Bungou To Alchemist -Drabble-

By SkylaRodericka

14.8K 2K 1.2K

Sebuah kumpulan cerita singkat tentang sastrawan Jepang yang dibangkitkan kembali. Entah kebahagiaan atau jus... More

文アル高校生の日常?
自殺
自覚
愛します
笑う
グッド・バイ
学校?
学校?(2)
白 - 学校?Extra
大変
大変 (2)
大変(3)
大変(4)
煙草 - Day 1
煙草 - Day 2
煙草 - Day 3
煙草 - Day 4 - 昼
煙草 - Day 4 - 夜
煙草 - Day 5
お疲れ様でした
人間になりたい (1)
人間になりたい (2)
人間になりたい(3)
人間になりたい - Epilogue
尻尾
パイプ
Pesan Penulis (눈▽눈)
芥川の川(1)
芥川の川(2)
芥川の川(3)
芥川の川(4)
芥川の川(5)
芥川の川(6)
芥川の川(7)
芥川の川(8)
Cuci Tangan
Red Riding Hood...?
Red Riding Hood (2)
Red Riding Hood - Epilogue
猫、ありがとう
記憶
記憶 (2)
記憶 (3)
記憶 (4)
記憶 (5)
記憶 - End
Kaleng
Untuk Vira
人間
Akutagawa Prize
事故
Virus
Touson Kundang

学校?(3)

272 42 19
By SkylaRodericka

Dimana ini? Dazai melihat sekeliling. Ah, ini taman dekat sekolah. Tadi dia lari, ya? Dia melihat kedua tangannya. Kosong. Padahal tadi dia baru saja mencengkram kuat dan bisa saja menghajar Shiga saat itu juga. Kenapa dia tidak bisa melakukannya?

Iya, Dazai tahu kalau Akutagawa-senpai akrab dengan Shiga. Akutagawa senang bersama dengan Shiga. Dia bisa merasakannya hanya melihatnya dari jauh, bahkan dia bisa merasakan betapa pentingnya Shiga bagi Akutagawa. Akutagawa mengagumi sosok Shiga.

Dia...mungkin iri dengan Shiga.

"Oi, Dazai!"

Dazai menoleh, melihat Ango yang berlari mendekatinya sambil mengomel, "Ya ampun, kau ini kenapa sih? Gabut banget ya hanya untuk menangkap Shiga seperti itu? Seharusnya kau menghajarnya saja tadi."

Dazai tidak memberikan respon yang baik, Ango hanya menghela napas melihat sahabatnya kembali murung. Dia merangkul leher Dazai, kemudian berkata, "Yaudah, gak usah dipikirin omongan Shiga. Tas kita ketinggalan ya. Kita minta tolong Odasaku buat ambilin deh." ucapnya sambil mengambil ponsel.

"Ango...."

"Hm?"

"Hari ini aku boleh menginap di rumahmu?"

"Tentu saja boleh. Ajak Odasaku sekalian. Malam ini kita makan nabe." Ango tersenyum senang.

"Memangnya Odasaku kemana...?"

"Lagi gosip sama emak-emak," Ango setengah bercanda sambil menutup ponselnya setelah selesai memberi pesan kepada Odasaku, "Kuy kita belanja!"

"Memangnya Ango punya uang..."

Ango menunjukkan sebuah dompet berwarna cokelat. Tertulis dengan huruf kapital disana, "INI DOMPET ODASAKU. JIKA ADA YANG MELIHAT DOMPET INI DIPEGANG OLEH DUA MAKHLUK BERAMBUT BIRU TUA DAN MERAH, BERARTI MEREKA PENCURI. TOLONG SEGERA DIHENTIKAN."

"Akutagawa-senpai, seharusnya anda tahu hal itu."

Suasana di gudang seketika hening mendadak sehingga suasana sedikit runyam. Shiga melirik Akutagawa, "Apa maksudnya, Ryuu?"

"Hm.... Memang benar, aku pernah menghentikan usaha bunuh dirinya waktu itu," ucap Akutagawa. "Tapi, aku tidak melakukan apa-apa sampai dia harus mengagumiku. Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti itu. Yang kami lakukan hanya mengobrol."

"Hee, kenapa aku tidak tahu hal itu? Oh, jangan-jangan, pas waktu pertama kali dalam sejarah(?), kau bolos pelajaran itu?!"

"Benar. Saat itu,"

"Dazai terkagum-kagum dengan Senpai sejak saat itu. Apa yang kalian lakukan, kami tidak tahu detailnya. Tapi kalau misalnya Dazai senang, aku dan Ango tidak mempermasalahkan hal itu. Justru kami ikutan senang,"

"Tapi kegiatannya itu kriminalitas, Oda. Ngestalk sampai segitunya,"

"Kami tahu. Dulu lebih parah. Dia sampai ingin memata-matain Senpai ke rumah. Kami menghentikannya."

"Ah, karena itulah, dia hanya seperti itu ketika di sekolah ya. Aku harus berterima kasih pada kalian," ucap Akutagawa.

"Sekarang, bagaimana caranya dia bisa mengobrol dengan Ryuu ya...." Shiga memasang pose berpikir. "Ryuu, kenapa kau tidak mengobrol dengannya duluan?"

"Eeh... Untuk sekarang saya tidak mau. Saya menikmatinya. Kalau saya tiba-tiba mengajaknya mengobrol setelah ini, dia akan berpikir kalau Shiga-san yang memaksa saya dan dia semakin marah pada Shiga-san,"

"Benar juga," Shiga mengacak rambut. "Ah, merepotkan banget!!"

"Aku akan usahakan Dazai gak begitu lagi, deh! Maaf banget ya, Senpai!" Odasaku menepuk tangan sambil menunduk minta maaf. "Tapi aku gak jamin kami bakal berhenti buat masalah lagi untuk lo, Shiga. Aku hanya bisa berusaha Dazai ngga gangguin Akutagawa-senpai,"

"Dia tidak mengangguku kok, mungkin kau harus sedikit berusaha agar dia berani berbicara denganku. Itu saja,"

"Siap, Senpai!"

"Emangnya gak apa-apa nih, Ryuu?" tanya Shiga cemas. "Bahkan kau ikutan masuk ke dalam masalah ini."

"Lagipula, yang sejak awal mengulurkan tangan untuk membantunya adalah saya. Ini semua salahku. Maaf, Shiga-san."

"Tidak, tidak, tidak perlu minta maaf! Dasar Ryuu ini, selalu saja begitu. Ini emang masalahku karena tugas anggota OSIS. Ah,  malam ini akan kupenuhi janjiku mengunjungi rumahmu. Oi, Odasaku. Seharusnya kau menyusul teman-temanmu. Ingat pesan Ryuu ya!"

"Siap~ Tenang aja, Senpai-senpai~"

Ngomongnya sih begitu. Dengan kekuatan Oda dan Ango, Dazai akhirnya ingin mencoba ngobrol dengan Akutagawa.

Dengan mengirimkan surat dan meletakkan di loker sepatu Akutagawa, memintanya untuk menunggunya di belakang gedung sekolah sehabis pulang sekolah, mengatakan bahwa ada pembicaraan penting yang akan dibicarakan olehnya.

Akutagawa membuka loker sepatu. Saat itu dia berangkat bersama Kan. Ketika surat tiba-tiba jatuh dari lokernya, Kan yang mengambil surat itu dan membacanya.

"Anjir, Ryuu, kau dapat surat cinta?!"

Akutagawa tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan love letter seperti itu. Karena kepercayaan diri yang kurang dan dia melihat sesosok makhluk merah yang mengintip tidak jauh dari sana, Akutagawa tertawa kecil.

"Tidak mungkin ini surat cinta, Kan."

"Masa sih? Sekarang udah masanya wanita setara dengan pria. Mana tau memang ada yang mau,"

"Aku tahu siapa pengirimnya kok," ucap Akutagawa setelah selesai membaca suratnya. "Aku menantikan apa yang akan dilakukannya nanti,"

"AKU GAK MAU DATANG KE SANA!"

Dazai justru memberontak. Odasaku dan Ango tercengang. Padahal kemarin dia dengan penuh api, berkata seperti ini, "Baiklah! Aku akan PDKT dengan Akutagawa-senpai!" yang disambut dengan sorak dan tepuk tangan Odasaku dan Ango.

Tapi, sekarang lihatlah dia. Sudah jam pulang sekolah dan Dazai malah bersembunyi. Memang lokasi mereka tidak jauh dari tempat yang dijanjikan, tapi tetap saja Dazai bersembunyi di balik semak-semak yang tidak akan terlihat bagi Akutagawa ataupun siapapun yang berdiri di belakang gedung itu.

"Akutagawa-senpai nungguin tuh!"

"Tanggung jawab dong, Dazai!"

"TAD AKUTAGAWA-SENPAI BILANG DIA TAHU SIAPA PENGIRIMNYA!"

"...yah terus?"

"AKU BISA MATI!"

Au ah.

"Bro," Ango ikutan berjongkok, "Tanggung jawab sebagai pria. Kau sudah ngirim surat begitu, lho."

"A-Aku gak tau apa yang akan kubicarakan nantinya!"

"Bersikap biasa saja dong! Toh, Akutagawa mengenalimu. Kalian pernah ngobrol panjang juga!"

"S-Saat itu aku sedang mode emo! A-Apa aku depresi lagi saja supaya Akutagawa-senpai melihatku...."

"Yah, sekarang kau sudah depresi karena tidak bisa ngobrol dengannya kan?" Odasaku lelah. "Pokoknya, sana cepatan!"

"Uwah!"

Dazai terlempar oleh Odasaku dan Ango. Iya, dilempari, bukan didorong. Pantatnya langsung bertemu dengan tanah, dia berteriak kesakitan. "SIALAN KALIAAANN!!"

"Dazai-kun...?"

Deg! Dazai tiba-tiba serangan jantung. Ketika dia masih mengelus pantatnya yang sakit dengan tidak elitnya, seorang pria dengan rambut panjang mempesonanya, menatap Dazai dengan mata biru yang kelihatan cemas. Pria itu menundukkan sedikit tubuhnya dan bertanya, "Kau tidak apa-apa?"

"S-Saya tidak apa-apa, Senpai!" ucap Dazai dengan suara melengking gugup. Dia segera bangkit dan berdiri tegap, seolah pemimpin upacara bertemu dengan pembina upacara. "M-Maafkan saya!"

Akutagawa terkekeh pelan, "Tidak perlu sesopan itu."

"B-Baik!"

Akutagawa tersenyum melihat Dazai. Dia sadar mata cerah berwarna kuning itu sama sekali tidak berani menatapnya, berkali-kali melihat yang lain dan wajah Dazai nyaris semerah rambutnya. "Jadi, apa hal yang ingin kau bicarakan?"

Sekrup otak Dazai tiba-tiba lepas. "A-Apa, a-apa..! Apa, ya? E-eh...!"

Dazai gugup setengah mampus. Gerakan tubuhnya juga kikuk, dia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Akutagawa menunggu jawabannya dan dia tidak bisa menjawab apa-apa.

"A-Aku...." Dazai berkata dengan suara pelan. Akutagawa masih menunggu jawaban.

"Aku...tidak...tahu...," ucap Dazai sambil akhirnya menangis.

"Yah." Ini Ango.

"Yah...." Ini Oda.

"...pfft," Akutagawa terkekeh.

"U-ugh, Senpai menertawakanku..." gumam Dazai pelan dengan gemetaran.

"Kalau tidak ada hal yang dibicarakan, aku akan pergi," tidak disangka Akutagawa tiba-tiba bersikap tegas. "Hal penting apa yang ingin kau bicarakan?"

"Ugh!" Dazai merasa tertusuk peluru. Tiba-tiba dia gemetaran ketakutan, dari tadi juga sudah gemetaran sih, tapi kali ini dia gemetaran karena rasa takut, "A-Ah,"

"Hm?"

"Maafkan saya, Senpai!" Dazai berteriak, sukses mengagetkan sekitar. "Saya selama ini membuntuti Senpai! Kemungkinan besar saya menganggu Senpai! Tidak, saya pasti membuat Senpai merasa tidak nyaman di sekolah!"

"Tunggu, Dazai-kun, volume suaranya-"

"Tapi saya tidak membuntuti Senpai di luar sekolah! Saya bisa menjamin rahasia pribadi Senpai tidak saya bocorkan kepada pihak yang tidak-tidak!"

"E-Eh?" Apa maksud bocah ini.

"Saya hanya mengagumi Senpai! Saya ingin mengobrol dengan Senpai! Saya ingin berteman dengan Senpai, tapi saya takut dan segan pada Senpai! Makanya saya melakukan hal seperti itu!"

"Dazai-kun-"

"Karena itulah, maafkan saya!!"

Dazai berlutut meminta maaf, sukses membuat Akutagawa kebingungan harus membalas apa. Odasaku dan Ango yang menonton dari jauh hanya bisa cengo saja. Setidaknya mereka lega kalau Dazai sudah berani mengungkapkan perasaannya.

Sekarang, apa reaksi Akutagawa....

Dazai masih berlutut dan menundukkan kepala. Dia bisa mencium aroma rumput dekat sana. Telinganya mendengar suara gesekan sepatu dan dedaunan kering di dekatnya, Akutagawa berjalan mendekatinya. Dazai tidak berani melihatnya, dia hanya menutup matanya dengan erat.

Dia menerima sebuah tepukan di kepala, kemudian perlahan dia mendapat elusan. Elusan yang dirasakan sama dengan elusan yang dirasakannya ketika di atap dulu. Dazai memberanikan diri mengangkat wajahnya, menatap ke arah Akutagawa yang tengah berjongkok sambil tersenyum padanya.

"Anak pintar. Akhirnya kau mengungkapkan perasaanmu, Dazai-kun," ucap Akutagawa sambil mengelus rambut Dazai. "Kalau kau tidak berbicara padaku, aku tidak akan tahu apa maumu. Terima kasih,"

"T-Tidak! Untuk apa Senpai berterima kasih padaku?! Aku tidak melakukan apa-apa!"

Akutagawa hanya membalasnya dengan senyum, "Tapi Dazai-kun berani mengaku dosa, ya. Jadi, selama ini Dazai-kun membuntutiku terus di sekolah? Informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan tentangku, hm?"

"Geekk!" Dazai mengeluarkan teriakan aneh. Iya juga, dia baru saja mengungkap seluruh kejahatannya. "Maafkan saya!!"

"Lain kali tidak boleh melakukan hal seperti itu lagi ya. Itu tidak sopan, lho."

"B-Baik...."

Akutagawa berdiri, "Lain kali tidak perlu melihatku dari jauh. Sapalah aku, mengerti?"

"E-eh, tidak apa-apa, Senpai...?"

"Tentu saja. Apa salahnya dengan itu? Lebih baik daripada kau selalu membuntutiku,"

Dazai tersenyum senang. Di mata Akutagawa, dia terlihat seperti anak kecil yang baru saja diberikan hadiah baru oleh orang tuanya. "Baik! Mohon bantuannya, Akutagawa-senpai!"

"Oh iya, aku belum berkenalan dengan baik padamu, ya." Akutagawa mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Namaku Akutagawa Ryuunosuke. Salam kenal, Dazai-kun."

Continue Reading

You'll Also Like

78K 6.9K 78
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
628K 30.3K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
194K 19.4K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
52K 4.8K 30
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...