Yes Boss !
.
.
.
.
.
3 Jam sudah Jeno menyekap Jaehyun dan Jaemin, Jaehyun dengan tubuh yang babak belur, tulang pipi yang lebam, hidung dan ujung bibir yang mengeluarkan darah, serta pergelangan tangannya terkilir hampir patah akibat ia berusaha melepaskan cekalan kuat dua pria berbadan besar tersebut, segala usahanya ia melawan saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dengan bejatnya Jeno memperkosa Jaemin, sedangkan Jaemin dengan keadaan yang setengah sadar hampir pingsan meringkuh dibawah selimut yang membungkus tubuh polosnya.
Jeno tersenyum puas sembari merapikan celananya,
"ku katakan sekali lagi---
Jeno mencekal rahang Jaemin sehingga menghadap ke wajahnya.
---jika kali ini kau menolak ku lagi, kau akan melihat sesuatu yang lebih buruk--
--menikahlah dengan ku Na Jaemin"
Jaemin hanya diam, sungguh ia hanya bisa menatap penuh amarah dengan mata sembabnya, ia tidak punya tenaga lagi bahkan untuk menjawab pernyataan si iblis didepannya.
"Kau tidak menjawab hm ?. Berhentilah menatapku seperti itu sayang, kau membangkitkan gairah ku lagi. Dalam hitungan ketiga kau masih diam, ku anggap itu jawaban TIDAK---
satu
Dua
Masih belum mau menjawab ?
Tiga ! ---baiklah... cukup jelas, lagi lagi kau menolak ku, selamat datang di permainan sesungguhnya sayang"
Chup
Jeno mengecup bibir Jaemin, Jaemin hanya bisa menangis, seraya Jeno dan kedua bodyguardnya pergi.
Jaehyun terkulai tak berdaya saat mereka melepaskan Jaehyun, ia menatap kekasihnya yang terbaring menatap langit langit kamar dengan tatapan kosong
"N-na...." panggilnya parau saat ia berhasil merangkak naik ke ranjangnya
"Nana..."
Jaehyun merengkuh tubuh kekasihnya
"Ma-mmaafkan aku na... aku tidak bisa menyelamatkan kamu, maafkan aku na"
"K-kak ? Kakak tidak perlu minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf---
Jaemin menjeda kalimatnya
---Maaf, hubungan kita harus berakhir disini" ucap Jaemin yang masih menatap langit langit kamar, ia tidak kuat menatap wajah kekasihnya.
"Jangan na... aku sangat menyayangimu, kita akan menikah"
"Lupakan pernikahan itu, aku tidak pantas untuk kakak, aku hanya sampah menjijikan, kakak harus tinggalkan aku" kini Jaemin mulai menoleh ke arah Jaehyun.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan lari dan meninggalkanmu sendirian"
"Cukup kak, jangan buat aku lebih merasa bersalah, kakak pun melihat keadaan ku, ini urusan ku dengan Tuan Lee, aku yang akan menghadapinya"
Tanpa membiarkan Jaehyun menjawab, Jaemin berusaha bangkit dengan sisa tenaganya, ia berjalan gontai menuju kamar mandi dengan selimut yang membungkus tubuhnya, dan membawa pakaiannya
Jaemin menatap kaca kamar mandi dengan tatapan menjijikan kearah refleksi dirinya di cermin. Bercak merah keunguan menghiasi tubuh mulusnya, bibirnya yang bengkak dan sedikit berdarah juga sangat perih ketika terkena air.
Jaemin membersihkan dirinya, mencoba kuat meski air mata masih mengalir deras saat masih terbayang memori 3 jam lalu yang sangat mengerikan.
Cukup lama Jaemin membersihkan dirinya, dan keluar dengan keadaan lebih baik (secara penampilan, tapi tidak dengan mentalnya) ia melihat Jaehyun yang menatapnya sendu, luka luka itu terlihat jelas ditubuh keka- maaf- mantan kekasihnya.
Ia mengambil air hangat dan obat untuk mengobati Jaehyun terakhir kali.
Perlahan ia mengompres lebam diwajah Jaehyun, memberi salep pada luka dibibirnya.
Saat mengusap tangan Jaehyun, gerakannya terhenti dan tersenyum miris melihat cincin pertunangannya yang sama dengan yang ia kenakan.
"Kenapa kita jadi seperti ini ? Melihat cincin yang indah ini sangat menyakitkan untuk ku, sedikit lagi kita bahagia, tapi semua hancur seketika" ucap Jaemin yang masih menatap cincin Jaehyun
"Kita akan berjuang bersama na, izinkan aku berjuang bersama mu, aku mencintaimu, sangat" ucap Jaehyun menatap mata indah milik Jaemin
"Jangan buat aku semakin sakit, saat dia menyakitimu, jangan buat aku lebih merasa bersalah, aku sudah hancur, aku tidak mau lebih hancur lagi melihat kakak menangis, kakak berhak bahagia walaupun tanpa aku"
"Dan apa kau pikir, aku akan bahagia dengan membiarkan mu menangis sendirian ? Apa rasa cintamu padaku tidak lebih besar dari apapun yang kau rasakan ? Hm ?"
"Maaf kak-- aku harus pulang, ayah sudah menungguku, dan tolong jangan kejar aku, aku mohon"
Jaemin pergi dengan sedikit berlari, meski masih menahan sakit. Ia menghentikan taxi dan pulang kerumahnya
Sementara Jaehyun, ia sama hancurnya seperti Jaemin, ia tidak menyangka impian indahnya untuk hidup bersama Jaemin harus kandas dengan begitu mengerikan, ia tidak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga Tuhan menghukumnya dengan kejam.
Jeno adalah iblis yang menyebabkan semuanya, ia masih bisa tertawa bahkan saat ia melihat kehancuran orang lain didepan matanya.
Jaehyun mengambil kunci mobilnya dan berjalan tergesa gesa, ia sudah tidak memikirkan sakit disekujur tubuhnya, yang ia pikirkan hanya bagaimana Jeno akan tewas ditangannya.
__________________________________
Brakkkk
Jaehyun menggebrak pintu kantor Jeno saat ia berhasil melewati satpam, dan kebetulan seluruh bodyguard Jeno sedang tidak ada.
"LEE JENO !!!!"
Jeno berdiri dari kursinya, memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya, dengan berlari Jaehyun mengepal tangannya kuat dan....
Bughhh
Satu pukulan telak menghantam wajah Jeno, mengakibatkannya mimisan, Jeno hanya menyeringai saat Jaehyun mencengkram kemejanya
"Kenapa kau menganggu kami ??? KENAPA KAU MENYAKITI JAEMIN !!!!!"
"Aku menginginkannya, jika kau menyerahkan dia padaku, semua tidak akan seperti ini, aku juga tidak mau membuang waktu ku berurusan dengan sampah sepertimu"
"BAJINGAN KAU !!!"
pukulan membabi buta tidak terelakan, Jaehyun menghajar Jeno kepuas dan sebrutal yang ia mampu tanpa balasan dari Jeno sama sekali.
"Kau berhak mendapatkannya Jeno, ia berhak memukulmu, kau telah menghancurkan dua hati yang saling mencintai, sakitnya tidak sebanding dengan apa yang mereka rasakan" -jerit hati kecil Jeno yang sayangnya hal itu tidak didengar oleh Jeno yang telah tertutup ego dan ambisi
"Hei heiiii hentikan !!!"
Aksi Jaehyun terhenti saat sebuah suara dan sang empunya menahannya,
"Jeno, are you okay ?"
"Hm.. thanks for coming, Mark"
Mark, masih mencekal Jaehyun, mencegahnya melakukan hal brutal itu lagi, sementara Jeno berusaha bangkit dengan berpegangan meja kerjanya.
"Oh Mark, dia Jung Jaehyun, dan Jaehyun-ssi, dia Mark Lee. Kau sudah tau tentangnya bukan ?" Jeno merapikan jasnya kembali dan menyeka darah di hidungnya
"Aku akan membuat perhitungan dengan mu lagi sialan !" Jaehyun menunjuk tepat kearah Jeno sebelum pergi.
Hening
"Oke Jeno, apa yang terjadi ?"
Ucap Mark bersedikap
"Ck ! Bukan apa apa"
"Seseorang tidak akan memukulmu jika kau tidak berbuat apa apa. Katakan. Hal gila apa yang kau lakukan demi mendapat pujaan hatimu"
"Itu urusan ku, Mark, kau memang kakak ku, tapi bukan berarti kau ikut campur dalam urusan ku. Sudah lah... kau pulang saja, Haechan menelepon ku tadi, karena handphone mu tidak aktif"
Mark mendengus kesal, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan agar adiknya tidak semakin nekat, tetap Jeno tetaplah Jeno, ia orang yang tidak mudah untuk dipengaruhi. Mark bahkan belum mengetahui siapa Jaemin, seperti apa rupanya sehingga membuat Jeno gila karenanya.
TBC....