Through & Through [REVISION]

By janggulgul

70.5K 6.2K 240

D i s c l a i m e r : Eventhough it's bxb love story, alur cerita yang twist bisa dinikmati oleh beragam... More

00
meet the writers
01. "Metawin?"
02. "And i'm no longer your best friend."
03. "Indeed, you're real."
04. "Inside your head, it's very loud."
05. "I wanna be alone with you."
06. "Are you blind? Stop calling me green guy!"
07. "You're the one who stole every of my first."
08. "Can we begin again?"
09. "Shh... i'm here."
10. "I just had a change of heart."
11. "Do it, Bright."
12. "You're the same Bright i know, right?"
13. "My feelings for you, it is always real."
14. I beg you for the last time.
a i d e m e m o i r e
15. "If he's engaged, he'll let me know."
16. "No matter how far i go, he'll stay in my head."
17. "Drawing him making me feel guilty if its not perfect."
18. "For God sake, stop acting like a child!"
19. "You dont have to be fine all the time."
20. "Whats up with that smile, Metawin?"
21. "Can we stay forever like this?"
22. "Sleep early, i'll be home late."
23. "Oh, should i smile proudly knowing him-"
24. Moonlight.
25. "I'm here, Bright."
26. "You can come whenever you want in my castle."
27. "Get lost, moron."
28. "He just got milion dollars and act like a zombie."
30. Through and Through
l' a l e r t e
99

29. "Take a rest, Win."

1.8K 143 1
By janggulgul


Bug!

Win meringis saat tubuhnya membentur tanah dengan keras. Kepalanya berdenyut, pandangannya ikut memburam.

"Hal selalu mudah bagimu, bukan, Win?"

Kening Win berkerut dalam melihat bayangan Dylan yang semakin jelas. Pria dengan beanie hitam itu menunduk menatapnya rendah.

"Kembali lalu menjelaskan semuanya pada Bright. Memasang wajah menyedihkan dan menangis layaknya anak kecil. Mudah bukan, Win?"

"Apa yang kau bicara- Argh!"

Dylan mendengus melihat darah Win yang terciprat di tangannya. "Kau tahu, brengsek.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sehancur apa Bright saat kau tidak lagi disisinya. Amukan dan jeritannya. Semua itu tidak akan hilang dari ingatanku, bajingan."

Win menelan salivanya.

Menatap tepat manik mata Dylan.

"Apa yang anak buahmu laporkan? Bright baik-baik saja? Ya?" Dylan mengeratkan cengkramannya di rahang Win, membuat Win terbatuk.

"Tidak becus! Seharusnya kau tidak usah kembali! Bright nyaris terbiasa hidup tanpamu, Metawin!"

"Dylan..."

Brak!

"Jangan sentuh aku."

"Kumohon-"

"Menyedihkan sekali. Pengusaha besar yang terpandang mengemis di kakiku. Lupakanlah, Win. Pada akhirnya kau akan pergi lagi, kan."

Kepala Win berdenyut bukan main. Lebam di pipinya tidak lagi terasa perih. Win menatap punggung Dylan yang menjauh.

Terbatuk, Win dapat merasakan darah kental yang meresap di salju. Sebelum kesadarannya menghilang sempurna, Win mendengar suara samar memanggil namanya.

"Metawinnn!"

*****


"Win? Kau baik-baik saja?"

Tepukan halus di pipi Win menjadi hal pertama yang Win rasakan. Sepasang mata cokelat jernih itu terbuka. Menemukan Bright yang menatapnya dengan wajah khawatir.

"Bangun, lah. Aku membuat cokelat hangat untukmu."

"Kita dimana?"

"Flatku. Tidak ingat?"

Win meneguk cokelat hangatnya. Membiarkan Bright mengusap rambut cokelatnya lembut.

"Salju turun dengan deras."

Win ikut menoleh pada jendela kamarnya yang dihias salju. "Kau menyukai mereka?"

"Tidak."

Alis Win terangkat.

"Mereka hanya indah dari jauh. Salju bisa membekukan dan membunuh. Mempersulit pekerjaan manusia. Aku tidak menyukai mereka."

"Dulu kamu bilang bagian terbaik dari Eropa adalah saljunya, Bright."

"Tidak lagi, Metawin. Aku mulai membenci mereka."

"Kenapa memilih kembali ke Eropa?"

"Eropa adalah aku, Win."

Bright menatap embun di kaca kamarnya. Mengingat semua hal yang pernah terjadi di dalam ruangan itu.

"Semi atau gugur, dingin Eropa tetap mencengkram. Matahari di musim panas sebatas hiasan. Menerangi tapi tidak mampu menghangatkan. Eropa mencerminkan diriku, kau tahu?"

Win paham sekali.

Ucapan Dylan benar.

Semua luka itu terpampang jelas di wajah Bright. Empat tahun belakangan ini sudah pasti tidak mudah bagi Bright. Ia memang tersenyum, namun kehangatan pria itu tidak lagi mengiringi.

Dingin... dan mati.

"Aku ingin membuatmu hidup."

Win menarik kedua lutut Bright menghadap ke arahnya. "A-aku tahu kesalahanku tidak mudah untuk dimaafkan. Tapi-"

Udara di sekitarnya menipis. Wajah Bright tidak berekspresi. Mata legamnya menatap Win sayu.

"Bisakah kita menjalani hidup seperti pasangan lainnya? Maukah kau ikut denganku, Bright? Kita akan tinggal bersama. Aku akan lakukan apapun untukmu. Anything."

Bright memajukan tubuhnya. Merasakan nafas hangat Win di atas bibir pucatnya. Bright memejamkan mata, mengecup singkat bibir Win.

"Lihat dirimu, Win."

Win mengerjapkan matanya yang memanas.

"Kau-" Nafas Bright tercekat. "Kau terbang tinggi sekali, Win. Melaju begitu cepat. Lihat betapa banyaknya pasang mata yang mengenalmu.

Aku tahu kenapa topi dan masker itu selalu kau kenakan. Win, percayalah. Bersama denganku akan merusak-"

"Hentikan!"

Helaan nafas berat Bright terdengar setelah Win mendorong tubuhnya menjauh. Win menatap Bright putus asa.

"Hentikan, Bright."

Bright meraih ponsel di atas nakas. Membuka kunci layar dan menunjukan berita yang baru dibacanya.

TIME OUT LONDON

NEWEST RUMOR! VELENCE CEO SPOTTED IN A CAFE WITH MOONLIGHT ARTIST!

"Lihat artikel lainnya, Win."

The London Times.

Secret affairs against Mai Davika? Metawin Opas-iamkajorn Spotted Cafe Dates!

Air mata Win meluruh.

Semua ini memuakkan.

Prankkk!

Win melempar ponsel Bright di genggamannya dengan kasar. Menangkup wajah dingin pria berkulit cokelat itu di tangannya.

"Aku tidak memedulikan mereka. Aku hanya mencintaimu, tidak ada yang salah dengan itu. C'mon, Bright. Aku tahu kamu tidak akan terpengaruhi-"

"Bisakah kita menikah?"

Win membeku.

"Aku muak sekali dengan rumor kau dengan Mai. Tidak usah besar dan megah. Hanya pernikahan biasa. Mau-"

Win membungkam bibir Bright dengan miliknya. Air mata meluruh satu persatu seiring dengan mata cokelatnya yang terpejam.

Bright membawa tangannya pada tengkuk Win. Merasakan setruman di sekujur tubuhnya ketika Win mengecap rongganya.

Sinting.

Perasaan ini membuatnya gila.

Brak!

Membanting tubuh mereka ke kasur, Bright melepas kemeja yang membalut tubuh Win. Mengusap air mata Win, Bright menahan tangan Win yang ingin menggapainya.

"Diam, Win..."

Mata mereka bertemu.

"Kamu sudah menyiksaku selama ini. Aku tidak akan membiarkanmu lagi."

Win melenguh keras ketika nafas Bright di lekukan lehernya terasa. Sekejap kemudian tangan Bright menyelinap ke bawahnya.

Kepala Win penuh sekali.

Mengapa ia menangis?

Mengapa air matanya tidak berhenti?

Perasaan apa yang hinggap di hatinya?

"Hentikan. Hentikan. Hentikannn!"

Win menutup wajah merahnya dengan kedua tangan. Tidak lagi peduli jika Bright mendengar isakan hebatnya. Tubuh Win meringkuk dengan gemetar.

Takut.

Win takut sekali.

Sekeras apapun ia mencoba untuk tidak memedulikan mereka, rasa takut itu kembali menyelinap masuk. Membuat lututnya gemetar dan lemah.

Bright mengacak rambut legamnya. Terdiam mendengar tangisan Win di belakangnya. Bertanya-tanya kenapa hal selalu menjadi lebih rumit.

Menoleh, Bright beranjak menarik tubuh Win. Menyambar selimut tebalnya dan membungkus tubuh polos Win. Dekatnya jarak mereka membuat Win merasakan detak jantung Bright yang berdetak tenang.

Pria itu tidak lagi berdebar.

"Biar aku yang mengurus semuanya, Win. Beri aku seminggu. Hanya seminggu. Aku pastikan semua berjalan lancar."

Win mengangguk di dada Bright. Kedua tangannya perlahan melingkar di pinggang Bright. Mendekap Bright lebih erat daripada pria itu mendekapnya.

Bright mencium puncak kepala Win.

Mata hitam legamnya terpaku pada ponsel hancurnya di lantai. Ingatannya meliar pada kotak hitam yang berada di bawah kasurnya. Jemari Bright bergerak menghitung tanggal.

Entah berapa lama mereka saling memeluk, isakan Win terhenti. Bright menunduk menemukan Win yang tertidur. Kedua sudut bibirnya terangkat.

Perlahan, Bright membaringkan tubuh Win. Membungkus tubuh Win dengan selimut tebal lalu mengecup bibir merah Win lama.

"Istirahat, lah, Win. Apapun pilihanmu, aku akan menghargainya. Aku menyayangimu, Metawin."

Bright meraih ponsel Win di tuksedo biru yang tergeletak di lantai. Ibu jarinya mencari kontak pria yang tidak lain adalah orang tua Win.

"Selamat malam, Dad. Ini Vachirawit, apa Dad sedang sibuk?"

-><-

Continue Reading

You'll Also Like

99.8K 7.7K 41
Win Metawin Jurusan Ekonomi tahun pertama itu sangat membenci Bright Vachirawit Jurusan Hukum tahun ketiga. Entah Setiap bertemu mereka seringkali be...
61.4K 4.8K 38
" Aku mencintaimu sampai aku lupa mencintai diriku sendiri ".. _ Gun " Maaf karna terlambat menyadarinya "!! _ Off,. Kebohong yang off buat ternyata...
40.3K 2.8K 29
Tay yang dicap sebagai fuckboy di kampus bertemu dengan seseorang yang tidak pernah berniat membuka hatinya untuk siapapun. Apakah Tay akan berubah 1...
71.3K 6.1K 12
Berawal dari Permen "Ini buat kamu" Hingga berakhir dengan kalimat "Win Mentawin. Jadi pacarku sekarang" . . . . .