ANGELACE

By Callowish

6.2K 1.3K 556

Hanya kisah kehidupan Ajun yang merupakan anak dari hubungan seorang AnDevil dengan manusia. Dia lahir tanpa... More

1 Malam Bersalju
2 Bayang Hitam
3 Aroma Memikat
4 Mata Merah
5 Sang Penjaga
6 Ikatan Memori
7 Pilihan Jalan
8 Untuk Dikenang
9 Angel Face
Pain 1
Pain 2
Pain 3

0 Kelahiran

1.2K 187 63
By Callowish

Yiren mengelus perutnya yang kian membesar. Memerhatikan suasana dari balik kaca jendela sementara tv masih menyala. Hendery mendekat. Pria itu mengambil kursi untuk Yiren duduk."Kau tidak boleh terlalu lelah," katanya.


Yiren tersenyum. "Aku baru saja membayangkan seperti apa Dejun nantinya."

Hidung Yiren berdarah. Hendery segera mengelapnya dengan tisu. Gadis itu terlalu memaksakan diri. Sudah beberapa hari dirinya tidak tidur dan hanya memandang ke arah jendela.


"Kelahirannya sebentar lagi," ucap Yiren kembali mengelus perutnya. Hendery hanya terdiam. Tidak merespon sementara tubuh Yiren kian melemah.


"Aku membelikanmu beberapa vitamin. Minumlah nanti."


Hendery hendak berbalik pergi, namun Yiren memanggilnya. Wajahnya sayu. Menatap Hendery amat dalam. Senyum tipis itu masih ada.

"Dirimu tidak seburuk yang kukira."


Hendery tidak mengerti maksud Yiren berkata demikian. Tapi yang pasti itu merupakan pujian. "Terima kasih," balas Hendery singkat. Mengulas senyum sama dan kembali membuat pipi Yiren bersemburat merah hanya karena melihatnya.


"Aku akan membantu persalinanmu saat semua benar-benar sudah siap."







-TheShortStoryAfterAnDevil-






Sekali lagi Hendery harus membangun mansion yang baru. Entah mengapa ia jadi sering berpindah-pindah tempat. Kelahiran Ajun bukan suatu hal biasa dan keberadaannya banyak dicium makhluk diluar sana.

Hendery menyembunyikan mansionnya dari luar. Membuatnya tidak terlihat atau tidak bisa ditemukan oleh makhluk lain. Dia membawa Ajun kecil masuk ke dalam. Mereka berdua seorang diri tanpa siapapun. Ajun masih tertidur pulas. Dengan hati-hati Hendery meletakkannya di ranjang lalu mulai berpikir apa yang harus ia lakukan agar bayinya tumbuh dengan cepat.


"Yiren sudah tidak ada dan aku tidak mungkin menyusuinya."


Hendery memasang pose berpikir. Malam pun tiba. Hendery meninggalkan mansion sebentar untuk mencari susu yang bisa Ajun minum. Matanya menemukan sesuatu. Binatang dengan corak hitam putih di sebuah ladang.


'Itu dia! Tentu Ajun butuh susu segar.' segera Hendery menghampiri sapi itu lalu mengusap puncak kepalanya. Membius sang sapi agar tidak mengeluarkan suara sementara dia jadi leluasa memeras susu sapi tersebut.


Sapi-sapi yang lain hanya melihat. Tidak berani mendekat. Hendery memasang mata merahnya lalu menatap penuh intimidasi. Mengangkat jari telunjuk di bibir, "Ssstt.." katanya yang membuat para sapi terdiam ketakutan.

Selesai, Hendery pun menuju Mansion kembali. Tidak disangka, Ajun masih keenakan tidur sejak pagi. Benar-benar tidak bangun ataupun berteriak lapar.

"Ajun, Daddy bawa susu untukmu. Ayo bangun." Hendery menoel pipi Ajun, tapi tetap sang bayi tidak membuka matanya.

Kehabisan akal dan mulai panik karena takut bayinya kenapa-kenapa, Hendery mengeluarkan api dari tangannya lalu di dekatkan pada kepala Ajun.

Merasa panas, Ajun terbangun. Dia sesenggukan dan menangis kencang. "Syukurlah, kau masih hidup." segera Hendery menggendongnya lalu menyendoki susu yang baru saja ia dapat.

Ajun tetap menangis tidak mau menelan susu. Hendery kebingungan. Ia beralih menuju jendela kamarnya yang besar. Membuka jendela tersebut lalu menatap langit. "Ajun, lihatlah. Mommy bakal marah kalau Ajun gak makan. Dan Daddy juga bisa diomeli kalau Ajun masih nangis. Ajun mau Daddy dimarahi Mommy?" Hendery menunjuk bintang. Tentu Ajun kecil masih belum paham apa yang ia katakan.

"Mommy bisa lihat Ajun dari atas sana, jadi jangan nangis ya.. nanti Mommy jadi ikutan nangis."

Sungguh tidak terduga tangisan Ajun berhenti seketika. Apa bayi tersebut mulai memahami perkataan Hendery? Entahlah.

Hendery pun lebih mudah memberi Ajun makan sementara malam masih sangat panjang. Setelah Ajun tertidur kembali, Hendery mencoba membuka internet. Melihat beberapa hal yang bisa ia jadikan inspirasi merawat Ajun kecil nantinya.


'How to be a good Daddy?'


Hendery mulai belajar dari sana







◽◽◽






"Da..Daa" Ajun kecil mulai merangkak mendekati Hendery. Sekuat tenaga tubuh mungilnya terangkat lalu mencoba berjalan perlahan.


Hendery tersenyum semringah. Ia mengulurkan tangan untuk Ajun pegang. Perbedaan ukuran tangan mereka mengakibatkan hanya jemari yang bisa Ajun genggam. "Da..Daa..ddy."

Tidak tahan, Hendery segera menggendong Ajun lalu diangkatnya ke udara. Membuat putranya itu tertawa kegirangan.

"Ajun mandi sama Daddy yuk."

"Mwan..ndi.."

Hendery melepas pakaian Ajun dan pakaiannya sendiri. Menggendong Ajun menuju bathub yang telah terisi air. Memangku si kecil sembari memberi mainan bebek dan dinosaurus agar si kecil tenang ketika Hendery tengah menggosok badannya di belakang.

"Bjebjebjebje.." Ajun menepuk-nepuk air. Memuncratkannya sampai pada Hendery dan mengenai matanya. "Ajun, hentikan. Daddy sedang menggosok badanmu."

"Bjebjebjebje.."Ajun tidak memedulikan. Dia tetap melakukan hal sama bersama mainannya. Membuat Hendery hampir kehilangan kesabaran.

Hendery mengangkat tubuh Ajun. Menghadapkan tubuh si kecil ke arahnya. Dipangkunya Ajun di perutnya. "Sekarang giliran Daddy ya?"

Ajun menatapnya bingung. Ia memegang hal aneh dibawahnya yang merupakan perut si Hendery. "Ajun mau gosok badan Daddy?"

Ajun tertawa girang. "Daa.. daaa.."
Hendery mengulas senyum. Ajun begitu menggemaskan. "Cium Daddy."

Tentu Ajun akan melakukannya. Ia membuang mainannya ke segala arah. Merangkak di perut abs Daddynya lalu mendekat dan mencium pipi sang Daddy amat sayang.

"Dddaa.."

Hendery semakin senang. Ia membalas ciuman Ajun. Mengecup si kecil gemas.

"Daddy sayang Ajun. Apa Ajun sayang Daddy juga?"

"Thaayang...Ddaa.."

"Seberapa besar?"

Ajun mengangkat tangannya membentuk lingkaran lebar. "Bwethaal."

Hendery terkekeh pelan. Membiarkan Ajun bermain diatas tubuhnya. Memandangi setiap inchi garis sempurna yang Ajun miliki. Tidak ada perbedaan. Semuanya sama. Bahkan bulu mata yang lentik itu juga sama. Hanya saja perasaan Hendery pada mereka yang berbeda.


Ajun hanya sementara. Dia hanya alat. Dan Hendery merawatnya agar tubuhnya bisa Dejun gunakan. Tidak asa alasan khusus selain itu. Meski ia harus menunggu, setidaknya demi Dejun bisa hidup, ia akan lakukan apapun.



Hendery mengangkat tubuh Ajun. Membalutnya dengan handuk dan keluar dari bathub. Hendery mungkin tidak punya keahlian merawat bayi, tapi ia bisa belajar. Ya, menjadi single parent memang tidak mudah.







◽◽◽







Ajun semakin tumbuh. Kini sudah banyak kosakata yang keluar dari mulutnya. Namun tidak bisa dipungkiri jika Ajun lebih hiperaktif daripada Dejun dulu.

Ah.. lagi-lagi Hendery teringat.


"Daddy.." Ajun memanggilnya. Berlari kecil menghampiri Hendery yang terduduk di sofa.

"Awas jatuh sayang," kata Hendery.

Sampai pada sang Daddy, Hendery mengangkat tubuhnya lalu dipangkunya sang Ajun kecil yang tengah membawa selembar kertas.

"Ajun gambal Daddy. Daddy lihat.." ditunjukkannya gambar Ajun pada Hendery. Masih berupa coretan. Bagaimanapun umur Ajun masih tiga tahun. Ini merupakan perkembangan yang bagus. Putranya yang satu ini tumbuh sangat cepat.

"Daddy tampan, Ajun thuka Daddy."

Hendery tertawa. "Kalau Mommy dengar, Mommy pasti sedih Ajun lebih suka Daddy."

"Eh eh.. Ajun thuka Mommy juga."

Sekali lagi Hendery tertawa. Mencium pipi Ajun gemas. Tapi untuk beberapa detik mata Hendery menangkap suatu hal aneh. Warna merah sekelebat tampak pada kedua mata putranya. Hendery terdiam. Itu hanya dalam beberapa saat sebelum kembali ke normal. Hendery pikir ia mungkin salah lihat jadi dia tidak seberapa memedulikan.

"Ajun sayang Daddy?"

"Thayangg.. Ajun thayang Daddy!"


"Seberapa besar?"

Tangan Ajun diangkat keatas. Membentuk lingkaran lebar. "Thangat bethall.." jawabnya.

Hendery tidak mengerti mengapa ia sangat sering mengajukan pertanyaan demikian. Pasti Ajun bosan menjawab. Tapi Hendery masih ingin mendengarnya. Hati Hendery teramat bimbang akan pilihan besar jika nanti Ajun akan ia korbankan.


"Daddy.."

Yang dipanggil menoleh. Ajun menatap dengan matanya yang indah. Putra kecilnya itu memegang pipi Hendery, memasang raut bingung.


"Daddy kenapa? Daddy nangith.."


Entah sejak kapan air mata itu keluar dan membasahi pipi Hendery. Bahkan dirinya tidak tahu mengapa makhluk berdosa seperti nya harus menangis hanya karena memikirkan Ajun, putra kecilnya.





Are u ready for this?

Akan dilanjutkan jika banyak peminat eheh👀

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 1.2K 15
[END] Pernah, nggak, lo merasa jatuh ke dalam cerita saat membaca sebuah novel? Pasti semua orang pernah. Contohnya Yoshi, sangat mendalami isi ceri...
1.3M 142K 23
[SELESAI] "I claimed you Mine." βš οΈπŸ”žβš οΈ Huang Renjun, mahasiswa sederhana yang juga pekerja partime sebagai seorang penyanyi di sebuah cafe, terpaksa...
98.9K 10.8K 50
Kehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.
65.1K 4.7K 21
Kim Jong In, atau biasa dipanggil Kai. Namja manis yang jatuh cinta kepada kakak tingkatnya, Oh Sehun. Seorang lelaki dingin dan arogan. "Sekuat ten...