My Cold Prince 2 || (T A M A...

By hananayajy_

2.8M 253K 123K

✒DILARANG MENJIPLAK!! ✨BAGIAN 2 'MY COLD PRINCE' (Sebelum membaca ini, baca dulu MY BOY IS COLD PRINCE & MY C... More

P R O L O G
1. Kerinduan yang terdalam
2. Rasa Bersalah.
3. Waktu
4. Reinkarnasi?
5. All The Moments
6. Ingin bahagia
7. Keinginan Arkan
8. Seperti Arkan
9. London & Lombok (Read Note)
10. London & Lombok 2
PENTING!
11. - What your dream? || Read Note!
12. - Pertanda
13. - Kemungkinan || QnA?
14. - Pembunuh?
15. - Tentang Luka
16. - Kebenaran
17. - Find You
18. - Find You 2
19. - All of my life [READ NOTE]
20. - Wake Up
21. - Bubur
H I M B A U A N
22. - Jangan sakit lagi
23. - About Arkan & Ben || READ NOTE
24. - Blood and Tears (READ NOTE)
OPEN PO NOVEL MBCP
24. - Maaf
25. - Maaf ... ( READ NOTE )
26. - Surat Terakhir Ken
27. - Keputusan
28. - Thames River
29. - Don't go away
30. - Akhir Cerita Kita
30. - Rencana Maura
31. - Akhir cerita kita
32. - Menghilangnya Maura
33. - Menyerah (READ NOTE)
34. - Titik permasalahan
35. - Pertemuan dari sebuah rencana
36. - Marry me
37. - Trauma lain
38. - Papa untuk Angel
39 B. - Sebuah foto
40. - Perpisahan (ENDING)
E N D I N G
E P I L O G

39. - Menjijikan

37.6K 4.8K 1.8K
By hananayajy_

NOTE : Mohon maaf apabila terdapat typo.

Happy Reading

☃☃☃

.
.

"Aku menjijikan bukan?"

Maura Carissa W.

☃☃☃

Matahari mulai naik dari permukaannya dan pengunjung pun perlahan mulai meninggalkan taman. Termasuk Arkan dan Maura yang saat ini tengah berjalan pulang dengan Angel yang sudah terlelap di gendongan Arkan, nampaknya gadis kecil itu sudah kelelahan bermain di taman.

Setelah acara menangisnya akibat terjatuh dari ayunan tadi, gadis itu kembali ceria, berkat Arkan tentunya. Dan Maura yang baru saja tiba pun dibuat terkejut dengan panggilan Angel padanya, Maura sempat protes ke Arkan karena cowok itu memutuskan suatu hal tanpa merundingkannya terlebih dahulu dengannya.

Tapi melihat Angel yang kembali ceria seakan gadis kecil itu kembali mendapatkan orang tuanya, Maura merasa lega. Sangat tak tega melihat Angel menangis kencang seperti tadi sembari memanggil orang tuanya yang tentu saja sudah tiada.

Pintarnya, Angel sudah mengerti kepergian kedua orang tuanya saat dijelaskan Ben waktu itu, meskipun masih terbilang sangat kecil untuk Angel tahu mengenai kematian orang tuanya.

Namun tetap saja, setiap anak kecil jika sudah menangis pasti memanggil orang tuanya. Seperti tadi.

"Kamu gak keberatan?" tanya Arkan.

"Hmm ... sedikit sih, aku masih terlalu muda buat dipanggil Mama"

Arkan terkekeh pelan. "Gapapa, itung-itung latihan"

Maura menghela napasnya seraya menatap Arkan berbeda. "Akhir-akhir ini kamu sering banget ungkit hal itu"

"Kenapa?"

Maura hanya menggeleng pelan dan setelahnya gadis itu terdiam seperti memikirkan sesuatu, disampingnya Arkan menangkap perubahan raut wajah Maura. Dan itu membuat Arkan merasa bersalah dengan ucapannya barusan karena sudah membuat gadis itu tak nyaman.

"Maaf buat kamu gak nyaman"

Maura mendongak seraya tersenyum tipis. "Nggak kok, aku tau kamu lagi berusaha yakinin aku. Aku percaya kok sama ucapan kamu, tapi ..." Maura menggantungkan ucapannya dengan kepala yang tertunduk. Sementara Arkan tetap diam menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

Maura kembali mendongak menatap Arkan sendu. "Tapi aku yang gak percaya sama diriku sendiri" lanjut Maura dalam hati.

"Tapi apa?" tanya Arkan mulai tak sabaran.

Maura menunjukkan cengiran lebarnya. "Tapi aku mau fokus kuliah dulu, hehe" lanjutnya berbohong.

Arkan terdiam menatap Maura penuh arti, ia tahu gadis itu sedang menutupi kebohongannya. Arkan hafal segala bentuk sifat Maura, dan ia tidak bodoh tidak menyadarinya.

Satu tangan Maura terangkat mengusap kepala Angel saat ada pergerakan dari gadis kecil itu.

"Semoga Angel tumbuh jadi anak yang baik dan penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan dari orang-orang di sekitarnya" ucap Maura dengan raut sendunya dan itu sekali lagi tertangkap jelas oleh Arkan.

"Jangan kayak kakak ya, Angel" batin Maura menahan keras untuk tidak menangis karena merasakan ngilu dihatinya ketika mengucapkan itu meskipun dalam hati. Kembali lagi dengan bayangan-bayangan masa lalunya yang benar-benar menyedihkan dan penuh luka. Entah apa yang takdir inginkan dari hidupnya, begini saja Maura sudah ingin menyerah.

Maura terlalu malu untuk mengatakan hal yang sejujurnya pada Arkan dan ia juga tidak bisa pergi atau kehilangan cowok itu lagi. Ia berada di posisi yang sulit.

Jadi ia harus bagaimana?

"Arkan!"

Sebuah panggilan terdengar dari arah lain, sontak membuat keduanya pun menoleh ke asal suara. Terlihat Belva tengah berjalan menghampiri mereka dengan senyuman merekah di wajahnya sembari melambaikan tangannya ke arah mereka, mungkin lebih tepatnya Arkan karena tatapan Belva hanya menyorot Arkan.

Maura menatap Arkan yang sudah memasang raut dinginnya, berbeda dari sebelumnya yang nampak hangat selama perbincangan mereka.

"Hai, Ar. Long time no see, aku kangen banget sama kamu. Kenapa kesini gak bilang-bilang?" ujar Belva mengabaikan Maura.

"Belva? Lo di Jakarta juga?" tanya Maura berusaha menyapa Belva. Ada kerinduan yang terbesit dihatinya ketika melihat Belva, Maura merindukan mereka yang sering jalan-jalan bersama, mengobrol bersama bahkan dengan kejahilan dan kepedulian Belva padanya.

"Arkan, kamu ada waktu gak? Kita jalan yuk!" ajak Belva yang mengabaikan Maura, bahkan mungkin tidak menganggap keberadaan Maura.

Arkan membuang muka lalu merangkul bahu Maura mengajak Maura pergi.

"Arkan, aku nanya kamu loh, masa gak dijawab?" ujar Belva menahan lengan Arkan.

"Waktu gue buat Maura, puas?" ketus Arkan. "Jauhin tangan lo!" lanjutnya lagi dengan penuh penekanan seraya menatap Belva tajam. Belva pun menjauhkan tangannya, namun bukan Belva namanya jika dirinya menyerah begitu saja sebelum mendapatkan keinginannya.

"Bukannya kamu udah dibuang sama cewek cacat itu?" ujar Belva membuat Arkan sontak menghentikan langkahnya dan menatap Belva dingin menusuk.

"Bilang apa lo barusan?" tanya Arkan, cowok itu tidak suka saat Belva menyebut Maura cewek cacat. Gadis ini, harus Arkan apakan lagi agar dia menjauh dan berhenti mengganggu Maura. Terlebih menyakiti perasaan Maura, Arkan sangat tidak suka.

"Kamu udah dibuang sama cewek cacat itu, buat apa kamu rendahin diri kamu buat cewek cacat gak berguna kayak dia?"

Arkan memejamkan matanya menekan emosinya yang mulai memuncak, ia pun menghampiri Belva. Belva yang melihat wajah Arkan yang memerah juga tatapan membunuhnya karena tersulut emosi pun bergerak mundur menghindarinya namun tangan kanan Arkan sudah lebih dulu menarik kerah kemeja biru yang dikenakannya.

"Jangan pernah bicara hal buruk tentang Maura dengan mulut kotor lo!"

Belva menggeleng. "A-aku bicara fakta, Ar. Kenyataannya cewek yang kamu bangga-banggain itu cacat! Dia gak pantes buat kamu, Arkan, aku yang pantes buat kamu-"

"Lo lebih gak layak buat gue!" Arkan melepaskan cengkramannya kasar hingga Belva terhentak mundur ke belakang.

Belva melirik Maura yang juga tengah menatapnya dengan wajah yang memucat. Belva memasang smirknya merasa gadis itu mungkin ketakutan jika ia membeberkan semuanya pada Arkan.

Belva pun menatap Arkan. "Kayaknya kamu belum tau apa yang dia sembunyiin dari kamu" ucap Belva kemudian beralih ke arah Maura. "Maura sayang, haruskah gue yang bilang ke Arkan tentang seberapa menjijikkannya lo?"

Sementara Maura hanya bisa menggeleng meminta Belva untuk tidak mengungkapkannya tanpa suara, ketakutannya membuat Maura tidak bisa mengeluarkan suaranya untuk mencegah Belva.

"Kamu tau? Selama ini Maura nyembunyiin kecacatannya dia" lanjut Belva seraya mendekati Arkan.

"Tubuh Maura itu ca-akh sakit!" ucapan Belva terpotong dan berubah jadi teriakan kesakitan akibat Angel yang menarik rambutnya kencang, entah sejak kapan gadis kecil itu terbangun dari tidurnya, baik Arkan maupun Maura pun dibuat kaget dengan tindakan Angel yang tiba-tiba itu.

"HEH BOCAH SIALAN! LEPASIN! SAKIT BODOH!!"

"Makanya jangan ganggu tidul Angel, Angel gak suka tidul Angel diganggu apalagi gangguin Mama Papa Angel" seru Angel yang masih di gendongan Arkan.

"LEPAS GAK?!! SAKIT SIALAN! AKH!!"

Maura menghampiri mereka, membantu Belva meminta Angel untuk melepaskan jambakannya, tetapi Angel tak mau mendengarkan. Sedangkan Arkan hanya diam menyaksikan aksi Angel dan bagaimana Belva kesakitan di hadapannya.

"Arkan bantuin dong, jangan diem aja!"

"Biarin aja" kata Arkan santai.

"Kamu gak malu apa diliatin orang gini?" kesal Maura karena mereka menjadi tontonan beberapa warga sekitar yang melihatnya.

"Angel lepas ya, kasian kak Belva"

"Gak mau! Angel gak suka sama kakak jelek! Kakak jelek jahat udah ngatain Mama dan bikin Mama sedih! Kata papa Angel, ngatain olang itu pelbuatan jahat"

"Lepas Sayang, Mama gapapa kok, kasian kak Belvanya" pinta Maura lagi masih berusaha menjauhkan tangan Angel dari rambut Belva yang terus menjerit kesakitan. "Arkan tolongin dong!"

"Angel, udah" Dan detik itu juga Angel pun melepaskannya, setelah Arkan memintanya. Maura menatap Arkan syok karena Angel langsung menuruti perkataan Arkan.

Arkan mengecup pipi Angel. "Good job!"

"Akhh ,,, kepala gue sakit!" rintih Belva yang sudah sempoyongan sembari memegang kepalanya. Sementara Angel tertawa terbahak-bahak melihat rambut Belva sudah acak-acakan tak karuan seperti orang gila.

"Sukulin, makanya jangan jahat sama Mama Maula"

"Papa ganteng, Mama cantik, ayo pulang!" ajak Angel yang sudah kembali melingkarkan tangannya di leher Arkan. Arkan mengangguk dan menggenggam tangan Maura pergi meninggalkan Belva begitu saja, mengabaikan teriakan gadis itu yang terus memanggil Arkan.

"BOCAH SIALAN!!!" teriak Belva emosi saat melihat Angel menjulurkan lidah ke arahnya.

☃☃☃

Saat ini Calista tengah bersama Clara, Kinar dan Jessica. Setelah cerita Maura kemarin soal kecacatan tubuhnya akibat siksaan Samuel, Calista langsung menelfon Clara untuk bertemu dan tak lupa mengajak Kinara dan Jessica karena mereka adalah saksi kejahatan Samuel. Mereka juga turut menyaksikan bagaimana siksaan yang Maura dapatkan dari Samuel, terlebih Kinara yang sangat tahu bagaimana luka-luka yang di tubuh Maura, karena gadis itu juga memilikiya meskipun tidak separah yang Maura miliki.

Dan setelah Calista menjelaskannya pada Clara, wanita paruh baya itu tentu saja syok. Tak menyangka jika Maura menjalani kehidupan yang amat menyakitkan. Clara juga tidak mengetahui tentang ini karena gadis itu selalu terlihat gembira.

Dan selama ini gadis itu menyimpan penderitaannya dari orang-orang di sekelilingnya.

Clara tersadar dari lamunannya saat Calista menggenggam tangannya.

"Tante, Tata harap tante tetap terima Maura, seperti sebelumnya saat Tante bilang ke Tata kalo Tante udah anggap Maura seperti anak sendiri"

Clara tersenyum lalu mengangguk. "Pasti, Nak. Tante udah sangat sayang sama Maura, jadi apapun keadaannya Tante akan selalu terima Maura. Begitu juga dengan Arkan"

"Maura masih terlalu takut untuk ngutarain hal yang sebenarnya ke Arkan meskipun aku udah bujuk dia"

Jessica menghela napas. "Saya menyesal, seandainya saya menghentikan mas Sam setiap kali dia menyiksa Maura"

"Kinar juga nyesel gak bisa bantu apapun buat kak Rara ..."

"Udah, kejadian itu udah berlalu, yang penting sekarang kita harus bantu Maura"

Clara tersenyum, merasa bangga dengan pacar anaknya itu. Clara merasa beruntung karena anak-anaknya memiliki pasangan yang berhati baik, seperti Maura dan Calista. Betapa beruntungnya Arkan dan Reyhan memiliki mereka dan Clara harap mereka tetap terus bersama-sama karena Clara tidak ingin kehilangan satupun dari mereka.

☃☃☃

Arkan masuk ke dalam kamar membawakan nampan berisikan makanan sekaligus mengecek apa Maura sudah selesai mandi atau belum karena sebelum Arkan masuk, ia sudah mengetuk pintu beberapa kali namun Maura tak kunjung membukanya.

Dan sepertinya benar, gadis itu masih melakukan ritualnya, jelas sekali suara gemericik air di dalam sana. Arkan merasa aneh karena sudah satu jam lebih Maura berada di dalam sana, apa semua perempuan mandi selama itu? Pikir Arkan.

Arkan meletakkan nampannya di atas meja samping ranjang lalu mendudukkan dirinya di pinggiran kasur, mengeluarkan ponselnya memilih memainkan benda pipih itu sembari menunggu Maura selesai mandi.

Empat puluh menit berlalu, namun Maura belum juga keluar. Arkan menatap pintu kamar mandi dengan kerutan dalam di keningnya, merasa ada yang aneh dan perasaannya mendadak tak enak.

Cowok itu menyimpan ponselnya lalu bangkit menghampiri pintu kamar mandi, mengetuknya beberapa kali dan memanggil Maura. Tak ada sahutan terdengar dari gadis itu, Arkan pun kembali melakukannya lagi dan menempelkan telinganya pada daun pintu.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Arkan merasa khawatir ketika ia menangkap suara isakan kecil Maura dari dalam sana.

Arkan mengetuk pintunya kembali, kali ini ketukannya lebih keras. "Ra!"

Tak ada sahutan apapun, membuat kepanikan Arkan semakin meningkat.

"Jangan buat aku khawatir, Ra" ujar Arkan masih tetap mengetuk pintu sesekali menekan knop tak sabaran, berusaha membuka pintu tersebut.

"Maura!" sentak Arkan. Ketukannya kali ini berubah, cowok itu menggedor kencang pintu kamar mandi sembari memanggil Maura. Tetapi hanya isakan kecil yang terdengar dan detik elanjutnya suara itu pun menghilang bersamaan dengan suara tumpahan air. Dan itu membuat pikiran negatif Arkan semakin menjadi-jadi.

"MAURA!" teriak Arkan menggedor pintu semakin kencang. "Sial!"

Arkan pun mundur beberapa langkah kemudian mengayunkan satu kakinya menendang pintu tersebut mencoba berusaha mendobraknya. Hingga pada dobrakan ke empat pintu itu berhasil terbuka.

"RA!" Betapa terkejutnya Arkan melihat Maura yang menenggelamkan dirinya di bath up.

Arkan dengan cepat menghampiri bath up dan menarik Maura hingga gadis itu terbatuk-batuk.

"KAMU UDAH GILA HAH?!" teriak Arkan dengan emosi yang memuncak melihat Maura yang hampir mati. Sedangkan Maura hanya bisa terisak sembari menundukkan kepalanya dengan tubuh yang bergetar hebat karena traumanya yang kembali kambuh.

Arkan meraih handuk yang menggantung didekatnya menutupi tubuh Maura yang hanya terbungkus dua helai dalamannya saja kemudian bergeser memposisikan dirinya untuk menutupi tubuh Maura dari pandangan Reyhan dan Ben yang baru saja datang setelah mendengar keributan.

"Ar-"

"KELUAR!" bentak Arkan mengusir mereka dari sana.

"Gue telfon Mom buat pulang" ujar Reyhan, cowok itu pun menepuk bahu Ben mengajaknya keluar.

Setelah dirasa mereka pergi, Arkan pun mengangkat tubuh Maura dari bath up dan keluar dari sana. Cowok itu meletakkan tubuh Maura di atas kasur kemudian menarik selimut tebal dan melilitkannya di tubuh gadis itu. Tangannya gemetar, bukan karena Arkan memiliki trauma seperti Maura, tetapi karena nyaris saja gadis itu kehilangan nyawanya.

Hampir saja Arkan kehilangan Maura.

Arkan benar-benar takut kehilangan gadis itu.

Maura menahan lengan Arkan. "Kamu udah liat 'kan?"

"Aku gak liat apapun"

Maura terdiam sejenak. Gadis itu menegakkan badannya dan bergerak hendak membuka kembali selimut tebal yang menutupi tubuhnya, namun Arkan menahannya.

"Kamu mau apa?"

"Kamu harus liat, Ar ..."

"Jangan bodoh, Ra!"

Air mata Maura menetes. "Kamu mau tau apa yang mau Belva bilang ke kamu 'kan?"

"Ra!" Arkan kembali menahan tangan Maura saat gadis itu berniat membuka selimutnya. "Cukup!"

Maura pun terisak. "Aku cacat, Ar ... aku cacat!! Dan apa yang dibilang Belva itu bener! Aku gak pantes buat kamu ...!!" sentak Maura frustasi. "Hiks ... aku yakin kamu udah liat semuanya ..."

"Ra-"

"Kamu boleh buang aku kalo kamu ngerasa jijik, Ar ... ini alasan kenapa aku nolak kamu ..." Maura mengusap air matanya kasar. "Kamu gak pantes dapet istri cacat kayak aku ... aku gak pantes dimilikin siapapun ..."

"Aku cacat, Ar ..."

Arkan menarik Maura ke dalam pelukannya. Matanya sudah memerah menahan tangis melihat Maura yang nampak frustasi dengan hal ini. Arkan juga merasa bodoh karena baru menyadari hal ini, padahal gadis itu sudah memberitahu jika gadis itu memiliki trauma yang berhubungan dengan masa lalunya. Itu berarti masa lalunya juga berkaitan dengan Samuel, bagaimana hebatnya siksaan Samuel pada Maura yang menyebabkan gadis itu trauma.

"Aku menjijikkan bukan?" ujar Maura yang berusaha melepaskan diri dari pelukan Arkan, namun cowok itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Nggak sedikipun aku ngerasa jijik, Ra"

"Aku cacat, Ar ... cacat ... hiks!! Kamu gak mau ubah pemikiran kamu huh?!"

"No. I still love you"

"Cuma cowok bodoh yang nerima kecacatan pasangannya" lirih Maura.

Arkan berdeham. "Dan itu aku" Arkan menguraikan pelukannya lalu menangkup wajah Maura seraya menghapus air mata gadis itu dengan dua ibu jarinya. "Gak peduli seberapa banyak kecacatan kamu, Ra, cuma hati kamu yang aku liat" lanjutnya.

"Tapi bener yang Belva bilang, kamu lebih pantes sama dia"

Arkan mengeleng. "Cuma aku dan Tuhan yang berhak menentukan siapa yang pantas buat aku, Ra. Aku gak mandang kamu dari fisik atau materi sekalipun, hati kamu yang buat aku jatuh cinta" ujarnya yang membuat tangisan Maura meledak.

Arkan kembali memeluk Maura. "Kebaikan dan ketulusan itu yang terpenting, bukan fisik ataupun materi. Bagi aku kamu udah sempurna, Ra. Jadi jangan pernah memandang rendah diri kamu sendiri, kamu ngerti?" Maura mengangguk.

Arkan mengecup kening Maura lembut. "Jangan pernah lagi terhasut omongan orang lain"

☃☃☃

Back egen~ Mohon maaf klo Hana updatenya tengah malem karena akhir" ini gak sempet ngetik karena kesibukan. Semoga kalian gak bosen nunggu update-an cerita ini yg lumayan slow update yaa🤗

Btw siapa nih yg nunggup MCP2 up?

Oh iya, kalian udah beli novel MBCP? Kalo belum silahkan di beli yaa karena cerita pertama dari cerita ini gak kalah seru, dan tentunya berbeda dari ver. wattpad sebelumnya💜💜💜

Follow :

Wattpad/Instagram/Youtube

hananayajy_

Like dan subscribe buat Yt Hana ya🤗💜

Siapa yg nunggu video di part ini?
Tenang, Part 39 gak cuma ini aja kok😌Masih ada part 39B-nya yang lebih uwow😃

Terima kasih sudah mampir, baca, like, comment, dan share cerita ini😘💜

Sehat" terus yaa A.M lovers
❤Love you❤
💜💜💜💜💜💜💜

Trailer cut :

Continue Reading

You'll Also Like

264K 8.7K 51
[FOLLOW AUTHOR,SEBELUM MEMBACA SEBAGAI BENTUK SUPORT KALIAN UNTUK PENULIS DAN CERITA INI] (BELUM REVISI) "Aku sayang kamu tanpa alasan,mencintai kamu...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
206K 11.6K 50
"Berbahagialah... Aku harap, kita tidak pernah bertemu lagi." • • • Dia datang kembali sebagai obat, memang menyembuhkan. Tetapi, aku lupa, bahwa...
1M 4.9K 6
Sequel Alzio & Azalea Menceritakan tentang perjalanan cinta yang belum usai Alzio Aezar Elver dan Azalea Belva Bellamy. Alzio Aezar Elver merupakan...