๐—ง๐—ข๐—š ยป Something Lost : Arr...

By ElisaVertgi_

32.2K 7.4K 2.3K

Terpilih sebagai seorang Irregular. Datang tanpa mengetahui apa-apa, namun diminta untuk menguak segalanya. I... More

๐—ฃ๐—ฟ๐—ผ๐—น๐—ผ๐—ด
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ 2
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—บ
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ผ๐—น๐—ผ๐˜€ K๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ-๐—ธ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—จ๐—ท๐—ถ๐—ฎ๐—ป A๐—ฑ๐—บ๐—ถ๐—ป๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฟ๐—ฎ๐˜๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ฒ๐—ฟ๐—ธ๐˜‚๐—ฎ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—œ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป M๐—ฎ๐˜€๐—ฎ L๐—ฎ๐—นu
โฅ๏ธŽ๐—œ๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ฎ P๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—”๐˜„๐—ฎ๐—น P๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—ธ๐—ฒ๐˜ ๐—ธ๐—ฒ A๐—ฟ๐—ฐ๐—ต๐—ถ๐—บ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฒ๐˜€
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป Be๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฒ๐—น!
โฅ๏ธŽ๐—๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—บ ๐—ฝ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—ป!
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐˜๐—ฎ๐—ป k๐—ฎ๐—ฟ๐—ฐ๐—ถ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐——๐—ถ๐—ฎ, ๐—›๐—ผ๐—ฎ๐—พ๐—ถ๐—ป!
โฅ๏ธŽ๐—ฅ๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ฒ t๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐˜‚๐—ป ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฒ ๐—ต๐˜‚๐—ป๐˜
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—บ๐˜‚ ๐—ฃ๐—ผ๐—ฒ B๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐˜‚ G๐˜‚๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด!
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐—ฎ๐—ต k๐—ฎ๐˜€๐˜๐—ถ๐—น t๐˜‚๐—ฎ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ต๐—ฒ h๐—ถ๐—ฑ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป f๐—น๐—ผ๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ต๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽTakdir apa?
โฅ๏ธŽPengkhianat?

โฅ๏ธŽ๐— ๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐—ถ

904 271 32
By ElisaVertgi_

•|•|•

Embun salju mulai berjatuhan, angin berhembus kencang menyebarkan hawa dingin. Di perbatasan sana, terlihat 2 orang kesatria yang tengah menjajaki hutan lebat sebagai bentuk tugas mereka.

"Ayo kita selesaikan, sebentar lagi malam."

Langkah berat terdengar dari jejak sepatu yang menapaki salju. Terdengar berulang kali menemani sunyi, semakin mendekat, menelusuri dalam hutan yang sudah mulai gelap.

*Bruk*

Seorang gadis kecil berambut cokelat-kemerahan, melangkahkan kakinya untuk bersembunyi di belakang pohon tua besar. Ia terengah-engah, karena suhu dingin, nafasnya keluar seperti gumpalan asap.

Ia berlari kecil, dari satu pohon ke pohon yang lain, bersembunyi dari dua orang pria dewasa yang sedang berpatroli. Namun karena kelengahannya, gadis kecil itu pun terjatuh setelah tersandung akar pohon yang menjulur keluar. Dua orang kesatria lantas menoleh ke sumber suara. 

"Siapa itu?!" Seru salah satu dari mereka.

Kesatria itu mendekat lalu dengan cepat mengarahkan pedangnya untuk mengancam. Namun mereka berhenti begitu melihat seorang gadis kecil. Mata mereka membulat seketika, pedang terjatuh dari tangan pria yang tadinya mengancam.

"P-PUTRI ALYSSA?"

"Tapi.. Ini sudah 10 tahun semenjak Tuan Putri menghilang. M-mana mungkin dia kembali menjadi anak kecil?"

"Kau benar...tapi entah mengapa, aku merasakan aura magis kebangsawanan dari gadis ini. Tidakkah kau merasakannya juga?"

Mereka berdua saling menatap, lalu menoleh pada gadis itu bersamaan. Manik hijaunya bercahaya, tatapan tajam dilemparkan pada mereka berdua. Sebuah pipa besi runcing diarahkan kepada mereka sebagai ancaman. 

"..Sepertinya dia ketakutan."

"Apa kita tinggalkan saja? Hari sudah mulai gelap."

Mereka kembali bertatapan, ingin pergi namun kasihan, tapi jika dibawa pun juga enggan.

"HIAAATTS!"

Gadis itu bersorak sambil mengarahkan ujung tajam dari pipa besi itu pada mereka. Pedang ditarik dari pinggang pria itu, ia dengan mudah menangkis dan membuat pipa besi itu terlempar jauh dari tangan gadis itu.

Manik hijau bergetar. Gadis itu termangu dengan gemetaran. Perlahan ia mundur, kemudian berlari ke dalam gelapnya hutan. 

"TIDAK! BOCAH, JANGAN KESANA! BERBAHAYA!"

Gadis itu tak menggubris panggilan kesatria itu. Ia terus berlari menjauh dengan ketakutan. Kakinya yang sudah tak beralas, telah dipenuhi oleh luka. Semakin kencang ia berlari, semakin jauh pula cahaya yang ia tinggalkan.

Tiba-tiba dari belakang, sebuah bayangan merayap cepat. Langkah gadis itu didahului, dan kini bayangan itu berdiri menjulang di depan gadis itu. Dahinya berkerut, sebuah lingkaran muncul di depan tubuhnya. Lingkaran itu bercahaya, beberapa huruf dari bahasa kuno terbentuk menghiasi dalam lingkaran itu.

"AKH!"

Gadis itu merintih. Tubuhnya terangkat ke udara, matanya berwarnakan putih semua. Sebuah bayangan putih bulat keluar dari dadanya. Bayangan hitam itu tertawa sambil menggapai jiwa dari anak kecil itu.

Telapak tangan hitam terbentuk dari bayangan, sebuah jiwa murni kini melayang di atasnya. Sebelum sempat ia mengenggam, rantai putih keluar dengan serampangan, menahan dan perlahan menarik kembali jiwa itu ke dalam raganya.

Matanya berapi-api. Bayangan hitam itu marah, dan hendak mencengkeram raga anak kecil yang masih melayang di udara. Bantuan kembali datang, kali ini cahaya datang membentuk sebuah dinding mantra, yang sebagian lagi telah mengikat sosok bayangan itu.

Seorang perempuan datang mengenakan jubah, kedua tangannya diulurkan ke depan, menangkap tubuh anak kecil yang perlahan turun ke tanah. Rantai putih menarik kembali jiwa itu ke dalam raganya, dan dia pun telah kembali bernafas.

Setelah sejenak terdiam menatapi anak kecil di pangkuannya, perempuan itu pun mulai menangis. Ia terisak, dan merangkul erat tubuh gadis itu.

_______________

Telah lewat 5 tahun sejak kejadian itu.

Gadis kecil itu telah berumur 14 tahun kini. Entah bagaimana, saat ia sadar esok harinya, ia telah berada di sebuah kamar mewah besar. Ia dipakaikan gaun cantik dan diberi pendidikan. Pelayan pun juga tak tau mengapa orang sepertinya bisa berada di sebuah istana. Satu-satunya hal yang ia dapat dari mereka hanyalah, sebuah rumor. Rumor yang mengatakan bahwa ia adalah seorang Putri yang dulu sempat menghilang.

Gadis itu berjalan di koridor sepi istana. Telah lama lah ia ingin bertemu dengan wanita yang membawanya, juga ingin bertemu dengan pemimpin kerajaan besar disana. Namun sayangnya, setiap kesempatan itu tak pernah dimilikinya. 

Sudah 1 tahun semenjak Pangeran naik tahta, salah satu orang yang mengizinkannya tinggal di Istana selama ini. 

Gadis itu berhenti di depan sebuah pintu ruangan, mengetuk pintu sekali sambil berujar dari luar.

"Yang Mulia, saya sudah datang."

Pintu itu didorong hingga terbuka, seorang pria terlihat membelakanginya, menghadap ke jendela besar yang menyediakan pemandangan taman belakang istana.

"..Aku dengar, kau dulu ditemukan di dalam hutan dekat perbatasan?"

"Benar, Yang Mulia."

"Lalu apa yang membuatmu pergi jauh ke dalam hutan yang mengerikan itu?"

"..Saat itu saya melihat anak perempuan berambut kuning seumuran saya, berlari kesana..lalu menghilang begitu saja."

Pria berambut cokelat itu berbalik badan menghadap gadis yang baru datang. Jika diperhatikan, cukup miriplah mereka untuk bisa disebut adik-kakak. 

"Aku akan pergi."

Gadis itu mengerutkan dahi sambil sedikit membuka mulutnya, "Anda...pergi?" Tanyanya.

Pria itu lalu tersenyum tipis dengan kedua mata menyipit.

"Wanita yang membawamu kesini pertama kali mengatakan sesuatu. Sebuah gerbang telah terbuka. Ada suatu hal yang ingin kupastikan,"

"..Tempat seperti itu pastilah berbahaya."

"Sepertinya, hal berbahaya sudah tak asing bagiku."

_____________


Anne terbangun, dia berada di sebuah kamar, mungkin masih di area hunian. Ia lalu meraba perutnya yang sempat bolong karena serangan dari anjing gila FUG kemarin. 

Gadis itu mendecak kesal sambil mengernyit tajam. Setelah ia menapakkan kaki di menara, ia selalu memimpikan hal yang sama dan itu membuatnya kesal.

Datang ke istana menyenangkan? Dia yang tak tau apa-apa dibawa dan dididik keras tanpa diperbolehkan menyentuh dunia luar. Ia tak memiliki identitas, ia hanya hidup menjadi orang lain yang bahkan tak ia kenal.

Nama itu-Adrianne-nama yang diberi oleh Raja nya yang telah hilang entah ke dunia mana.

Anne berusaha berdiri dari tempat tidurnya sambil berpegangan pada engsel kasur. Lututnya bergetar, perutnya pun terasa pedih, gadis itu pun mengernyit menahan sakitnya.

"Anne, kau sudah sadar?" Pria berambut biru masuk, lalu mendekat. Mendengarnya, Anne pun mendengus sambil memutar malas bola matanya. Tentu saja ia sudah bangun, kenapa masih bertanya lagi?

"Kau sudah pingsan 1 minggu. Bagaimana lukanya? masih sakit?"
Anne menggeleng untuk merespon pertanyaan dari Khun. Pria itu kini mengambil tangan Anne untuk membantunya berjalan keluar. 

"Kita akan mengikuti ujian lantai 35 beberapa hari lagi. Kita harus cepat sampai di stasiun selanjutnya."

Matanya membulat ketika mendengar itu. Astaga, kenapa selalu saja saat ia baru tersadar setelah pingsan, sudah disuruh untuk bersiap mengikuti ujiannya.

"Astaga..kau bercanda? Aku bahkan belum sempat makan dari minggu lalu karena turnamen palsu di kota neraka sialan itu."

____________

Beberapa hari setelah itu, mereka pun mengikuti ujiannya.

 Anne berdiri di posisi yang diatur oleh Khun, berkacak pinggang sambil melihat ke daratan rendah, karena ia sendiri kini berada di atas bukit. 

"Hah..Kenapa kita jadi tim yang bertahan? Bukankah peraturannya tidak adil bagi tim yang bertahan? kita akan menang jika berhasil bertahan selama 1 jam..itu lama sekali." Anne bergumam, dia kesal sendiri.

Tim penyerang terdiri dari 8 orang, dari tempat Rak berjaga sudah terdengar suara dentuman keras. Khun bilang dia berhasil menyingkirkan 2 anggota dari tim penyerang. Anne yang berdiri tadi, kini beranjak duduk bersila, memejamkan matanya sambil menunggu tim lawan mendekatinya.

"Hei! Kenapa kau malah tidur!" Teriakan Khun terdengar keras dari lighthouse di sebelah gadis berambut cokelat itu, namun ia tak menjawab dan masih menikmati aktivitasnya.

Jauh di keheningan yang ia buat, ia dapat mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Hei! Ada musuh mendekat! Ayo bangun!" Khun bersorak sambil menghantamkan lighthouse biru itu ke punggung gadis yang tengah asyik sendiri, namun Anne dengan perempatan imajiner di dahinya, berkata dengan tenang, "Diam dulu. Aku bisa merasakannya."

"Merasakan apa??!"

"Aku dapat mencium baunya.."

"BAU APAA?!"

"Bau tanah."

Dua orang regular keluar dari sebuah semak-semak belukar tinggi. Mereka mengayunkan claymore besar yang tertuju pada gadis berambut cokelat. 

Manik hijau yang tadi terpejam, kini terbuka bersamaan dengan delapan bang shinsu yang muncul di belakang lawannya. Mereka yang terlambat menyadari, kini telah terkapar terkena serangan oleh gadis berambut cokelat itu.

"Inilah.."
"Bau Tanah" Anne mengepalkan tinjunya ke atas lalu menatap langit-langit dengan khusyuk.

"....."

Masih tersisa 4 orang lagi. Khun bilang salah satunya menghilang tak tau kemana, karena tak bisa dideteksi oleh lighthousenya. Pemilik manik hijau itu segera berdiri, dan mulai mengawasi sekitarnya. Namun baru saja ia berdiri, sebuah ledakan besar terdengar dari daratan di bawah. Anne segera berjalan  ke tepi, seorang pemuda beramut hitam-kecokelatan terlihat memegangi dadanya dengan kesakitan.

"BAAM!"

Anne bersorak dari atas tebing, namun beberapa saat setelah itu, Baam yang tak merespon panggilannya kini ambruk ke tanah.

_____________

Mereka sudah menyelesaikan ujian di lantai 36, apapun yang terjadi, mereka tetap akan menaiki kereta nerakanya.

"Bagaimana cara kita sampai lebih dulu sebelum keretanya?" Tanya Anne. Khun pun menjawab tanpa menoleh pada gadis itu, "Kau akan tau begitu sampai disana nanti."

Saat ingin keluar kamar dimana Baam dirawat, seorang pria paruh baya tiba-tiba masuk begitu saja dari pintu, "Astaga..murid imutku selalu tertidur saat aku mengunjunginya."

"Tuan Jinsung Ha? Kenapa anda disini?" Sahut Prince yang terkejut akan kedatangannya. Mendengar itu sontak membuat pemuda berambut biru mendelik, ia pun berbalik menghadap pria itu.

"J-JINSUNG HA? Apa yang membuat orang posisi tinggi seperti mu..ada disini?" Khun gelagapan begitu mendengar namanya. Anne yang tak tahu apa-apa lalu melirik mereka bergantian.

"Hmm..Kau pasti anak dari Khun bukan? Kalian serupa. Tenang saja, nak. aku tak lagi membunuh 10 keluarga agung seperti dulu lagi." Jinsung lalu kembali berjalan mendekati Baam, melihatnya yang masih tak sadarkan diri. 

"Jika FUG memiliki rencana untuk menaiki kereta neraka..Ada satu orang yang terpikirkan oleh ku. Dia benar-benar berbahaya, sebaiknya kalian tak usah menaiki kereta itu. Kondisi kalian saat ini tak bagus..Begitu juga dengan Viole-

Seperti tau akan kedatangan gurunya, Baam tiba-tiba bangun dan langsung berdiri begitu siuman, "Aku akan tetap menaikinya, Guru!!"

"Tidak untuk kali ini, Viole. Aku akan izinkan jika kau sudah bisa mengalahkan aku nanti."

____________

Mereka di kapal layang kini, Jinsung Ha sama sekali tak memperbolehkan mereka untuk menaiki keretanya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Anne menghempaskan tubuhnya di kasur.
Rak pun berniat keluar, mencari Jinsung Ha untuk menantangnya. Namun Khun mengusul, membuat langkah buaya kecil itu terhenti.

"Aku punya rencana."

Mereka berempat kini keluar. Mencari Jinsung Ha yang sedang menelepon dengan pocketnya sambil melihat ke luar. Baam mendekat sambil mengepalkan tangannya dan berkata pada pria itu.

"Guru, aku akan pergi."

Jinsung yang lagi asyik-asyiknya menelepon itu kini geram, permennya pecah karena digigit. Jinsung berbalik lalu berjalan mendekat kearah mereka, "Maksudmu, kau akan tetap pergi meski harus melawanku? Tolong bilang itu hanya bercanda, Viole."

"D-dia mendekat, Khun." Bisik Baam yang tampaknya juga takut.

"Jangan cemas..Ayo kita lakukan.."

"1..

"2..

"3!"

Mereka pun lari menjauh.

"Ini memalukan, tapi apa boleh buat!" Anne bersorak, sambil lari paling cepat.

Jinsung sempat termangu melihat mereka, tapi tak semudah itu, Jinsung dengan cepat menutup jalan kabur mereka. 

"Buaya! Kami butuh bantuan mu!" Anne kini menoleh ke arah Rak. Rak yang terlihat gemetar pun membuka mulut, "Cih..sudah kuduga! kalian ini cuma kura-kura tak berguna tanpa aku, sang pemimpin!"

Hendak melangkah dengan mantap dan penuh percaya diri, namun sayangnya Rak dicekik dengan mudah oleh pria itu. Disaat Jinsung sibuk dengan Rak, Anne pun melesat cepat ke arah pria itu.

Pedang vowed element slicer nya ditarik dan langsung diayunkan pada pria itu. Jinsung yang sempat kaget kini melempar Rak sambil melompat menjauh. Gadis berambut cokelat itu memegang pedangnya dengan kedua tangan, lalu mengaktifkan senjata pemantik itu.

Shinsu terserap ke pedangnya yang perlahan berubah menjadi warna ungu. Setiap percikannya terlihat dari bilah tajam. Anne tersenyum sambil memamerkan pedang barunya.

Beberapa kali ayunan diberikan, gadis berambut cokelat itu memanfaatkan kelincahan tubuhnya untuk mencari kesempatan menyerang pria tua yang jadi lawannya.

Saat Jinsung melompat ke belakang untuk menjauh, Anne mengarahkan tangan diikuti dengan beberapa bang shinsu yang langsung mengejar Jinsung. Sengatan pedih terasa di pergelangan tangannya. Manik hijau terbuka saat teringat akan pantangan yang dimiliki oleh senjata baru itu.

"..Tidak dianjurkan bagi orang yang memiliki tipe shinsu air,"

Jinsung Ha yang selamat dari kejaran shinsu Anne, berkata dari tempatnya. Pria itu merogoh saku dan mengeluarkan sebuah permen tangkai. Hal itu membuat Anne melirik tajam karena merasa direndahkan.

"Aku kan tinggal menahan sengatan listriknya!"

*Duash*

Satu tebasan membuat dinding kapal layangnya remuk. Jinsung yang hanya memiringkan kepala sedikit, kini melirik pelan.

"Senjata yang memiliki daya hancur besar, tapi sulit dikendalikan. Jika diaktifkan, hanya memperburuk arah serangan. Sebenarnya kenapa kau membeli senjata tak berguna seperti itu?"

Anne mengatupkan gigi dengan kesal. Ia mengangkat satu telapak tangannya dan membuat 5 bang shinsu di belakang Jinsung yang langsung menyadarinya.

[ Anne style : Angel snare rotation ]

3 bang shinsu berotasi dan membuat serangan seperti bor, mengikuti arah lawannya pergi. Jinsung hanya menatap dengan hati-hati, ia mencoba terbang mengelak sampai akhirnya 2 bang shinsu lainnya muncul dari atas menjebak pergerakannya. 

*DUASH*

Asap mengepul keluar, manik hijau terbuka lebar saat mengetahui lawannya masih berdiri. Jinsung disana masih baik-baik saja dengan kedua tangan mengarah ke depan, sehabis menahan serangan. Tak ada lecet di tubuhnya, hanya sobekan pada lengan kemeja.

Sengatan kembali terasa, kali ini lebih pedih dari sebelumnya. Pedang yang digenggam itu reflek dijatuhkan. Kini di telapak tangannya, terlihat sebuah gumpalan ungu gelap yang perlahan menyebar ke jari-jarinya. 

'Padahal belum 30 menit setelah aku mengaktifkan senjata itu, tapi ia sudah mulai menggerogotiku?'

Saat ia lengah, Jinsung datang meraih kerah bajunya untuk dilempar ke dinding ujung.

"AKU TAK INGIN MELUKAI SEORANG GADIS!" Seru pria itu setelah melempar lawannya.

"Viole! Kembalilah! Sekeras apapun usahamu, aku takkan membiarkanmu. Kalau kata-kata tak bisa menghentikan mu, akan ku gunakan tenagaku."

*Bledum*Swushhh*

Itu teleportasi lighthouse. Khun berhasil memindahkan Jinsung keluar, dan menggunakan kapal yang dipakai mereka untuk pergi ke area tengah di lantai berikutnya.

_________
___________

Continue Reading

You'll Also Like

360K 4K 82
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
40K 2.6K 11
ยซJika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nyaยป Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru ๐Ÿ”ž
93.7K 10.5K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
73.2K 6.9K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...