Hakikat Cinta

By Cimelavena

1.2K 107 15

Menceritakan perjalanan kisah seorang gadis bernama Aiza hilya afida yang mempertahankan keistiqomahannya di... More

Part 1 {PEMBUKA}
Part 2 {MENCOBA MELEPASMU}
Part 3 {SEBUAH KATA YANG MEMBUATKU MENGERTI}
Part 4 {KU MENCOBA DIAM}
Part 5 {BERIBU SYUKUR}
Part 6 {KISAH CINTAKU}
Part 7 {BERTUKAR CERITA}
Part 8 {SEBUAH TEMU YANG BERAKHIR SENDU}
Part 9 {LELAKI TAK TERDUGA}
Part 10 {TENTANG SEBUAH PILIHAN}
Part 11 {UNTAIAN KATA MEMBUAT LUKA}
Part 12 {MENCOBA BIASA}
Part 13 {AKAN KUBERIKAN}
Part 14 {SULIT}
Part 15 {KENYATAAN YANG SEBENARNYA}
Part 16 {PERTAHANKU RUNTUH}
Part 17 {KENAPA KAMU TERLAMBAT}
KHITBAH DINDA

AJARI AKU IKLAS YANG SESUNGGUHNYA

29 3 2
By Cimelavena

Aiza pov~

"MasyaaAllah Dinda cantik sekali," Ucap aku dan Vina bersamaan. Dinda begitu cantik apalagi dengan polesan make up di wajahnya.

"Assalamu'alaikum non, " Ucap bibi yang bekerja di rumah Dinda. Vina langsung membuka pintunya.

"Gimana bi?" tanya Vina.

"Tamunya sudah datang, " ucap bik Inah.

Aku terkejut dan begitu gelisah, dari kemarin aku sudah berusaha untuk tegar, namun nyatanya mengapa aku merasa terluka.

"Baiklah makasih ya bi, " ucap Vina sambil tersenyum.

"Din, za tamunya sudah datang, hayu siap-siap, " ucap Vina dengan wajah yang panik.

Kami segera bersiap-siap, menata Dinda agar lebih anggun lagi.

"Ayuh turun, " ucap Vina.

"Ayuh." ucap Dinda.

Aku merasa sangat deg-deg an. Rasanya aku tidak siap bertemu dengan Arsyad dan keluarga Arsyad.

"Din kamu turun bersama Vina saja ya," ucapku.

"Mengapa za?" tanya Dinda dengan muka yang sendu.

"Aku..." ucap Aiza sambil menunduk.

"Aku malu din," ucap Aiza sambil tersenyum.

"Yailah kirain aku kenapa, ya gapapa ih, malu itu bisa diatasi, tenang aja kan ada aku dan Vina, iya kan Vin?" tanya Dinda kepada Vina.

Vina hanya mengangguk, Vina bingung harus menjawab apa, karena ia tau bahwa bukan malu yang aku rasakan melainkan rasa tidak kuat menahan perih.

"Masa kamu gamau tememin aku za, kamu gamau liat aku bahagia ya," ucap Dinda dengan wajah yang sedih.

Aku merasa tidak enak dengan Dinda, lalu akhirnya aku mengangguk dan bersedia mengantar Dinda turun.

"Nah gitu dong," ucap Dinda sambil menggandeng tanganku.

"Kalian harus terus ada di sampingku ya, " ucap Dinda memohon kepadaku dan Vina.

Vina melihat kearahku, dan aku mengangguk kearah Vina, kami akan menemani Dinda hingga kebawah.

"Bentar aku mau bercermin lagi," ucap Dinda mendekat kearah cermin.

Vina langsung mendekat kearahku.

"Aku yakin kamu kuat Aiza," ucapnya sambil menggenggam erat tanganku. Aku tersenyum agar Vina tidak mengkhawatirkanku.

Aku dan Vina pun menggandeng Dinda menuruni tangga, aku tidak berani melihat banyaknya orang di depan sana.

Aku terus memperhatikan langkahku dan akhirnya kami melepas Dinda yang akan dipapah oleh ibunya. Aku pelan-pelan melihat kearah depan. Dan pandanganku langsung tertuju pada seorang lelaki yang menjadi pemeran utamanya.

Tanpa menunggu 2 atau 3 detik pandanganku langsung kualihkan ke seluruh tamu yang hadir. Dan aku mendapati umi Arsyad disana yang sedang tersenyum bahagia dengan kedatangan Dinda. Tetapi sesaat setelah melihat kearah Dinda, umi Arsyad melihat kearahku lalu aku tersenyum dan ia pun tersenyum.

"Apakah umi mengenaliku," batinku

Aku dan Vina mengundurkan diri. Kami duduk di samping keluarga Dinda.

Setelah menunggu semua tenang dan Dinda sudah duduk di samping umi dan Abinya, kemudian Arsyad mengatakan bahwa kedatangannya kesini untuk mengkhitbah Dinda. Arsyad mengatakannya dengan lantang.

Aku terdiam dan melihat kearah Arsyad saat ia mengatakan kalimat tersebut.

"Aku amat bahagia syad," batinku.

Aku melihat kearah Dinda, ia tersipu malu saat ditanya apakah ia menerima khitbah tersebut atau tidak oleh Arsyad. Aku pun ikut tersenyum, tapi hatiku merasa perih.

Dinda mengangguk sambil tersenyum malu, lalu umi Arsyad memasangkan cincin di jari manis Dinda. Aku memegang dada. Tiba-tiba air mata menetes.

"Astagfirullah aladzim," ucapku sambil mengusap pipiku. Aku merasa tidak kuat membendung ini semua hingga akhirnya aku memutuskan pergi ke kamar mandi.

Aku menatap diriku di pantulan cermin, aku tersenyum namun perlahan air mata keluar dari pelupuk mataku.

"Ya Allah," batinku.

"Kuat aiza kuat," batinku.

Setelah dirasa cukup membaik, aku keluar dari kamar mandi, aku memilih untuk pergi ke taman rumah Dinda terlebih dahulu sambil menunggu acara tunangan selesai.

"Kuatkan aiza Ya Allah," batinku sambil melihat kearah langit yang hanya ada satu bintang disana. Aku melihat jam tangan ternyata hari mulai petang, lalu aku segera membalikan tubuhku untuk menghampiri Vina. Tetapi saat aku berbalik, aku terkejut karena tepat di belakangku ada Arsyad yang sekarang melihat kearahku dan berjalan mendekatiku.

Aku mencoba tidak melihatnya dan berjalan melewatinya.

"Aiza," ucapnya.

Aku terkejut karena Arsyad memanggil namaku. Aku hanya diam dan tidak berbalik.

"Ini yang kau mau kan?" tanya Arsyad.

"Aku sudah menepatinya," ucap Arsyad.

"Ini buktinya aiza, bahwa... " ucap Arsyad namun terpotong oleh Aiza.

"Aiza sangat bahagia syad, akhirnya kamu bisa memilih," ucapku tanpa membalikan tubuhku.

"Aiza permisi, assalamualaikum, " ucapku langsung berjalan menjauh darinya. Aku segera menghampiri Vina.

"Habis darimana za? Aku cariin kamu dari tadi," ucap Vina sambil memegang tanganku.

"Aku habis dari kamar mandi vin kebelet," ucapku sambil tersenyum.

"Maaf vin aku berbohong," batinku.

"Oh iya atuh, kalo mau kemana-mana bilang dulu ya, aku khawatir," ucap Vina.

"Iya vin siap," ucapku sambil tersenyum kearahnya.

Setelah acara selesai, sekarang tinggal acara santainya, seperti membahas tanggal pernikahan, menentukan gaun, acaranya akan di adakan secara mewah atau sederhana, dan sebagainya. Tugasku dan Vina disini sudah selesai, untuk acara selanjutnya aku dan Vina tidak bisa ikut mendengarkan karena acara berikutnya adalah acara pribadi. Kami segera berpamitan kepada keluarga Vina, tetapi ternyata disana ada keluarga Arsyad juga.

"Permisi umi, Aiza dan Vina izin pulang ya soalnya sudah larut malam," ucapku kepada uminya Dinda.

"Kenapa cepat-cepat?" tanya seorang wanita menghampiriku.

"Umi," batinku kaget karena yang berbicara saat itu adalah uminya Arsyad.

"Kenapa cepat-cepat pulangnya?" tanya Uminya Arsyad kembali sambil tersenyum.

"Iya nak, disini aja nginep atuh," ucap uminya Dinda.

"Iya za vin, nginep aja disini," ucap Dinda sambil tersenyum.

"Kami pulang aja Din, takutnya ibuku khawatir," ucap Vina sambil tersenyum.

"Iya Din aku juga pulang saja," ucapku kepada Dinda.

"Kami pamit ya umi," ucapku langsung menyalami uminya Dinda, dan uminya Arsyad.

Aku melihat kearah Arsyad, tetapi ia tidak melihat kearahku. Aku hanya menangkupkan kedua tanganku.

Aku dan Vina pun keluar rumah dan segera mengendarai motor karena hari mulai larut. Tiba-tiba saja hujan turun tanpa di duga-duga. Terpaksa kami menepikan motor kami dulu di warung makan.

"Za bagaimana ini hujan," ucap Vina.

"Iya gimana nih," ucapku bingung.

"Aku cuma bawa jas hujan satu," ucap Vina.

"Ga papa aku hujan-hujanan saja vin," ucapku kepada Vina.

"Jangan, nanti kamu sakit," ucap Vina.

"Ga papa vin, aku kuat kok, yang penting sampai kostan," ucapku meyakinkan Vina.

"Bener ga papa?" tanya Vina.

"Iya Vin bener lah, kamu pake dulu jas hujannya," ucapku kepada Vina.

"Baiklah bentar aku bawa jasnya di bawah jok motor dulu," ucap Vina.

Saat aku sedang melihat Vina memakai jas hujannya, tiba-tiba sebuah mobil menepi. Orang itu keluar dari mobilnya dengan sedikit berlari kearah kami.

Aku pikir orang itu hanya ingin berteduh juga atau membeli sesuatu di warung yang kami tempati sekarang. Tetapi saat aku dan Vina akan naik ke motor, tiba-tiba orang itu memanggilku.

"Aiza," ucap orang tersebut. Aku terkejut karena orang itu memanggil namaku dan suaranya terasa tidak asing di telingaku, lalu saat aku berbalik ternyata orang tersebut adalah Arsyad.

"Arsyad," ucapku lirih.

"Arsyad," ucap Vina dengan suara yang bisa di dengar olehnya.

"Kenapa masih disini? " tanya Arsyad. Aku langsung melihat kearah Vina.

"Berteduh," ucapku mencoba tidak melihat kedua matanya.

"Kalian gak bawa jas hujan?" tanya Arsyad.

"Bawa ini sekarang juga mau pulang syad," ucapku.

"Kami duluan syad," ucapku sambil siap-siap melewati hujan.

"Za," ucap Arsyad memegang tanganku, aku langsung menghentikan langkahku dan melihat kearahnya lalu segera melepas tanganku dari genggamannya.

"Maaf," ucapnya.

"Kamu mau ujan-ujanan?" tanyanya.

"Iya," ucapku.

"Naik mobilku saja," ucapnya.

"Tidak syad, aku naik motor saja dengan Vina," ucapku sambil menunduk.

"Hujan-hujanan?" tanyanya dengan mata yang tajam melihatku.

"Iya," ucapku tanpa melihat kearahnya.

"Aku antar kamu pulang," ucapnya dengan nada yang lumayan tegas. Aku langsung melihat kearahnya.

"Aku naik motor saja dengan Vina," ucapku seolah-olah melihat kearah hujan.

"Kamu jangan hujan-hujanan aiza!" ucapnya dengan nada yang tegas. Aku langsung melihat kearahnya.

"Memangnya kenapa? Toh aku yang kehujanan," ucapku dengan nada yang lantang, aku memberanikan diri melihat kedua matanya.

"Kami permisi syad, assalamualaikum," ucapku lalu segera menghampiri Vina dan menaiki motor.

"Maafkan aku syad," batinku dengan air hujan yang kian ku lewati maka kian membasahi tubuhku.

Setelah sampai di depan Kostan, aku segera turun dan berterima kasih kepada Vina.

"Terimakasih ya vin," ucapku sambil tersenyum dengan wajah yang sudah basah karena air hujan.

"Sama-sama, maaf ya kamu malah basah kuyup kaya gini," ucap Vina dengan wajah sedihnya.

"Tidak apa-apa vin, aku menikmatinya kok, " ucapku sambil tersenyum.

"Kenapa tidak ikut dengan Arsyad saja za?" tanya Vina.

"Tidak vin, aku hanya ingin menjauh darinya vin," ucapku sambil menunduk.

"Aiza," ucapnya dengan wajah yang sendu.

"Sudahlah jangan seperti itu, aku tidak apa-apa," ucapku mencoba meyakinkan Vina.

"Yasudah aku yakin kamu kuat za, aku pulang dulu ya," ucapnya sambil tersenyum.

"Baiklah, hati-hati ya," ucapku.

"Iya, assalamualaikum," ucapnya.

"Waalaikumsallam," ucapku, lalu ia segera mengendarai motornya dan aku masuk ke kostan ku.

Aku pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaianku setelah itu duduk di meja belajar ditemani suara hujan yang begitu tenang.

"Aku kira aku kuat," ucapku lirih.

"Mengapa aku menangis?" ucapku.

"Apa yang harus aku lakukan kedepannya Ya Rabb?" ucapku dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipiku.

______________________________________

~Jazakumullah Khairan~

Assalamualaikum pembaca wattpad.
Hakikat cinta up lagi.
Aiza pada akhirnya harus melepaskan Arsyad bertunangan dengan Dinda, lalu bagaimana dengan Aiza?
Apa yang akan Aiza lakukan agar ia bisa melupakan Arsyad.
Ada di part selanjutnya ya😊

Jangan lupa di vote ya.
Selamat membaca.😊


Continue Reading

You'll Also Like

606K 10.3K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
309K 19.4K 55
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
141K 2.6K 14
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
168K 5.9K 42
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah Cerita ini end tanpa revisi jadi ga u...