My Zone is You [END]

By YunitaChearrish

6.8K 1.6K 2.1K

Please vote if you enjoy 🌟 Genre : School, Teenfiction, Romance, Sad (60%), Comedy (40%) (Naskah full revisi... More

Prolog
1). Comfort Zone
2). Dejavu
3). Accident and Blame
4). Both Fate and Destiny
5). Hope
6). Negligence
7). Why Should You?
8). Charity Bazaar
9). Tarot Reader
10). Nathan Anindira
11). This Familiar Feeling
12). It's the Time
14). His Smile
15). Day Minus 2
16). The Essence Part
17). Stand or Ignore?
18). One-sided Love
19). Memory and Recovery
20). Comeback
21). D-Day
22). Clarissa and Alvian
23). Bunny and Its Admire
24). Friendzone
25). Celebrating
26). My Zone is You
27). Celestial Hotel
28). Naura and Her Old Friend
29). Coincidence or Fate?
30). Tight or Loose?
31). Confessions
Epilog

13). Nathan, Nevan, and Tamara

163 49 67
By YunitaChearrish

Tamara yang bingung atas perkataan Naura tadi, harus dibuat semakin bingung ketika mendengar pernyataan dari Rio selanjutnya. Sebenarnya, selama ini dia tidak pernah tahu alasan sebenarnya mengapa pria itu bersikap baik padanya hingga berujung menganggapnya sebagai bagian dari keluarga Harvey.

Tamara mengira kalau kebaikan yang diterimanya semata-mata sebagai wujud apresiasi Rio atas kelebihannya sebagai murid di sekolah, atau lebih tepatnya dia menjadi murid kesayangan karena prestasinya. Ibarat kata, Rio itu seperti seorang manajer muda yang tertarik untuk merekrut salah seorang trainee yang mempunyai multitalenta di usia belia, yang bisa melihat adanya titik terang untuk bisa mengangkat namanya menjadi terkenal suatu saat nanti.

Juga, orang tua Tamara mendukung segala bentuk apresiasi Rio pada anak semata wayangnya. Ya, begitulah akhirnya yang terjadi sehingga Tamara tidak memikirkan alasan lain.

Oleh sebab itu, dia merasa batinnya mencelus setelah mendengar pernyataan Rio.

"Sebelumnya, saya mau memastikan sekali lagi ke Tamara," kata Naura dengan tatapan tajamnya ke arah cewek itu. "Kamu yakin bisa menerima ini semua? Kamu tentu sudah mulai sadar kalo kamu pernah mengalami kecelakaan tiga tahun lalu, tapi saya cemas informasi yang akan kamu denger hari ini akan memberikan dampak terlalu besar ke kamu mengingat memori yang kamu lupakan itu disebabkan karena trauma."

Tamara pernah mendengar kasus ini. Trauma karena kecelakaan bisa bermacam-macam, salah satunya adalah menyebabkan hilangnya memori tertentu yang disebut sebagai amnesia jenis disosiatif. Tidak seperti amnesia umum yang terjadi karena cedera pada otak atau pernah menjalani operasi pada bagian kepala, amnesia jenis ini terjadi akibat peristiwa traumatis yang mengakibatkan stres yang luar biasa hingga mengalami gangguan mental.

Inilah sebabnya mengapa Tamara tidak mengingat apa pun setelah kecelakaan, padahal memorinya tersimpan jauh di bawah alam sadarnya.

"Kita percaya saja sama Tamara," jawab Rio, alih-alih Tamara sendiri. Pria itu mengubah posisi tubuhnya lebih nyaman di sofa dengan menegakkan punggungnya. "Seperti yang pernah saya bilang ke kamu sebelumnya, Naura. Sama seperti fobia, trauma hanya bisa disembuhkan oleh penderitanya sendiri."

"Tapi, Pak--"

"Percaya saja sama Tamara. Saya yakin dia yang paling ingin tahu di antara kita semua di sini. Kalo nggak, nggak mungkin kan dia mau ikut teman-temannya?"

Naura bungkam, ekspresi keraguannya masih saja menjejaki wajahnya. Meskipun demikian, pada akhirnya wanita itu berbicara lagi setelah mengembuskan napas yang super panjang. Dalam hal ini, Tamara merasa begitu menghargai keputusan Rio karena begitu mempercayainya.

Walau bagaimanapun, meski berat, Tamara jelas harus tahu kebenarannya. Apalagi, ucapan Nevan di kelas tentang dia menyia-nyiakan pengorbanan Nathan sudah mengganggu pikirannya sedari tadi.

Setidaknya, Tamara harus menggali sendiri memori di bawah alam sadarnya supaya dia bisa mengingat jasa Nathan padanya.

"Nevan punya kembaran. Namanya Nathan Anindira," ungkap Naura yang memulai memorinya tiga tahun silam. "Sejak kecil, Nathan udah punya penyakit jantung bawaan sehingga dia tidak bisa beraktivitas layaknya anak normal seusianya, berbanding terbalik sama Nevan. Mereka kembar identik, tapi sifat dan pembawaan mereka benar-benar bertolak belakang. Jika Nevan ceria dan selalu bersemangat, Nathan adalah anak yang selalu murung dan jarang berbicara. Jika Nevan pintar dan aktif di sekolah, Nathan adalah anak yang kurang dalam nilai akademiknya dan paling pasif karena masalah kesehatannya. Oleh sebab itu, dia selalu berada di dalam rumah. Batas kebebasannya hanya sampai di ambang pintu. Jika Nevan mempunyai banyak teman dan selalu sibuk main di luar bersama teman, Nathan selalu kesepian dan mengurung diri di rumah. Jadi, diam-diam dia berteman sama kamu dan menemui kamu setiap mendapatkan kesempatan."

Tatapan Naura mengunci kedua mata milik Tamara, sehingga cewek itu bisa melihat adanya kesedihan dan luka di sana. Sedangkan Nevan, dia lebih memilih untuk membuang tatapannya ke luar jendela seakan tidak peduli, meski rahangnya mengeras.

"Yang saya tau, dia berteman baik sama kamu karena untuk pertama kalinya saya merasakan perubahan pada Nathan yang awalnya murung menjadi ceria dan bersemangat, yang membuatnya mirip seperti Nevan. Mungkin kalo dia nggak sakit dan wajahnya nggak pucat, saya nggak bisa bedain yang mana Nathan sama Nevan. Lalu, tidak lama kemudian, kecelakaan itu terjadi...."

"Itu kelalaian saya karena nggak menjaga Vio dengan baik yang saat itu masih terlalu muda, sama seperti kamu dan Nathan." Rio menimpali ketika sadar kalau suara Naura mulai tersendat-sendat. Juga, sekarang adalah bagiannya menceritakan tentang kecelakaan itu. "Mobil yang Vio kemudikan tidak sengaja menabrak kalian berdua. Akhirnya, kamu satu-satunya yang bisa diselamatkan karena Nathan yang melindungi kamu dengan tubuhnya sendiri."

Tamara tidak sadar sejak kapan air matanya menetes. Yang dia sadari adalah, rasa sakit dalam ulu hatinya kambuh kembali meski sudah tidak dibarengi dengan rasa pusing seperti tadi.

"Saya tahu, apa pun yang saya lakukan, tidak akan bisa mengembalikan Nathan Anindira. Itulah sebabnya, saya berharap dengan memberikan kasih sayang sama kamu, dan dukungan moril serta dukungan material pada keluarga Anindira, bisa membuat perasaan saya lebih baik. Perasaan bersalah itu akan tetap ada sampai akhir hayat hidup, tetapi saya tetap akan menebusnya semampu dan semaksimal saya."

Vio terhenyak dengan perkataan papanya dan dia merasa seperti tertampar. Seharusnya dia tidak boleh merasa iri dengan kebaikan papanya pada Tamara. Mengapa dia begitu bodoh? Dia yang bersalah dan hanya terselamatkan oleh fakta karena dia berada di bawah umur.

Harris memperhatikan ekspresi Tamara dan berharap di dalam hatinya semoga cewek itu tidak sampai pingsan seperti waktu tiga tahun lalu di rumah sakit. Meski sebenarnya dia menginginkan Tamara mengubur memorinya sampai selamanya, cowok itu mau tidak mau mengakui kebenaran yang dikatakan Rio.

Karena di antara semua orang yang berada di ruangan ini, Tamara pastilah yang paling ingin tahu kebenarannya.

Untung saja doa Harris terkabul. Tamara memang tidak sampai pingsan, tetapi dia menangis hebat lagi, membuat cowok itu segera memeluknya, mengabaikan ekspresi muram Nevan yang kentara tepat ketika ekor matanya menangkap basah pelukan mereka.

"Aku minta maaf sama Kak Naura dan lo--Nevan," ucap Tamara bersungguh-sungguh setelah mulai bisa mengendalikan dirinya, meski suaranya terdengar begitu memilukan dan tersendat-sendat. "Aku malah lupain memori penting itu. Akhirnya gue tau alasannya kenapa lo selalu benci sama gue. Gue bener-bener minta maaf sama kalian."

Naura beranjak, lantas membungkukkan tubuhnya melewati meja kaca di tengah-tengah mereka hanya untuk menghapus jejak air mata di wajah Tamara. "Ssshhh. Kamu jangan nangis lagi, ya. Nggak ada yang salahin kamu. Itu udah jadi takdir yang nggak bisa dicegah oleh siapapun. Kamu liat sendiri kan tadi saya pukul kepalanya Nevan? Itu artinya saya hukum dia karena terlalu cepat beritahu kamu kebenarannya. Meskipun demikian, karena semuanya udah terjadi, kita sama-sama saling mengobati, ya?"

Tamara mengangguk, meski air matanya masih tidak rela untuk berhenti menetes. Cewek itu hendak menolehkan kepalanya pada Rio untuk mengucapkan terima kasih padanya juga, tetapi tepat pada saat itu ekor matanya menangkap sepasang netra Nevan yang tengah memandanginya.

Jika Tamara boleh mendeskripsikannya, tatapan mata Nevan yang sekarang sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya sepasang mata itu sarat akan kebencian, kini matanya menunjukkan kalau dia sedang terluka, dan mau tidak mau Tamara merasa terdorong untuk memberikannya dukungan moril seperti yang sempat Harris lakukan padanya, yaitu pelukan.

Tamara tulus bersimpati pada Nevan, karena meski cowok itu tidak mengalami gangguan mental, dia juga pasti mengalami penderitaan yang efeknya sebelas dua belas dengannya.

Seperti nasihat Naura padanya untuk saling mengobati, apakah dia juga boleh mengobati luka Nevan?

Tamara masih belum mempunyai keberanian untuk melakukan keinginan itu, sehingga dia memilih untuk mengulurkan tangan kanannya ke arah Nevan, melewati tubuh Vio yang duduk di antara mereka.

"Gue minta maaf, ya?" ucap Tamara dengan sepenuh hati, meski Naura telah mengatakan bahwa dia tidak bersalah.

Nevan sempat ragu, tetapi akhirnya dia membalas uluran tangan Tamara. "Hmm gue keliru sama lo. Jadi... maafin gue juga, ya."

Harris tampak tidak senang meski seharusnya itu hanyalah sebuah fakta yang tidak berefek. Mau Nevan memaafkan Tamara atau tidak, yang jelas dia tidak akan memberikan kesempatan pada cewek itu untuk menaruh perasaan pada seorang Nevan Anindira. Bukankah sudah jelas kalau perasaan Tamara selama ini bukan rasa suka yang sesungguhnya? Eksistensi Nevan hanya mengingatkan Tamara pada Nathan Anindira saja.

Nevan dan Nathan jelas adalah dua pribadi yang berbeda, meski mereka terlahir identik.

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

68.2K 8.9K 22
[The Jakarta Series 2.0] JAKA Memasuki tahun ajaran baru, periodeku menjabat sebagai Ketua OSIS juga akan habis. Itu artinya, tugasku dengan Artha su...
2.6M 149K 40
[ isi konten telah dihapus kecuali prolog dan chapter 1-3 ]. Seperti teh, yang membuat tubuh rileks dalam memulai hari, ia tetap tampil anggun me...
51.7K 10K 25
Kalau jin pengabul permintaan itu benar-benar ada, Kikan cuma punya satu keinginan, yakni jadi cewek mungil yang lucu nan imut. Tapi sayang, lampu aj...
930K 48.9K 15
A story by Almira Bastari Gala dan Bara putus setelah berpacaran selama tiga belas tahun. Di tengah - tengah kebijakan lalu lintas ibukota, ganjil ge...