Asmaraloka | Hyunjae

Von Matcha-Shin

2.4K 471 19

"Heh! Ngapain gue jadi pacar lo, nyir." Stella ini kaget setengah mampus pas ditembak sama most-wanted Fakult... Mehr

01 •
02 •
03 •
04 •
05 •
06 .
07 •
09 •
10 •
11 •
12 •
13 •
14 •
15 •

08 •

154 35 0
Von Matcha-Shin

BRAK!!

Punggung yang masih ada bekas memar tersebut kembali merasakan sakit dan ngilu dalam satu waktu. Astaga, Stella tidak habis pikir dengan para penggemar kekasih pemaksanya itu yang lebih ganas daripada serigala berbulu domba.

Muka mereka jelek banget kalau lagi bully dia, makanya Stella gak heran kalau muka-muka caper ke Hyunjae ini lebih busuk daripada wajah mulus mereka. Konyol banget sumpah mereka cuman bully dia gara-gara seorang Lee Jaehyun alias Hyunjae doang? Harga diri mereka ada dimana sih?

Dengan segala kepasrahan yang ada, ketiga orang yang melakukan kekerasan padanya menghentikan aksinya begitu mendengar suara langkah kaki seseorang mendekati gudang dan meninggalkan sosok yang terkapar lemah di lantai kotor tersebut sendirian.

"Gue heran, mereka kuliah ngejar ilmu apa ngejar cowok sih? Angas bener," gumam Stella sambil mencoba berdiri sekuat mungkin.

Orang yang ternyata terdengar mendekat tersebut rupanya sosok Younghoon yang mencari keberadaannya guna mengganti buku yang waktu itu dibuat rusak oleh Younghoon sendiri. Sebelum Younghoon tiba, Stella berpura-pura keluar dari toilet atau dia akan kena masalah kalau sudah ditanya macam-macam oleh sepupunya itu.

Sesuai rencana, dia keluar dari toilet dan tepat berpapasan dengan pria jakung tersebut di depan toilet wanita.

"Akhirnya ketemu juga ini kurcaci," lega Younghoon setelah mencari ke seluruh tempat. "Lo kemana aja sih dodol? Nih, gue mau ganti buku yang waktu itu. Sama lo dicariin Hyunjae tau."

"Makasih." Stella menerima buku tersebut dan menatap kembali Younghoon setelah memasukan bukunya ke totebagnya. "Hah? Ngapain gue dicari itu anak? Gue ada kelas lagi jam 3. Ini gue mau ke perpustakaan cari bahan materi."

"La, lo ngehindarin dia mulu tiga hari ini. Dia kek orang gila yang cariin lo."

"Bukan urusan gue, Hoon. Gue gak mau dideket dia, gak mau. Jangan paksa gue." Wajah gadis itu benar-benar sedang kesal.

Younghoon mengerti dan akhirnya tidak berani memaksanya. "Oke, oke. Ya udah, lo mau makan apa? Kemarin gue baru dapet bayaran buat jadi model majalah."

"Pengin boba sama es krim."

"Oke. Gue beliin ya. Lo tunggu di perpustakaan, gue bakal chat nanti kalau udah nyampe depan perpus."

Stella mengangguk dan Younghoon pergi meninggalkannya sembari mengacak gemas rambut gadis tersebut. Biasanya Stella akan kesal jika rambutnya dibuat berantakan oleh lelaki tersebut, tetapi dia sedang lemah untuk marah-marah dan hanya diam sambil menunjukan raut seolah-olah sedang kesal.

Dengan perginya Younghoon, tersisa Stella yang ada di sana. Dia segera pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan penghilang bebannya sekaligus bahan materi agar dia semakin pintar.

Di jalanan menuju ke perpustakaan, entah perasaannya saja atau memang orang-orang sedang menatapnya dengan penuh ejekan dan tertawa terbahak-bahak. Dia bingung sekali karena tidak tau apa yang menjadi bahan lelucon dari dirinya. Padahal dari atas sampai bawah penampilannya sangat rapi dan tidak seperti gembel jalanan.

Tiba di perpustakaan pun dia melihat orang-orang masih menahan tawanya. Jelas sekali ini membuatnya jadi tidak fokus pada tujuan utama.

Mereka kenapa sih? Kena virus tertawa? Batinnya sembari menatap sekeliling. Dia langsung menuju deretan berisikan buku untuk fakultas hukum dimana buku-buku tebal tersebut berjejer dengan rapi di rak tersebut.

Satu tangannya mengambil buku dan dia menuju ke bangku pojok yang sedikit sepi, tidak seperti biasanya. Padahal di tempat biasa ada Sangyeon yang masih setia dengan satu buku novel dan buku bahasa Rusia. Mood buruk, hari yang buruk, dan orang-orang begitu buruk padanya.

"Hai," suara seseorang yang tanpa permisi lewat oleh telinganya terdengar begitu familiar.

Lantas Stella menoleh dan melihat Sangyeon yang tersenyum manis sambil berdiri di belakangnya dan dua tangan yang membawa dua buku kesukaannya.

"Sendirian?" Dia bertanya lalu duduk di samping gadis itu.

Tentu saja itu membuat Stella sedikit gugup mengingat dia itu sangat suka dengan lelaki tersebut. Mampus, kalau sama gebetan beneran suka bingung mau bilang apa. Rasanya jadi mati kutu. "I-iya, Kak. Aku sendirian. Kayak biasa." Jawaban tersebut meluncur dari bibir tipis tersebut.

"Bentar— saya mau ambil sesuatu dari belakang kamu," ucap Sangyeon tiba-tiba dan tanpa menunggu Stella berkata dia mencabut kertas yang ada di baju bagian belakang gadis tersebut. "Nah, udah."

Mata Stella membulat ketika membaca dua buah kalimat yang tertera di sana. Aku Orang GILA, Tolong KETAWAIN AKU DONG. Kurang ajar. Pantas saja dia ditertawakan sepanjang jalan, ternyata ada yang iseng nempelin beginian toh. Tapi kok, kenapa dosen juga gak negur dia tentang ini?

"Sekarang gak usah sedih, gak akan ada lagi yang ketawain kamu." Sangyeon membelai lembut rambutnya dan membuat Stella merasakan degub jantungnya sedang berpacu cepat.

DEMI TUHAN, SOFT BANGET SIH SEORANG LEE SANGYEON. STELLA JADI MAU NANGIS LIHATNYA.

Tiba-tiba saja Sangyeon menepuk punggungnya. "Udah, di sini gak ada lagi yang nempel. Semua udah bersih dan sekarang kamu jalan biasa aja ya," katanya sebagai bentuk semangat.

Iya sih, Stella jadi percaya diri. TAPI PUNGGUNGNYA SAKIT YA GUSTI. Itu luka lebam dan habis pukulan tadi masih terasa sampai ke dalam-dalamnya. Dan dia gak bisa teriak karena ini di perpustakaan, bisa-bisa dia di usir sama penjaga.

"Pasti, Kak. Aku cuman aneh aja tadi banyak yang ketawa padahal aku lagi gak ngelawak."

"Lain kali tanya sama yang ketawain kamu, biar kamu gak bingung lagi." Saran Sangyeon. "Buat yang kemarin, ponsel yang kamu beli udah dikasih ke orangnya? Ah, maksud saya ke adek kamu."

Stella mengangguk. "Udah, kok. Adik aku seneng banget pas tau aku beliin hp buat dia dan akhirnya dia gak perlu lagi sedih kalau hpnya lagi eror." Tidak ada rasa iri di wajah Stella ketika membelikan sang adik, Devan sebuah ponsel.

"Adik kamu pasti bangga punya kakak yang sayang sama dia, apalagi kakaknya cantik banget."

Ini Sangyeon lagi muji Stella?

"Kakak lagi muji apa ngeledek sih?" Tukas Stella mencoba agar tidak terlihat blushing karena dibilang cantik.

"Serius ini, kamu cantik kok," tekan Sangyeon. "Saya udah lama suka sama kamu karena kamu sering ke sini, cuman saya kalah start aja sama pacar kamu sekarang." Kali ini nadanya terdengar sedikit kecewa.

Stella terkejut, senang sekaligus sedih dalam satu waktu. Terkejut karena perkataan Sangyeon, senang karena rasa sukanya tak bertepuk sebelah tangan, dan sedih karena dia memang sedang berpacaran dengan Hyunjae --si model kampus super menyebalkan.

Alarm kecil dari ponsel Sangyeon tiba-tiba bersuara dan sekarang lelaki itu terburu-buru akan pergi.

"Maaf ya, saya ada urusan sama dosen pembimbing skripsiku jadi harus pergi. Kalau mau chat bisa ad Line saya yang ada di Instagram. Dah Stella," pamitnya lalu melangkah cepat ke luar perpustakaan.

Kebetulan sekali, sekarang karena sendirian jadi Stella layaknya orang penuh kasihan karena tak ada teman yang menemaninya.

30 menit kemudian Younghoon baru mengirimkan pesan dan menyuruhnya keluar sari perpustakaan untuk menjemput pesanannya. Lagipula Stella juga sudah selesai membaca dan dia pun bergegas keluar demi makanannya. Sepertinya Younghoon pergi ke tempat yang agak jauh makanya baru sampai.

"Lama amat," cibir Stella.

"Ngantrinya lama, bego. Untung gue beliin yang mahal khusus buat lo doang," kata Younghoon lalu menyerahkan plastik berisikan milk boba with ice cream tersebut ke sepunya tersebut.

"Ya udah, makasih deh. Sepupu gue yang ganteng ini baik banget," kata Stella tersenyum dibuat-buat manis di depan—tapi ada ketulusan juga di sana.

"Btw, ini bentar lagi UTS. Nah, lo mau balik ke runah kapan nih? Habis UTS katanya ada libur 4 hari karena mau ada seminar gitu di gedung utama. Semua dosen jadi tamu undangan dan sebagian mahasiswa ikut seminarnya," info Younghoon.

"Gue gak balik kayaknya," kata Stella datar dalam berucap. "Gak ada duit, Hoon. Lo kalau mau kasih tumpangan gratis sih gue mau aja. Kevin semalem bilang kalau dia gak jadi main ke rumah, mau ke Kanada gara-gara grandpanya sakit dan harus jenguk setelah UTS. Jadi dia cuman nitip salam buat Devan."

"Oke, lo balik bareng gue. Gak jadi deh gue ke Surabaya. Gue juga pengin main game sama adik lo yang kalah malah dapet duit," ujarnya yang hanya diangguki oleh Stella.

"By the way, di belakang lo ada Hyunjae. Orangnya lagi jalan ke arah sini," tambah Younghoon membuat gadis tersebut menoleh cepat ke arah belakang.

Tampak wajah dingin yang ditunjukannya di depan orang-orang itu juga sedang menebarkan pesonanya. Dan dia hanya menatap lurus ke arah Stella tanpa melirik ke gadis lain yang sedang meminta perhatian atau istilahnya caper.

Stella hanya menghela napas dan meminum bobanya dengan tidak nikmat. Pengin kabur tapi dia masih lemes banget buat lari—tubuhnya masih sakit.

"Oi, Hoon. Gue cari tadi di tempat biasa malah gak ada, taunya di sini sama cewek gue." Tidak ada kata santai dalam nada bicara seorang Lee Jaehyun ini, dan ada api cemburu yang jelas terlihat dari sorot matanya itu. "Lain kali balas pesan, Bro."

"Sorry, gue kan lagi naik motor jadi belum sempat bales chat lo, Je," balas Younghoon.

"Oh gitu.."

"Hoon, gue mau ke gedung dulu. Bye."

Stella hanya pamit dan melirik sekilas ke Hyunjae dan berjalan seperti orang kabur. Dia memilih menghilang dengan menelusuri gedung-gedung kecil di fakultas lain yang memotong jalan.

Padahal, tak lama setelah itu dia bersembunyi di suatu tempat yang cukup sepi. Dia duduk di sana dan memijat punggungnya yang nyeri. Kancing di lengan kemejanya ia buka pula, menampakan bagaimana birunya dan masih ada bekas darah di sana karena saat dibully tadi ada yang mencakar kulitnya sampai berdarah seperti ini.

Kepalanya jadi pusing, dan tetesan kecil darah jatuh ke punggung tangannya yang berada di pangkuan. Lalu ia merasakan hidungnya terasa hangat oleh darah tersebut membuatnya menjadi panik dalam sekejap.

Lalu, ia teringat perkataan dokter saat memeriksa keadaannya di hari terakhir ia dirawat saat sebelum Younghoon datang untuk menjenguknya.

"Saya cemas karena kamu bilang sering mimisan tetapi tidak terlalu mengurus hal itu. Ini antara kamu terlalu banyak bekerja hingga kelelahan atau.. terkena leukemia. Kita bisa melakukan cek sekali lagi untuk memastikan keadaannya dan jika benar bisa dilakukan penanganan yang tepat."

Begitulah perkataan dokter yang menanganinyaz tetapi Stella menolak untuk dilakukan cek darah di lab dan memilih untuk memastikan bahwa itu hanya faktoe kelelahan saja.

"Gue gak boleh sakit, gak boleh! Mama sama Papa udah biayain banyak buat kuliah aku dan pengobatan Devan, gak mungkin aku ikutan sakit. Uang darimana buat pengobatannya."

Kalau memang Tuhan ingin dia mati, dia bisa saja rela. Sayangnya, gadis tersebut masih memikirkan cara untuk membuat Devan sembuh dan bahagia. Lalu membuat Devan sekolah seperti anak-anak lainnya serta bisa mencapai cita-citanya. Stella masih harus terus bekerja keras untuk mengumpulkan uang demi Devan.

Iya, demi Devan.

-TBC-

Bentar, rada gak nyambung di sini tapi aku males rombak 😭 nanti di part selanjutnya bakal jelas lagi alurnya kok. Chapter depan balik lagi sama keributan Hyunjae sama Stella :)

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

74.8K 6.8K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
303K 9K 30
[Geminifourth area ✔️🔞] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...
62.9K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.