๐—ง๐—ข๐—š ยป Something Lost : Arr...

Par ElisaVertgi_

32.3K 7.4K 2.3K

Terpilih sebagai seorang Irregular. Datang tanpa mengetahui apa-apa, namun diminta untuk menguak segalanya. I... Plus

๐—ฃ๐—ฟ๐—ผ๐—น๐—ผ๐—ด
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ 2
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—บ
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ผ๐—น๐—ผ๐˜€ K๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ-๐—ธ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—จ๐—ท๐—ถ๐—ฎ๐—ป A๐—ฑ๐—บ๐—ถ๐—ป๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฟ๐—ฎ๐˜๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ฒ๐—ฟ๐—ธ๐˜‚๐—ฎ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—œ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป M๐—ฎ๐˜€๐—ฎ L๐—ฎ๐—นu
โฅ๏ธŽ๐—œ๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ฎ P๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—”๐˜„๐—ฎ๐—น P๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—ธ๐—ฒ๐˜ ๐—ธ๐—ฒ A๐—ฟ๐—ฐ๐—ต๐—ถ๐—บ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฒ๐˜€
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป Be๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฒ๐—น!
โฅ๏ธŽ๐—๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—บ ๐—ฝ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐˜๐—ฎ๐—ป k๐—ฎ๐—ฟ๐—ฐ๐—ถ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐— ๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐—ถ
โฅ๏ธŽ๐——๐—ถ๐—ฎ, ๐—›๐—ผ๐—ฎ๐—พ๐—ถ๐—ป!
โฅ๏ธŽ๐—ฅ๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ฒ t๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐˜‚๐—ป ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฒ ๐—ต๐˜‚๐—ป๐˜
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—บ๐˜‚ ๐—ฃ๐—ผ๐—ฒ B๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐˜‚ G๐˜‚๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด!
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐—ฎ๐—ต k๐—ฎ๐˜€๐˜๐—ถ๐—น t๐˜‚๐—ฎ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ต๐—ฒ h๐—ถ๐—ฑ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป f๐—น๐—ผ๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ต๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽTakdir apa?
โฅ๏ธŽPengkhianat?

โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—ป!

1.2K 313 93
Par ElisaVertgi_

•|•|•

Mereka menginap beberapa hari di resort, terdapat banyak orang disana. Semua berbincang-bincang dan berkenalan. Khun, Baam, dan Rak sudah tidur. Mungkin karena terlalu lelah setelah ujian tadi.

Anne keluar setelah selesai membuat secangkir coklat panas, hendak melihat-lihat resort mewah itu.

"Anne! Kau mau ikut minum dengan kami?" Sorak Shibisu sambil mengangkat gelas bir nya. Di tempatnya, terdapat Prince, Nobic, dan juga Arkraptor yang ikut berbincang.

"Boleh tuh!"

Anne yang baru saja duduk, lalu menyeruput coklat panasnya. Shibisu pun melirik, "Kau ini!! malah minum coklat panas?!" Shibisu mendecak sambil menggelengkan kepalanya tak menyangka.

"Lah tadi kan ngajak minum."

__________
__________

Anne baru saja siap mandi, kini dia keluar kamar setelah mengganti baju.
Dilangkahkan kakinya menuju dapur, ya, tentu saja untuk mencari susu kotak.

Minuman praktis kesukaannya, bahkan ia selalu menyediakan 3 kardus untuk dibawa sepanjang perjalanan. Pagi ini ia hendak mengambil beberapa untuk diminum sambil memanja mata melihat pemandangan. Namun, hari itu, pagi itu, mata hijau nya terbuka lebar sambil sedikit bergetar.

"ORANG MANA YANG BERANI MENCURI SUSU KOTAK KESUKAANKU?!"

Anne teriak, matanya aktif menerawang sekeliling hingga pandangan nya terpaku pada seorang laki-laki bersurai biru, menatapnya tanpa dosa sambil menyeruput sebuah minuman kotak yang terlihat familiar.

*Srurrpp*

"KHUN RANNN!!!!"

Anne mendekat, ia mencengkeram bahu dan menguncang-nguncang tubuh Ran yang lebih kecil darinya.

"Siapa kau, hah? Kau kah yang menguasai menara ini?" Anne melontarkan pertanyaan aneh dan tak sadar bahwa air matanya tergenang begitu saja.

"Ada apa ini?"

Satu lagi orang bersurai biru muncul, ia datang tanpa menoleh, masih fokus menggunakan headphone dan memainkan console game di tangannya.

"...Siapa lagi ini." Anne mengernyit, dia belum pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Laki laki itu melepaskan headphone nya, dan melirik sambil tersenyum tipis.

"Ah, jadi kau..kekasihnya saudaraku?"

"Saudara? siapa..AH, JANGAN-JANGAN?!"

"Ya, Aku Khun. Khun Hatzling."

Mata Anne melebar, kini dia melirik Ran dan Hatzling bergantian. Benar juga, mereka cukup mirip, terutama warna rambut dan bagian mata mereka.

"Ah- ku rasa aku salah masuk resort ya. Ini pasti resort milik keluarga Khun."

Anne berbalik, baru saja ingin berjalan, namun tubuhnya terhempas karena menabrak seseorang. Diliriknya orang yang baru saja menabraknya, dan seorang laki laki berambut biru lainnya menampakkan diri.

"Khun-!!" Panggil Anne tanpa sadar. Pria yang dipanggil itu kini mengulurkan tangannya, membantu Anne untuk berdiri.

"Kenapa berisik di sini?" Khun kini melirik dua saudara nya, terutama Ran yang masih memegang susu kotak yang sudah kosong di tangannya.

Hatzling terkekeh lambat dan berjalan mendekat pada Khun, "Ini, pergi beli saja nanti sama pacarmu." Hatzling mengeluarkan kartunya lalu menyodorkan nya ke Khun. Khun pun menatap sensi sambil merampas kartu itu dengan cepat.

"Anne, ayo kita pergi."

"Aku mau, tapi malas keluar."

Anne berbalik berniat menjenguk Wangnan yang terluka parah sejak kemarin, ia berjalan melewati ruangan tengah yang dipenuhi oleh anggota yang sedang asyik bermain kartu. Hatz baru saja mengajaknya, namun Anne menolak dan meraih gagang pintu kamar Wangnan.

Pintu terbuka, Anne pun masuk ke dalam. Gadis tinggi itu berdiri dengan kedua tangan di saku coat coklat muda miliknya, menatap pria bersurai oranye yang terbaring di atas ranjang. Namun masalah utama mengapa ia hanya diam saja, itu karena disana juga terdapat seseorang selain dirinya.

"Kamu juga disini, ya," Ujar Anne tanpa melirik, Ehwa pun lalu tertawa ciut, "Begitulah." Jawabnya canggung.

"Hmm..Aku kemari karena ingin balas budi karena ia sudah merawatku saat tak sadarkan diri di pertarungan bengkel kemarin. Tapi sepertinya..."

"TIDAKKKK!"

Wangnan bersorak dengan keras, membuat Ehwa dan Anne menoleh kearahnya bersamaan. Pria yang tiba-tiba berteriak itu kini terlihat memegangi kepalanya, lalu menoleh pada dua orang gadis di kamar nya

"Aku lapar. Berikan aku makanan, tapi bukan masakan Ehwa."

*Blam*

Anne keluar dari kamar Wangnan setelah ia meminta makanan. Gadis berambut coklat ikal itu menghampiri sekumpulan orang yang sedang main kartu di ruang tengah, Hatz bergeser sedikit untuk menyediakan tempat duduk, namun baru saja bersentuhan dengan sofa empuk itu, kerah coat nya ditarik begitu saja oleh seseorang dari belakang.

"Bajingan mana yang berani..?!" Anne mengumpat kesal dan bungkam seketika begitu melihat orang yang menyeretnya keluar.

Sesampainya di halaman, pria berambut biru yang diikat pendek itu lalu melepaskan cengkeramannya. Dia sedikit menunduk, menyamakan perbedaan tinggi dengan gadis yang baru saja ia lepaskan.

Khun lalu menunjuk ke tengah-tengah jalan, dimana orang-orang terlihat berlalu lalang, "Apa?" Anne ikut menyipitkan matanya melihat kerumunan orang itu. Khun yang melihatnya lalu menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu!"

Khun merangkul Anne lebih dekat, membuat sisi samping wajah mereka sedikit bersentuhan.

"WOH! ENDORSI!...terus kenapa dengannya?" Tanya Anne yang masih kebingungan.

Kesal, si pemuda berambut biru pun mendecak. Menyuruh temannya kembali memerhatikan mereka. Seperti yang diminta, Anne dengan setengah hati kembali melihat kearah sana. Benar saja..beberapa saat kemudian Baam muncul mendatangi Endorsi. Mereka berbicara, lalu pergi.

Khun dan Anne yang melihatnya mulai risih, bagaimana tidak? kini di punggung mereka terdapat 2 orang yang sedang menyandarkan seluruh beban tubuhnya kepada mereka.

"Turun sebelum aku melempar kalian."

"Kami ini hanya memonitor!" Ucap Ehwa dan diikuti Prince yang menambahkan, "Aku juga mau kencan dengan putri Zahard!!"

"Kura-kura mata besar itu mencoba membawa kura-kura hitam! lakukan sesuatu!" Kali ini Rak bersorak.

"Menyedihkan,"

Khun menggeleng resah dan menarik tangan Anne untuk menjauhi mereka. Sampai di sebuah kafe di distrik perbelanjaan, laki laki itu membuka pintu dan menuntun masuk hingga sampai di sebuah meja yang sudah ditempati dua orang sebelum mereka.

Seorang pria berbadan besar dari keluarga cabang 'Ha', dengan si kecil dari keluarga 'Khun' tengah duduk sambil menyantapi makanan mereka. Hal itu membuat si gadis berambut coklat ikal yang baru datang pun merasa kesal.

"SI PENDEK INI, KAPAN KAU AKAN MENGGANTI SUSU KOTAK KU HAH??"

"Hei, tenanglah. Kita beli 10 kardus nanti." Ucap Khun sambil melihatkan kartu Hatzling yang tampak bersinar. Anne yang tak mampu berkata-kata kini hanya menurut, dan menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan mereka, "Bagaimana Khun? Apa kita sekarang akan setim dengan mereka?" Nobic bertanya.

"Kurasa begitu...Ini bukan seperti yang aku perkirakan. Tapi karena beberapa anggota tim lama kita berkhianat.."

"Itu bukan salahmu, Khun."

"Tidak, Itu salahku. Karena itulah kita tak boleh membiarkan semua berakhir seperti ini. Jadi..Kumohon jadilah tim cadangan kami."

"Tim cadangan?"

"Kami akan membagi timnya jadi 2, sementara itu kita akan bertukar anggota dan informasi jika diperlukan. Menemukan Rachel dan rekan-rekannya, juga.. mengeliminasi mereka. Untuk sementara Nobic akan jadi pemimpinnya."

"Ah, Itu tawaran yang menarik, Tapi..siapa anggota lainnya?"

Beberapa orang entah mengapa memasuki kafe di waktu yang tepat, ikut duduk dan berbincang bersama mereka.

"Oh iya..dimana Viole?" Tanya Nobic setelah membahas kesepakatan yang panjang lebar. Khun meletakkan minumannya, kemudian menjawab, "Aku tak lagi mengintainya, selama Endorsi tak gegabah dan membuat masalah."

"Kencan bersama Putri Zahard..Dia luarbiasa sekali mau melakukannya." Kagum Nobic sambil sedikit tertawa saat melirik Khun yang memasang tampang heran.

"Apa kau juga mau pergi?"

"Pergi? kemana?"

Nobic menghela nafas kasar seraya menggaruk-garuk lehernya.
"Kencan." Jawabnya.

Anne yang sedang meminum minuman yang dipesannya tadi, tersedak sambil memukul-mukul dadanya. Sedangkan Khun hanya diam menatap lurus ke arah Nobic. Anne mengalihkan wajahnya yang tak terasa telah memerah, Ia pun kemudian membatin dalam hati.

'A..aku tidak tau kalau Khun dan Nobic memiliki hubungan seperti itu!'

Ran yang sedari tadi menyimak percakapan Nobic dan Khun, kini menoleh pada Anne yang tertawa cengegesan bak orang gila. Laki laki berambut biru ikal itu pun dibuat menyipitkan mata.

Nobic dan Khun yang sedari tadi diam dalam tatapan penuh arti, kini dipecahkan oleh helaan nafas panjang si pemuda berambut biru. Ia menoleh pada gadis di sampingnya yang entah kenapa tertawa sebelum ia sempat berbicara.

"..Apa yang kau tertawakan?"

Anne kini menoleh. Nobic terlihat berbinar-binar layaknya melihat pasangan idolanya. Hal itu justru membuat Anne tak dapat mengendalikan mimik wajahnya.

"Aku mengerti, aku mengerti. Aku akan pulang, kau dan Nobic boleh pergi bersenang senang dengan kartu nya, aku takkan melapor ke Hatzling, kok!" Kekeh Anne sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"...Kenapa dengan Nobic?"

"Iya! aku paham kok! pergilah bersenang-senang!"

Gadis berambut coklat itu beranjak pergi dan meninggalkan Khun dan Nobic yang saling melirik. Keringat bergulir dari wajahnya, Nobic pun mengalihkan mata.

"Sepertinya Anne salah paham tentang sesuatu."

Anne berjalan di luar setelah meninggalkan kafe yang dikunjunginya tadi. Wajahnya menatap ke langit yang cerah, dan kemudian mengepalkan tangan dengan khidmat.

"Aku benar-benar peka. Jarang sekali ada teman sebaik diriku ini."

Gadis berambut coklat itu meneruskan perjalanannya, singgah ke beberapa tempat untuk membeli baju atau pun perlengkapan baru.

Di sebuah toko senjata, ia pun berhenti untuk melihat-lihat.

Biasanya senjata dengan ranking tinggi seperti rank B+, A, dan ranking atas lain, tidak dijual di tempat umum. Tapi tak jarang juga senjata ranking bawah yang cukup berguna dijual disana.

Anne membaca label deskripsi senjata, dan menimbang-nimbang satu senjata untuk ia beli.

"Wah, wah! ada pelanggan! kira-kira kriteria senjata seperti apa yang anda inginkan? saya bisa carikan yang sesuai!"

Anne melirik dari ujung mata pada pelayan yang berdiri di belakangnya. Gadis itu berbalik, kemudian menopang dagu sambil sedikit memicingkan mata.

"Mungkin..senjata yang bisa digunakan untuk pertarungan jarak dekat..dan praktis ketika dibawa?"

"Oh! Jadi anda seorang petarung jarak dekat? Seharusnya saya tau dari pedang yang anda bawa, hoho!"

"Yah, aku tak pernah mencoba melempar tombak atau menembak busur, sih. Aku hanya bisa melempar shinsu."

"Hoho! Jadi anda seorang fisherman sejati, saya punya beberapa senjata pilihan ranking menengah keatas."

Pelayan itu membuka tangannya, dan cahaya biru pun muncul menampakkan beberapa gambar dari senjata yang dijual. Anne mendekat untuk menggulir layar, dan membaca deskripsi yang tersedia di setiap info senjata. Tak ada yang benar-benar ia cari, sampai sebuah pedang antik dengan warna merah keemasan muncul.

[ Vowed Element Slicer | Rank B- | Desc ->> Senjata pemantik, mengalirkan petir ketika diaktifkan. Serangan biasa memiliki daya hancur yang besar, namun sulit dikendalikan. Hanya dapat diaktifkan selama 30 menit, karena kekuatannya cenderung memakan jiwa pengguna. Tidak disarankan untuk pengguna shinsu air. ]

Anne tersenyum saat membaca isi deskripsi pedang itu, terlebih lagi, warnanya merupakan warna yang ia suka. Gadis itu menaikkan tangan kemudian meraba udara lepas, pocket langka miliknya pun muncul disana.

"Aku mau ini, berapa harganya?"

Pelayan itu menatap heran.

"Yang ini? Saya bisa mencarikan senjata ranking atas yang lebih bagus-

"Yang ini."

"Ah- Baiklah. Harganya 10 juta point. Biar saya siapkan barangnya."

Pelayan itu pergi dengan wajah bingung. Bagaimana tidak? Dari sekian banyak ranking atas, Anne justru membeli senjata biasa yang hanya ranking B-.

Sementara barangnya dikemas, Anne menyandar ke sebuah lemari kaca tembus pandang, sambil melihat televisi besar di toko itu.

Dari jauh, terlihat seorang pria datang menghampiri. Ia berpakaian rapi, rambut coklat ikal nya menambah nilai ketampanan. Pria kelas atas itu berhenti di depan Anne yang terlihat menatap kaget akan kehadirannya. Alisnya menyatu, dahinya sedikit berkerut. Bak baru saja melihat penampakan.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau mengenalku?"

Pria itu bertanya dengan tenang, dihiasi dengan senyum tipis yang terasa misterius. Sontak Anne yang ditanya pun tertegun.

"Ah- Maaf, aku tidak mengenalmu."

Pria itu mengalihkan pandangan ke bawah, yang diikuti oleh lirikan Anne. Berakhir di sebuah pedang yang tergantung di pinggangnya.

"Pedang itu bagus. Jika mau kau jual, aku akan membelinya."

Reflek menyentuh pedangnya. Anne kaget akan tawaran yang diusulkan.

"Pedang ini sudah usang, hanya pedang biasa tanpa kekuatan khusus."

Pria itu menaikkan satu alisnya sambil tersenyum, seakan-akan menertawakan kata-kata yang diucapkan Anne barusan.

"Aku menawar 600 juta untuk pedang mu?"

Gadis berambut cokelat itu menghela nafas, biasanya ia akan berbicara kasar ketika seseorang mendesaknya seperti ini. Tapi entah kenapa kini ia tak bisa.

"Tuan, sepertinya anda tidak mengerti..pedang ini tak kujual, pedang ini..benda berharga bagiku."

Pria itu termangu sejenak. Kemudian mengangguk mengerti sambil memanggil beberapa pelayan toko. "Baiklah, tapi izinkan aku membuktikan bahwa pengamatanku tak salah tentang ranking pedangmu. Kau juga penasaran, bukan?"

Manik hijau menyipit saat menatap sensi, ia tak bisa menolak permintaan pria itu karena beberapa pelayan sudah terlanjur menghampiri mereka. Walau begitu, Anne sendiri sebenarnya juga penasaran kenapa pria itu bersiteguh ingin membeli pedangnya.

Pedang bewarnakan emas itu dilepaskan dari tali pinggang di baju nya. Anne mengenggam lama karena sedikit enggan memberikannya.

Pedang itu kini dimasukkan ke lemari tembus pandang yang sempat dijadikan tempat menyandar oleh Anne tadinya. Beberapa sinar biru aktif, menerawang permukaan pedang itu. Sedangkan di sebuah tabel, kalimat-kalimat terus bertukar, menyusun kata yang tepat untuk dekskripsi pedang usang yang tengah di identifikasi.

"Pedang itu..dari dunia luar, bukan?"

"Apa?"

*Ting*

[ ??? | Rank S | Desc ->> Not found ]

Manik hijau terbuka lebar, Anne termangu menatap layar. Anne segera menoleh ke samping untuk melihat pria tadi, namun jejak tak ditemukan. Gadis itu menatap lurus ke depan, sebuah punggung terlihat berjalan semakin menjauh, sebelum menghilang di antara kerumunan orang-orang yang baru datang.

Anne merampas pedang nya dan mengambil pedang yang baru ia beli. Baru saja melangkah keluar, beberapa orang langsung menghadang.

"Tolong jual pedangmu kepadaku!!"

"Aku akan membeli seharga 300 juta!"

"Sebenarnya darimana kau mendapatkan pedang itu? Tolong beritahu aku!"

Anne mengernyit kesal, gadis tinggi itu mengenggam kuat kedua pedangnya. Diantara mereka yang kini mengerubungi, tak lain ialah para ranker atau kolektor kaya.

Anne memfokuskan shinsu pada kaki, sejenak ia kehilangan keseimbangan namun dengan cepat bisa mengendalikan diri saat melayang di udara.

Ia terbang tinggi hingga dapat melihat seluruh distrik perbelanjaan. Satu-satunya orang yang ia cari tak lain adalah pria berambut coklat ikal yang pertama kali menawar pedangnya.

"Sial, dimana dia? Kenapa tak terlihat dimanapun??!"

__________

Anne berjalan di ujung balai kota, menghindari titik tengah dimana ia diincar oleh kolektor tadi.

Gadis berambut coklat itu menundukkan kepala, menatap jalan. Ia mendesis sebal karena gagal bertemu dengan pria misterius tadi.

"Dia mengatakan apa sih, tadi? Apa jangan-jangan telinga ku mulai bermasalah?"

"ANNE!"

Suara familiar datang memanggil namanya. Gadis berambut coklat itu berbalik badan, seorang pria bersurai biru terlihat terengah-engah sehabis berlari. Wajahnya memerah dan banjir keringat.

"Khun? Kenapa kau.."

"Kenapa kau meninggalkanku dengan Nobic??!"

"Ah, jadi kau malu, ya? Seharusnya bilang kalau ingin ditemani."

Khun hanya menghela nafas, lelah jiwa raga meladeni gadis manis berambut coklat-kemerahan itu.

"...Kita mau beli susu kotak, ingat?"

"Padahal aku sudah bilang titip ketika kau pergi dengan Nobic tadi. Kau ngapain saja sampai lupa membelinya?"

"DARITADI AKU MENCARIMU, BODOH!"

Anne sedikit terkesiap karena nada bicara Khun yang sedikit keras, membuat beberapa orang melirik pada mereka. Pria bersurai biru itu mengusap gusar wajahnya yang memerah karena gadis berambut coklat yang tidak peka.

Mereka kini jalan, menelusuri semua tempat-tempat disana. Mencari susu kotak lalu membelinya beberapa kardus. Khun yang melihat sisa uang di kartu itu sangat banyak, kini mengajak Anne untuk pergi ke taman hiburan dimana banyak terdapat permainan disana.

"Aku ke toilet sebentar." Khun menitipkan barangnya lalu pergi meninggalkan Anne.

Anne melihat sekelilingnya, pandangannya terpaku pada kapas bewarna pink yang dibeli orang-orang.

Dia lalu menunduk kebawah, menghentakkan ujung jari kakinya pelan beberapa kali sambil menunggu Khun.

*Blep*

Gadis itu terkejut, tiba-tiba tekstur lembut menyentuh pipinya, ia pun lalu menengadahkan kepalanya. Melirik orang di sampingnya itu yang kini tersenyum sambil menyodorkan sebuah permen kapas.

"Kenapa orang-orang memakan ini?" Tanya Anne sambil mengambil Kapas bewarna merah muda itu.

"Ini permen kapas..kau belum pernah melihatnya?" Tanya Khun dengan tampang sedikit bingung.

"Di dunia ku dulu tak ada permen seperti ini." Balas Anne sambil mengamati permen kapas di tangannya itu.

"Kurasa waktu terpaut sangat jauh di duniaku dulu. Zaman kerajaan tak ada teknologi mewah seperti di menara ini."

"Jadi, Bagaimana rasanya berada di masa depan? Apa kau suka?" Tanyanya. Anne kala itu pun tersenyum dengan kedua mata menyipit, "Tidak buruk."

Sesampainya di resort, mereka membuka pintu, Khun mengeluarkan kardus-kardusnya dari lighthouse dan memindahkannya ke meja di dapur.

Hatzling datang sambil berlari-lari kecil ke arah mereka, melihat susu kotaknya lalu menghelakan nafas lega.

"Huftt..Hanya 3 kardus ya. Mana kartuku?"

Khun lalu mengeluarkan kartu Hatzling, menyerahkannya ke pemilik.

Anne menoleh pada Hatzling sambil tersenyum tipis, "Hatzling-Oppa! Lain kali traktir aku lagi, ya!"

Sebuah bunyi retakan batin terdengar. Wajah Hatzling terlihat merah semu di samping wajah Khun yang pucat sambil melongo.

"..Oppa?" Khun mengulang ucapan Anne yang terdengar janggal.

_________
___________

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

43.9K 3.7K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
61.4K 7.3K 21
Ibarat masuk isekai ala-ala series anime yang sering ia tonton. Cleaire Cornelian tercengang sendiri ketika ia memasuki dunia baru 'Cry Or Better Yet...
1M 83.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
456K 46K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...