo.

"Halo jagoan, ini Uncle Rowoon..., selamat datang di dunia ya. Selamat datang di keluarga kami."

"Mas makasih," di tengah isak tangis suara Wonwoo terdengar lirih. "Makasih udah nemenin Raden, tanpa Mas Rowoon mungkin Raden gak akan sekuat ini."

"Itu karena kamu memang kuat, Raden. Mamas sama sekali gak bantu apa-apa. Selamat ya, selamat menjadi orang tua dari putra-putri yang lucu dan menggemaskan."

Wonwoo terkekeh ketika mengingat apa yang terjadi dalam beberapa hari ini. Sebagaimana manusia yang hanya bisa berwacana, ketakutan yang sempat membuat Wonwoo pesimis langsung lesap. Dalam kondisi yang mana dokter melanjutkan tugasnya, Wonwoo tersenyum tipis dan kembali mengecup penuh sayang si kembaran Mingyu versi dua.

Betapa Wonwoo ingin segera keluar dari ruangan, menemui Mingyu dan memamerkan wajah bayi yang dikandung untuk mengatakan;

"Ciyeeee yang punya kembaran. Terbukti kan sekarang siapa yang lebih sayang?"

Oh, kenapa dangdut sekali? Kenapa Wonwoo sesemangat ini? Lagi-lagi yang bisa dia ucapkan di tengah lemas, kebas, dan sakit tubuhnya pasca melahirkan hanya syukur dan terima kasih pada Tuhan.

"Ananda..., akhirnya ada baby boy di keluarga kita."

•••

"Parah ye, Ncang, bibit gue emang kualitas premium. Ditambah ladang bercocok tanamnya sesubur Raden, ya udah pas dipanen hasilnya secakep ini."

"Sembarangan ini tiang sutet kalo ngomong. Dikate anak lo padi hah disebut bibit segala?"

"Eh, tapi bener juga sih baby Mieru lebih keliatan auranya. Emang anak laki beda ye, si Ananda juga girang banget kayaknya lagi-lagi mirip die."

"Duh, Encing Beki emang nyang paling mengerti. Top markotop pokoknya. Siapa dulu dong Bapaknya aja modelan Ananda Mingyu. Pasti kamu kaget banget kan punya orang tua sekece kami dan Mbakyu secantik Miyu? Aw, sama deh..., Yanda juga kaget banget dikasih bayi lucu dan gemesin kayak kamu."

Sebut Mingyu norak, tapi sedari tadi tangannya sama sekali gak pegel menggendong si bayi dengan bobot 3,4 kilogram ini. Memang tidak segembul Miyu saat lahir dulu, tapi bersyukur putra kedua lahir dalam kondisi sehat dan selamat. Tidak ada yang luput dari ucap syukur dilontarkan Mingyu, terutama kehadiran sang buah hati yang kini terlelap dalam dekapan cowok tampan itu.

"Bebeb Beki mau yang begitu gak? Kalo mau, ayok abis pulang di mari kite bikin atu," padahal Babeh Ceye baru setengah jam datang tapi malah bisik-bisik yang masih bisa kedengaran bagi Mingyu. Dasar pasangan sepuh, emang suka ada-ada aja.

"Nggak ah, udah tua! Mending ngasuh Miyu atau Mieru aja."

"Bener juga. Ya udah, nanti kalo si lontong atu ini punya anak lagi, kite culik aje ye Miyu apa Mieru buat nemenin di rumah Cirendeu."

"Yuk mariiiii, emang paling enak nunggu lahiran anak ketiga aja. Katanya Miyu udah dibooking sama Mbak Yuli buat sekolah di Tegal."

"Eh iya? Kok Mas Yongki kagak bahas?"

"Masih wacana sih dan kayaknya..., Bapaknye aja kagak tau. Aduh salah ngomong nih gue."

Benar aja, Mingyu langsung bengong begitu mendengar kata sekolah dan Tegal disebut oleh Encing Beki yang malah bersembunyi di balik punggung sang suami. Sedangkan Babeh Ceye yang sudah berabad-abad absen di fanfik ini cuma bisa menutupi kesalahan yang diperbuat si belahan jiwa dengan menatap Mieru yang masih terlelap.

Pait..., pait..., semoga si Ananda bongsor kagak ngamuk dah ya, bisa abis bini gue dihujat macem Incess Syahroni -Encang Ceye

"Tegal? Perasaan gue kagak kasih izin Miyu buat tinggal sama Mamak deh. Apalagi sampe sekolah di sana. Sebenernya kalian umpetin rahasia ape dari gue, Ncang..., Encing?"

"Yayaaaaaah!!!"

Beruntung dewi fortuna masih sudi berpihak pada pasangan legend kita yang eksistensinya pernah begitu mumpuni di ff Semester 8. Kehadiran Miyu yang tiba-tiba, ternyata cukup berisik bersama keluarga Raden dari Bintaro. Di waktu bersamaan, Mamak Yuli yang baru selesai mandi tiba-tiba nimbrung di tengah kerumunan. Sama sekali tidak merasakan atmosfer mencekam yang ditimbulkan dari omongan si adik ipar sebagai tersangka ketegangan.

"Yayah, Una mana?"

"Buna lagi bobok, Mbakyu sayang. Jangan berisik ya? Sini..., sini, coba tebak Yanda lagi gendong siapa?"

Miyu yang sudah mandi dan cantik ini kebingungan begitu melihat ada makhluk bertubuh mungil dalam dekapan Mingyu. Mengingatkan pada boneka kesayangan yang sengaja tak dibawa lantaran sudah rindu ingin bertemu Wonwoo. Lantas kaki mungilnya berjalan mendekat, Mingyu dengan sigap mengubah posisi di mana tubuh Mieru kini ditahan oleh tangan besarnya. Merah di kulit bayi newborn itu membuat Miyu ragu untuk sekadar menyentuhnya.

"Yayah..., tu apa? Kiciw binitsss, pipinya meyah."

"Masa Mbakyu gak tau? Ini loh yang ada di perut Buna..., yang suka Mbakyu kiss kiss terus ajak ngobrol sebelum bobok."

"Ummm..., capa ya? Iyu nga au, umm...."

"Namanya Mieru, baby Mieru. Adiknya Mbakyu dan anak kedua Yanda sama Buna. Wangi deh pipinya, Mbakyu mau kiss juga nggak?"

Tatapan polos Miyu yang masih loading semakin berlanjut ketika mendaratkan kecup halus di pipi merah Mieru. Rasanya aneh, seperti melihat dirinya sendiri namun dalam versi lebih mini. Dan yang paling anehnya lagi, tidak ada rasa cemburu meski Mingyu tak henti-hentinya mengecup bahkan menggosok pelan ujung mereka. Yang ada dalam dunia kecil Miyu hanya tebakan mengenai siapa gerangan bayi yang memiliki nama sama dengannya.

"Mi-e-yu, beibi Mi-e-yu...."

"Iya, ini adek beibinya Mbakyu. Namanya baby Mieru."

"Iiiiii ade beibiiiiii. Beibi ajah di peyut Una Yadeeeeen ya?

"Seratus deh buat kamu. Ayok disayang dulu adek beibinya..., aduh pinter banget cantiknya Ayah."

Mingyu terkekeh ketika melihat ketakjuban Miyu yang kini tanpa ragu mendekat. Ingin melihat lebih jelas katanya, sesekali disentuh menggunakan jari telunjuk kulit dengan bulu halus di pipi merah Mieru. Betapa ini adalah hari membahagiakan karena Mingyu diberkahi malaikat yang menjadi pelengkap keluarga kecilnya. Hampir saja dia menangis lagi jika tidak ingat ada banyak orang di sana.

"Ya ampun," kali ini Opa Yunho yang semalam diberikan tugas mengasuh Miyu melihat wajah Mieru. "Ayah Ananda banget ini mah, Bunda Radennya cuma dapet credit putihnya aja. Selamat begadang lagi ya, Nak Ananda. Kalo sekiranya repot, kami siap kok buat ngasuh Miyu."

"Makasih banyak, Daddy. Tapi semoga aja nggak repot, Ananda gak mau repotin siapa-siapa, lagian Mbakyu juga udah janji kan sama Ayah kalo adek beibi udah lahir mau jadi good girl?"

Yuli menyahut. "Ya tapi kasian toh Miyu masih kecil begitu udah dibiasain mandiri. Makanya kata Mamak juga mending Mbakyu ikut ke Tegal aja. Biar Mamak sama Bapake sekolahin di sana."

"Dih, apaan? Enak aja! Emang Miyu mau ikut Nena Tegal?"

Sayang, alih-alih menjawab si gadis cilik malah sibuk mengecup tangan Mieru yang keluar dari bedongan. Sama sekali tak menggubris rasa panik campur penasaran Mingyu. Suka sembarangan emang orang-orang kalo bicara, bisa-bisanya anak cantiknya jadi rebutan gini. Mana udah dibooking buat jadi rakyat Tegal segala. Padahal kan Mingyu cukup bahagia dengan jadi warga Ciputat yang aman dan sejahtera.

"Kemaren waktu Yanda kerja, Miyu kan udah bilang mau jadi anak Nena Tegal aja. Inget nggak, sayang?"

Miyu mengangguk.

"Beneran? Mbakyu bilang mau tinggal sama Nena Tegal?"

Miyu menggeleng.

Aduh, bukan cuma Mingyu yang pusing tapi ternyata Miyu yang jadi rebutan sama pusingnya. Yang pasti wacana mau dibawa ke mana si anak pertama, untuk saat ini Mingyu lebih rela ngelembur bagai kuda mengasuh dua buah hatinya. Karena momen menjadi orang tua yang bisa menyaksikan tumbuh kembang anak hanya sekali seumur hidup. Mingyu tak mau menyesal, sebagaimana tugas suami yang bertanggungjawab mencari nafkah, maka harus siap pula menanggung kewajiban mengurus tugas rumah tangga. Singkat cerita berbagi beban dengan Wonwoo tercinta. Iyalah, bikinnya aja berdua, enaknya juga berdua, masa urusan anak diurus sama istri semua?

"Mbakyu banyak yang sayang ya, Opa juga mau banget kalo Mbakyu milih tinggal sama Opa di Bintaro."

"Di Cirendeu aja dong yang deket sama Ciputat. Kalo kangen entar Bapaknye bisa mampir atau nginep. Daripada di Tegal keburu pantat tepos di jalan."

"Eeeeeeh, nggak ya! Ke Tegal gak nyampe dua hari dua malem. Suka sembarangan emang kalo bicara, belum tau aja di Tegal banyak sodara. Nanti Miyu lebih banyak temen mainnya."

Aduh, Mingyu pusing mendengar perdebatan orang tua yang mendadak ingin jadi pengasuh. Bukan berarti dia gak suka dengan kebaikan mereka, tapi memang tidak ada niatan angkat tangan apalagi sampe menyerahkan Miyu diasuh oleh orang selain dirinya dan Wonwoo. Selama bisa berbagi tugas, setidaknya dua anak masih bisa tangani karena untuk pengalaman apabila Tuhan memberikan rezeki anak ketiga nanti.

"Daripada berantem-beranteman gini, mending tunggu aja anak ketiga kami launching. Minta do'anya ya biar Raden selalu sehat dan kami dipercaya lagi nambah adik buat Mieru sama Miyu. Gapapa ya, biar rame rumah kita sama tawa bayi, terus kalo kalian udah dewasa bisa ada satu yang nemenin Yanda dan Buna deh. Aduh sayangku..., cantik dan gantengnya Ayah. Jadi anak pinter ya kalian semua."

"Aamiin."

Usai mengecup pipi Mieru dan menaruh di box bayi, Mingyu berganti mengecup pipi Miyu yang mendadak terlihat dewasa setelah kelahiran sang adik. Ternyata memang sudah benar-benar cocok anak gadisnya menjadi seorang Kakak. Padahal dulu Mingyu masih ingat betapa rapuh dan mungil Miyu yang juga baru lahir dia dekap di dada.

Mingyu tidak pernah sebahagia ini. Tidak menyangka pula jika jatuh cinta akan begitu mudah dirsakan dalam keluarga kecilnya. Terutama saat bertemu dengan Wonwoo pada kali pertama. Mingyu kira semua hanya iseng belaka hingga hasrat terpendam timbul yang menyetirnya menjadi sosok paling tergila-gila. Ternyata jatuh cinta kedua maupun ketiga kembali dirasakan begitu sosok belahan jiwa memberi keturunan yang sangat kombinasi wajah mereka. Bagaimana bisa Mingyu tidak ingin membalas rasa yang sama dengan menyerahkan masa depan juga nyawa untuk keluarga tercinta?

"Iyu yupaaaa," si gadis cilik tiba-tiba lepas dari pelukan Mingyu dan berlari mendekati Yunho untuk meminta bantuan. Entah apa yang akan dia lakukan, tapi seluruh pasang mata hanya bisa melihat kelucuan Raden cantik itu yang berlari kecil ke ranjang tempat tidur Wonwoo.

"Unaaaaa agi bobo, janan beyicik ya," ucapnya polos pada semua orang di ruangan tapi malah minta bantuan untuk dibawakan kursi. Di mana kini Miyu memanjat dan berdiri seraya tangan memegang sebuket bunga untuk mengecup Wonwoo penuh sayang di pipi. "Iiiii, Una banuuun. Hayoooo Una cancie, Iyu anen binit cama Una. Iyu mau bobo uga dipeyuk Una. Boyeh naik nga?"

Wonwoo mengangguk lemah, mengizinkan sang anak melakukan apa yang dia mau meski Yuli masih ngeri jika Miyu malah menyenggol bekas operasi. Tapi tidak ada keraguan, buktinya Miyu dengan lembut memeluk tubuh sosok malaikat yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

"Mbakyu kangen ya?" suara Wonwoo masih terdengar lirih. "Udah liat Adek beibi belum? Gimana..., Mbakyu happy nggak?"

Miyu mengangguk. "Iyu ceneng Una nga papa. Una janan atit yaaaaa, mamaci Una uda banun dan tiyum Iyu. Iyu cayang Una."

Air mata penuh rasa haru dan syukur membasahi pipi Wonwoo.

Setidaknya beban berupa kekhawatiran mengganggu pelan-pelan lenyap dari hati meong manis itu.

•••

"Akhirnya Mbakyu bobok juga."

"Adek juga udah bobok. Btw maaf ya, Nda, tolong tidurin Mieru di box bayi. Makasih."

"Sama-sama sayang. Aduh, si ganteng pules banget sih boboknya. Ayah jadi gemes."

"Adek kaget kali ya, sekalinya udah di dunia malah jadi sasaran cium Ayah sama Mbakyunya."

Mingyu nyengir bak balita. Iya, bayi di bawah usia lima puluh tahun. "Abis Ananda gak sanggup kalo ada yang gemesin dan harum gitu, mana baby Mieru gembul dan bulet banget. Bahagia Ananda tuh bisa dapat satu lagi keturunan dari Raden. Makasih banyak ya sayangku, Ananda gak tau lagi harus bilang apa. Di sini Ananda merasa gak berguna, nemenin Raden di ruang operasi aja nggak. Jadi suami yang baik aja nggak. Maaf..., ya?"

Pada akhirnya air mata yang sempat ditahan seharian runtuh juga. Di depan keluarga serta kerabat yang datang, sudah kurang apa Mingyu mencoba tegar. Tapi tidak saat mereka hanya berdua. Apalagi ketika Miyu sudah terlelap, sosok pemimpin keluarga yang selalu mencoba secerah mentari ini ciut di hadapan Wonwoo yang juga sama menahan air mata dari kekhawatiran sebelumnya.

"Ananda jangan meminta maaf gitu dong, Ananda gak ada melakukan kesalahan apa-apa. Ini semua karena Raden yang gak bisa jaga diri, andai Raden gak nahan-nahan kalo beberapa hari ini udah ngerasa sakit, mungkin Ananda gak akan sampai kayak tadi pagi. Ananda gak akan sekhawatir tadi. Maafin Raden ya? Maaf belum bisa mempertanggungjawabkan tugas Raden di rumah. Raden masih banyak kurangnya."

"Nggak, sayaaaang. Nggak gitu," Mingyu menangkup pipi Wonwoo. "Ini salah Ananda yang bahkan sampe bikin Raden kepikiran di ruang operasi. Kalo aja Ananda bisa lebih dewasa dan bijak saat menanggapi foto Miyu sama Nabda, tanpa amarah dan egois yang jelas-jelas menjadikan kalian pelampiasan pada akhirnya, Raden gak akan sakit, gak akan segan pula buat bilang ke Ananda. Ini karena Anandanya yang gak becus jadi pemimpin keluarga, Ananda terlalu berlebihan sampe gak sadar jika apa yang dilakuin kemarin malah lebih menyakiti banyak pihak. Tau gak sih Ananda tuh takut..., apalagi pas Raden berjuang sendiri di dalam, takut memilih menyerah dan ninggalin Ananda karena kecewa punya suami yang kayak Ananda. Ananda memang sebodoh itu, Raden..., t-tapi setelah tau bahwa baby Mieru lahir sehat, begitupun Raden yang baik-baik aja, Ananda bersyukur karena Tuhan mengabulkan do'a kita. Jadi, Ananda mau berterima kasih untuk Raden yang sudah hidup hingga detik ini. Makasih untuk bayi lucu yang sangat mirip Ananda dengan mata dan kulitnya mirip Raden. Walau Mieru masih bobok gemes dan wajah masih bisa berubah-ubah, tapi Adek bener-bener representasi kita. Ananda gak tau di kehidupan sebelumnya udah nolongin negara mana dari perang, tapi menikah dan hidup bersama Raden, Ananda selalu bahagia. Sangaaaaaat bahagia."

Wonwoo mengangguk sembari sesenggukan. Hatinya lega namun di satu sisi masih ada sesak ketika mengingat kalimat Dokter Yoona mengenai fakta yang tak ingin diingatnya. Mungkin saat ini Mingyu begitu bersyukur lantaran Wonwoo berhasil memberinya satu keturunan, tapi di kemudian hari..., bisa saja sang suami memilih pergi lantaran Wonwoo tak bisa menjalankan fungsi sebagaimana pihak yang bertugas menjadi Ibu di rumah. Terutama menjadi Ibu yang kembali mengandung dan memberikan adik untuk anak-anaknya.

Rasanya ragu untuk mengutarakan kebenaran, namun seiring berjalan waktu semua pasti akan pelan-pelan ketahuan. Wonwoo tidak mau melukai hati Mingyu, apalagi sampai mengecewakan suami kesayangannya itu. Jadi biarlah sesak di dada bersatu dengan bekas operasi yang masih terasa linu.

"Tapi..., kalo Ananda mau menyerah dengan rumah tangga kita, gak papa kok. Raden terima."

"M-maksudnya apa? Kenapa Raden bilang begitu?"

"Emang betul kan? Terlepas dari kekurangan Ananda yang sama sekali bukan masalah buat Raden. Justru kekurangan Raden yang pasti lama kelamaan akan membuat Ananda kecewa. Raden bukan pasangan yang pantas untuk Ananda."

Tangan besar Mingyu membawa dagu Wonwoo yang menunduk agar menatap matanya. Di mana netra cokelat kelam penuh rasa penasaran dan protesan tengah mencari jawaban. Wonwoo tak mampu menatap lebih lama, lantas memejamkan mata bersamaan air mata yang semakin deras membasahi pipi pucatnya.

"Ananda gak suka ya. Gak suka banget sama kalimat barusan. Raden lupa sejak kita pertama kali pacaran, Ananda bilang apa? Mengenai kekurangan..., betapa Ananda mencintai kekurangan yang nyatanya itu adalah kelebihan Raden. Ananda bilang akan menjadi pelengkap setiap kekurangan yang Raden miliki karena Raden pun melengkapi kekurangan Ananda. Percayalah, gak akan ada yang menyerah dalam rumah tangga ini. Sekarang ada Miyu dan Mieru yang melengkapi kehidupan kita, tolong jangan bilang jika Raden gak pantas. Di dunia ini bahkan cuma Raden seorang yang Ananda puja dan cinta begitu besarnya."

Wonwoo menggeleng, entah kenapa hari ini begitu melankolis dan sangat tidak percaya diri. Padahal sebelumnya dia begitu bangga dengan kelebihan yang bisa mengandung. Artinya Tuhan begitu mencintai Wonwoo sampai mengabulkan impian keluarga kecilnya. Namun kelebihan itu direnggut oleh kalimat Dokter Yoona. Kemungkinan fisik yang tak bisa memberikan keturunan lainnya, membuat Wonwoo menjadi sosok paling tak berharga di dunia.

"Raden gak bisa nepatin mimpi kita, Nda. Raden gak bisa kasih adek baby lagi. Raden gak bisa mengandung keturunan Ananda lagi. Fisik Raden gak mendukung dan nyatanya cuma ini yang bisa Raden korbankan untuk membuktikan cinta pada Ananda. Semua gak sepadan dengan tugas yang dipikul bahu Ananda. Raden payah ya? Raden lemah ya? Raden malu..., Raden kecewa sama diri sendiri, kenapa Raden harus begini, hiks."

"Sayang...," Mingyu tak tega melihat belahan jiwanya sesenggukan hebat. Bukan sedih lantaran mendengar kalimat yang dilontarkan, tapi hancur ketika melihat seberapa remuk hati Raden manis itu menanggung vonis dokter. Selama ini Wonwoo menghadapi semua sendiri. Mengandung, mempertaruhkan nyawa kala melahirkan, termasuk menerima kenyataan jika fisiknya tak mumpuni lagi untuk mengandung buah hati.

"Raden denger semuanya, saat Mamak Yuli, Daddy Yunho, dan Encang Ceye bilang mau nunggu anak ketiga..., Raden udah denger, Nda. Hancur hati Raden karena gak bisa mewujudkan harapan mereka. Raden udah gagal, nyatanya Raden benar-benar gagal."

"Raden Wonwoo Askara Bayu!" ucap Mingyu dengan nada sedikit meninggi. Namun air mata meong kesayangan semakin deras. Seperti banjir bandang, diikuti isak yang semakin sesak dan sebisa mungkin Wonwoo tahan dengan membekap mulut agar tidak membangunkan Miyu dan Mieru. "Raden..., please liat Ananda, sayang..., liat mata Ananda."

"Raden takut, Nda. Takut Ananda ninggalin Raden dan memilih orang lain untuk jadi Ibu dari anak-anak Ananda. Raden gak rela."

Mingyu menggeleng keras, urat di lehernya semakin ketara tanda menahan diri agar tidak kelepasan dalam emosi yang sama.

"Demi Tuhan, Ananda gak akan pernah ninggalin Raden, jadi tolong..., Raden percaya diri lagi ya? Ayok kita bangkit sama-sama. Kita hadapi semuanya berdua."

Tidak ada jawaban dari Wonwoo yang kini dibawa ke dalam pelukan. Mingyu tau, sangat tau akan rasa sakit yang ditahan semestanya itu. Sakit di fisik maupun batin yang diisi berbagai macam pikiran, setidaknya dengan memberi pelukan akan membuat Wonwoo kembali bangkit untuk bertahan.

"Raden sayang, Radennya Ananda...," bisik Mingyu lembut dan dengan sabarnya. "Raden tau apa yang bikin Ananda tergila-gila bahkan sampai kepala, pandangan mata, kalimat Ananda isinya Raden Wonwoo semua? Karena Ananda merasa Tuhan begitu baik udah melahirkan Ananda ke dunia dan bertemu dengan Raden. Kalimat aja gak akan pernah cukup dan mungkin bikin Raden bosan mendengarnya. Karena saking besarnya cinta ini, Ananda gak mampu menjelaskan dalam bentuk yang lebih nyata."

"...."

"Coba bayangkan, memang siapa yang tidak beruntung dicintai malaikat semanis, sesabar, sepenyayang Raden? Siapa yang tidak beruntung menikahi sosok yang rela mengubah tujuan dan kebiasaan hidup dengan tulus seperti Raden? Bahkan yang paling tak tertandingi, yang paling menjadi alasan kenapa Ananda sampe serahkan hidup dan mati karena Raden rela mengandung darah daging Ananda. Bahkan melahirkannya ke dunia, memercayakan Ananda yang belum tau apa-apa mengenai tugas seorang figur Ayah di keluarga. Raden..., liatlah ada gadis kecil semanis Miyu yang fisiknya mirip kita, yang sifatnya pun sangat mirip kita berdua. Lalu sekarang bertambah satu lagi jagoan yang akan menjadi harapan untuk keluarga. Siapa memang yang banyak berkorban? Tentu Raden..., Radenlah yang membawa mereka ke dunia. Pelukan, genggaman tangan, bahkan kasih sayang yang tulus dari Raden untuk membesarkan keturunan Ananda, itu lebih dari cukup. Raden sama sekali nggak gagal. Raden yang terhebat, yang terkuat, Raden yang satu-satunya Ananda mau untuk temani hingga akhir hayat."

"Ananda," cicit Wonwoo ketika lagi-lagi membasahi bahu Mingyu dengan air mata. "Raden sayaaaaaang banget sama Ananda, Miyu, dan Mieru. Kalian adalah rumah Raden, tujuan hidup Raden, napas dan nyawa Raden. Tanpa kalian Raden gak akan bisa kuat. Gak akan bisa berpijak dengan tegak untuk hadapi cobaan. Maafin Raden untuk kalimat yang bikin Ananda marah ya. Demi Tuhan..., Raden gak punya siapa-siapa lagi kalau kalian gak ada."

Mingyu tersenyum seraya menghapus air mata Wonwoo. Astaga, saking emosional obrolan kali ini wajah sang pujaan hati sampai bengkak begini. Terutama mata dan ujung hidung yang memerah, kalimat yang berhasil dilontarkan membuat hati keduanya lega. Tidak sesesak hari sebelumnya. Sekarang tidak ada lagi rahasia, apalagi ketakutan yang semakin bergumul dalam gulana.

"Udah ya? Ananda gak mau lagi denger kalimat berisi insekuritas apapun itu. Kita menikah untuk lalui semuanya berdua. Nggak ada segan, rahasia terpendam, apalagi diam-diaman di antara kita. Karena yang terpenting bagi Ananda, bukan jumlah anak berapa..., tapi mampukah kita menjadi orang tua yang berhasil membesarkan mereka menjadi orang hebat? Perjalanan kita masih panjang, Raden. Jadi..., Ananda mohon bantuannya ya?"

Wonwoo mengangguk dan tersenyum melihat wajah Mingyu yang setelah tenang malah bersimbah air mata. "Kok suamiku malah nangis sih? Raden kesetrum nih..., udahan dong Ananda sayang. Udahan nangis-nangisannya."

"Abis Ananda kaget liat Raden sesedih itu," Mingyu mengucek mata persis bocah dan membuat Wonwoo semakin gemas, lantas membawa pipi gembul itu untuk dikecupnya. "Ananda gak bisa liat Raden kenapa-napa. Gak boleh loh ya nangis-nangis kayak gitu! Liat aja nanti Ananda kasih kebahagiaan yang bikin Raden gumoh!"

"Ditunggu kejutannya," Wonwoo menempelkan keningnya di kening Mingyu. Sedangkan tangan yang digunakan menangkup pipi sesekali mengelus cuping telinga suami gemasnya itu. "Udah ih nangisnya, nanti diketawain Miyu loh. Ananda udah punya dua buntut. Udah siap buat begadang lagi belum?"

"Ananda siap begadang sendiri! Siap ngasuh Mieru demi Raden istirahat yang cukup. Pokoknya andalkan Ananda ya, semuanya..., serahkan pada Ananda."

"Hebatnya, Anandaku. Suami siapa sih kamu? Lucu banget."

"Suaminya Raden Wonwoo dan Yandanya Mbakyu Miyu juga Adek Mieru, hehe."

Padahal hanya terpisah beberapa jam, namun keduanya begitu rindu hingga rasa ciuman yang terpaut kala itu begitu penuh hasrat. Penuh kejujuran dan harapan. Penuh kasih sayang hingga ruang rawat seperti iri lantaran menjadi saksi bisu dua insan yang kembali belajar.

Ya, tentu saja....

Belajar menerima, mengikhlaskan, dan merelakan sesuatu yang sudah Tuhan takdirkan.

•••

Halooooo onti onlen semuwaaaaaa~~~

Ih rindu bingits deh minggu kemaren Nena Kangkung gak sempet apdet apa-apa. Maaf ya, awal bulan Oktober mendadak ada suatu hal yang membuat gak mood dan akhirnya berujung bengong sambil ngumpulin mood buat ngetik 😭

Padahal pengin banget produktif tapi namanya juga Nena-Nena suka baper dan mager. Akhirnya ngaret deh, tapi syukurnya bab ini hadir juga. Yeiiiii gimana nich oti onlen semua, Adek Mieru kira-kira mirip siapa ya kalo dari fotonya? 🤔

Gemes banget aduuuu Nena gak sabar mau kasih keseruan Mbakyu jadi Kakak. Tentunya dengan segala kealayan Pak Ananda yang akhirnya minta maaf secara proper juga sama Raden. Sedih bingits Nena tuh ngetik bab ini, baby ketiga belum ada hilal. Kudu menunggu keajaiban dulu 😭

Tapi it's okay thats love ya Raden, dikasih 3 Ananda pasti rame kok home sweet home di Ciputat Raya. Aw, gemes banget pokoknya.

Btw ini gatau kabar buruk atau kabar baik. Pokoknya gatau kenapa kemaren pas saya rehat seminggu itu kan ngedraft Celah Peron sama SPASI ya, dua work on-going yang statusnya sekarang On Hold. Adakah mentemen yang baca dua lapak itu? Intinya karena ide udah tercurah untuk "mereka" saya jadi seret ide buat Querencia. Nangis banget huhu 😭🤯

Jadi, maukah kiranya oti onlen kesayangan yang manis-manis ini bantu Nena dengan nyumbangin plot? Hm, singkat cerita rikues mau dibuatin adegan apa gituuu. Bebas kok mau Miyu dan Mieru, Mingyu dan Wonwoo, atau karakter di luar itu. Mau adegan fluff, cringe, konflik juga silakan. Karena percayalah, kemaren setelah mencari inspirasi saya mau buat konflik buat Raden tapi kok gak tega, akhirnya dituntasin di bab ini aja.

Maka dengan sangat senang hati Nena Kangkung akan menerima apapun bentuk rikues mentemen. Syukur-syukur bisa buat nabung ide buat 4/5 bab ke depan. Karena lapak ini masih lama loh menuju tamat selama gak di update setiap hari 😭

Buat yang menanti dua lapak lain, tenang ya..., Kangkung akan segera menyicil. Kangen banget pengin ngetik di luar kehidupan menikah karena ternyata sulit untuk jomblowati seperti Nena Kangkung yes hwhw

Dah ah segitu aja cuap-cuapnya. Tadi kan saya tanya update kapan, banyak yang rikues siang tapi akhirnya di tengah-tengah aja..., sore menuju malam alias jam setengah 6 petang waktu Indonesia bagian bercinta 😂

Selamat membaca ya oti semua!

Nena mau bilang, makasih untuk kalian yang hari ini udah berjuang. Entah itu kerja dengan sistem WFH/WFO, kuliah/sekolah daring, atau sibuk dengan kegiatan lainnya. Semoga update-an kali ini bisa menghibur yaw!

Sehat selalu dan jangan lupa minum vitamin! 😘

Luv,

Tiger Kung 🐯

^ Hayooo yang kangen, ditunggu bingits komennya - Pak Ananda yang udah punya anak dua 😥

Continue Reading

You'll Also Like

226K 33.8K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
431K 34.6K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh๐Ÿ’ซ"
59.8K 6.1K 19
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG
483K 36.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.