Setelah Mendung

Por highpororo

62.8K 5.2K 256

Rheva bertemu dengan Rega ketika ia mulai menata kembali hatinya yang hancur karena dikhianati oleh tunangann... Más

Prolog
Gadis Berkebaya Biru
Dugaan yang Menjadi Fakta
Sebuah Kebetulan
Meet His Family
Pindah Rumah
Can I Call You Tonight?
Getting Closer
And Our Story Begin From Here
Being Rega's Girlfriend
First Date, But...
Menyimpan
I Love Her
Happiness
My Queen, Rheva Agatha Pratama
Be Gentle
Duel

Bad Day

2.7K 238 31
Por highpororo

Rheva melangkah dengan anggun pagi ini di lobby kantornya. Penampilannya hari ini tampak cantik, memakai blouse berwarna peach yang ia padukan dengan pencil skirt berwarna putih. Tak lupa juga rambutnya yang bergelombang tampak tergerai rapih serta heels yang ia pakai.

"Mbak Rheva!" panggil sebuah suara yang membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

Pandangan Rheva tertuju pada meja receptionist. Ia kemudian melangkah menghampiri meja receptionist. Lalu tersenyum pada sang pemilik suara yang memanggil namanya.

"Ya, Rin?" ucap Rheva. "Ada barang atau paket atas nama saya?" tanyanya.

Arin, receptionist yang sudah mengenal Rheva tersenyum dan mengangguk. Ia lalu meraih bucket bunga berisi mawar putih di meja dan menyodorkannya pada Rheva.

"Ada kiriman bunga untuk Mbak Rheva." jawab Arin. "Dari pacarnya, ya, Mbak?"

Wah! Mas Rega pasti yang kirim, nih. Batin Rheva.

Mata Rheva tertuju pada bucket bunga tersebut dengan senyum yang mengembang. "Ada nama pengirimnya dari siapa nggak, Rin?"

"Ehmm... nggak ada sih, Mbak. Tadi yang antar sih kurir. Mungkin Mbak Rheva bisa tahu dari kartu yang ada di bunga itu." ucap Arin.

Rheva mengalihkan pandangannya, menatap Arin. "Oke deh, saya ke atas dulu ya, Rin. Makasih." sahutnya diiringi senyuman.

Sambil melangkah menuju lift, Rheva masih memperhatikan bucket bunga yang ia bawa. Terselip sebuah kartu berwarna rose gold yang langsung Rheva ambil dan membaca isinya.

Hi, babe.

Aku harap kamu masih suka dengan bunga ini. Oh, aku juga yakin 100% kalau kamu ngiranya ini dari pacar kamu. Nggak perlu aku perjelas kan, aku ini siapa?

Regards,
Kemal.

Senyum di wajah Rheva luruh begitu saja ketika melihat nama yang tercantum di kartu tersebut. Rheva mendengus pelan, lalu melangkah menuju tempat sampah yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini. Namun baru beberapa langkah, mata Rheva tertuju pada sosok pengirim bunga yang ia bawa saat ini. Ya, Kemal berdiri tak jauh darinya.

Hal itu jelas membuat Rheva terkejut. Jelas terkejut, ada urusan apa Kemal pagi-pagi begini sudah berada di kantornya? Namun gadis itu masih bisa bersikap seolah-olah tak peduli dengan Kemal dan tetap melangkah menuju tempat sampah. Membuat laki-laki itu melangkah mendekatinya.

"Hai. Gimana, kamu suka bunganya?" tanya Kemal dengan senyuman.

Rheva mendengus pelan dan tersenyum miring. "In your dream." jawabnya seraya membuang bucket bunga tersebut kedalam tempat sampah, lalu memutar tubuhnya sebelum akhirnya Rheva melangkah anggun dengan heels-nya untuk meninggalkan Kemal.

Sebelum benar-benar jarak mereka semakin menjauh, Rheva menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh.

"Oh ya, jangan harap gue takut sama lo. Lakuin aja apapun yang lo mau lakuin untuk menghancurkan hubungan gue dan Mas Rega. Tapi jangan harap, gue bisa kembali lagi ke pelukan lo yang jelas-jelas udah mengkhianati gue dengan cara selingkuh. Jadi, jangan jadi pecundang untuk kedua kalinya hanya karena lo menghancurkan hubungan orang lain." ucap Rheva lalu kembali melajutkan langkahnya menuju lift.

Kemal yang mendengarnya langsung menahan rasa kekesalannya. Sementara itu Rheva yang sudah berada di dalam lift  langsung memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdetak kencang setelah menghadapi Kemal tadi. Gadis itu mengatur napasnya yang tak beraturan sebisa mungkin agar kembali tenang. Walaupun harus menyenderkan tubuhnya di dalam lift.

Sial, pagi-pagi udah bikin gue jantungan aja! Dasar mantan menyebalkan!

Ketika Rheva sampai di ruangannya, Savina yang baru saja keluar dari pantry menyapa Rheva dengan ramah.

"Eh, Mbak Rhe baru dateng. Pagi-pagi mukanya udah jutek aja, Mbak." sapa Savina saat melihat Rheva baru saja duduk di kursinya.

Rheva menggelengkan kepalannya. "Biasa Sav, kena serangan jantung mendadak pagi-pagi. Bikin pusing." sahutnya asal.

Savina tampak terkejut. "Hah? Mbak Rhe serangan jantung mendadak? Nggak apa-apa, kan, Mbak?" tanyanya serius.

Gadis itu menghela napasnya kasar dan menatap Savina dengan senyuman. "Sav, saya nggak serangan jantung mendadak beneran. Bercanda. Kalau beneran, saya nggak ada di kantor sekarang, tapi ada di UGD. Duh." ujarnya lalu menepuk keningnya.

Cengiran Savina terlihat jelas. "Hehehe... maaf Mbak, maklum masih pagi habis kena macet-macetan jadi rada nggak nyambung."

"Udah lah, lupain aja Sav." sahut Rheva lalu merapikan map-map yang ada di meja kubikelnya.

"Mbak Rhe," panggil Savina.

Rheva menoleh. "Kenapa, Sav?"

"Mau ingetin, satu jam lagi kita ada meeting. Semangat, Mbak!" ucap Savina.

Oh my, meeting! Bisa-bisanya gue lupa kalau pagi ini ada meeting. Batin Rheva merutuki dirinya.

***

Rheva melirik jam tangannya sejenak sebelum ia bersiap-siap untuk pindah ke ruang meeting bersama dengan divisi-nya.

"Rheva," panggil sebuah suara yang membuat Rheva memalingkan pandangannya ke arah pintu masuk ruangan tempat divisi-nya berada.

Senyum Rheva langsung tercetak jelas dan menganggukan kepalanya sejenak saat melihat bos-nya sedang melangkah menghampiri kubikelnya. "Iya Bu Martha, ada apa?" tanya Rheva dengan ramah.

Bu Martha yang menjabat sebagai direktur di kantornya tampak membalas senyum Rheva dan berdiri di depan kubikel Rheva.

"Mau meeting, ya?" tanya Bu Martha.

"Iya, Bu. Meeting bareng anak-anak satu divisi, bahas project bulan ini. Ada apa ya, Bu?" Rheva bertanya balik.

"Kamu ikut saya meeting dengan client bisa?"

Rheva mengangguk. "Bisa, Bu. Kapan meeting-nya?"

"Right now. Kamu absen meeting bareng anak-anak satu divisi dulu aja, ini perintah dari saya." jawab Bu Martha yang membuat Rheva menganga terkejut.

"Sekarang, Bu? Tapi kan saya belum tahu apa yang akan dibahas untuk meeting-nya." sahut Rheva dengan terkejut.

Bu Martha mengangkat satu tangannya. "Tenang Rhe, ada saya. Kamu nggak perlu takut soal itu, ikut saya aja ke ruang meeting di lantai 18. Untuk pegangan kamu, saya sudah kirim materi meeting yang akan dibahas nanti lewat email. Tinggal kamu cek dan pelajari sedikit saja. Saya tunggu setengah jam lagi. Oke?" ujarnya lalu tersenyum.

Dengan rasa terkejut dan bingung, Rheva hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya paham mendengar perintah dari bos-nya itu. Begitu Bu Martha meninggalkan ruangannya, buru-buru Rheva memperbaiki penampilannya dan membuka email untuk mempelajari materinya dengan sistem kebut. Iya, kebut. Secara waktunya tersisa hanya setengah jam lagi. Dalam hati Rheva rasa-rasanya takut jika ia akan gagap ketika nanti meeting berlangsung tapi ia tak bisa menolak juga perintah dari bos-nya yang turun langsung menemuinya.

Ketika ia sedang serius-seriusnya membaca materi meeting, sebuah tepukan di pundaknya membuat Rheva terkejut.

"Kok lo nggak ke ruang meeting, sih? Anak-anak udah pada nunggu lo. Lima menit lagi mulai, nih." ucap Gian.

Rheva menepuk jidatnya. "Sorry, Gi. Gue nggak ikut meeting bareng kalian, Bu Martha ngajak gue meeting bareng client bentar lagi. Jadi, gue absen dulu." ujarnya cepat.

Gian berdecak pelan. "Pantesan, lo nggak dateng-dateng udah kita tungguin." sahutnya. "Tumben banget Bu Martha ngajak lo meeting dadakan gini."

Gadis itu mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu, tiba-tiba Bu Martha samper gue. Makanya ini gue buru-buru baca materi meeting yang dia kirim ke gue lewat email, dikasih waktu cuma setengah jam doang!"

"Waduh... sistem kebut setengah jam itu sih, Rhe." ujar Gian dengan tawa pelan.

"Emang!" sahut Rheva dengan kesal.

"Gapapa, Rhe. Siapa tahu lo dikasih bonus sama Bu Martha, kan." ujar Gian. "Yaudah, kalau gitu gue ke ruang meeting dulu. Mau kasih tahu anak-anak, kasihan kalau kelamaan nunggu." pamitnya.

Rheva mengangguk. "Oke, Gi."

Tak lama setelah Gian meninggalkan kubikel-nya, Rheva bergegas menuju ruang meeting. Tak lupa juga sebelum ia benar-benar masuk ke dalam ruang meeting, Rheva memeriksa penampilannya terlebih dahulu di toilet. Memastikan jika penampilannya sudah rapih dan tidak ada yang kurang sedikit pun. Jelas ia harus memastikan, secara meeting bersama bos dan client. Rheva tak ingin penampilannya mengecewakan.

Setelah mengetuk pintu ruang meeting, Rheva melangkah anggun dengan heels-nya serta senyum ramah yang terpancar. Membuat semua mata yang berada di ruangan langsung tertuju pada Rheva ketika suara heels yang beradu dengan lantai terdengar memenuhi ruang meeting.

"Silahkan duduk, Rhe. Meeting kita akan mulai sebentar lagi." ucap Bu Martha dengan ramah seraya menunjuk kursi yang kosong di hadapannya.

Rheva mengangguk, masih dengan senyum yang bertengger di wajahnya. "Baik, Bu." sahutnya.

Namun sebelum Rheva melangkah menuju kursi yang ditunjuk tadi, Bu Martha kembali mengeluarkan suara.

"Oh ya, perkenalkan ini client kita. Silahkan kamu sapa, Rhe." ucap Bu Martha pada Rheva dan menunjuk sosok laki-laki yang tampak sibuk menatap layar Macbook-nya sedang duduk membelakanginya.

"Selamat pa—"

Ucapan Rheva menggantung ketika sosok yang sejak tadi tampak sibuk menatap layar Macbook-nya dan membelakangi Rheva, memutar kursi yang ia duduki. Membuat keduanya berpandangan. Senyum ramah Rheva langsung luruh ketika ia melihat sosok tersebut. Berganti dengan wajah terkejutnya. Sementara sosok tersebut tampak tersenyum. Senyum yang tampak sedikit miring menurut Rheva dan membuat gadis itu benci setengah mati saat melihatnya.

Karena sosok itu adalah Kemal. Lagi-lagi, Kemal. Mantan kekasihnya yang entah apa maksudnya kembali muncul di hadapannya setelah menyakitinya.

Such a bad day. Batin Rheva.

"Pagi, Rheva." sapa Kemal.

Mau apalagi sih ini mantan?! Nggak cukup bikin gue jantungan mulu akhir-akhir ini karena sering muncul tiba-tiba?! Kenapa sih mantan suka bikin jantungan mulu, heran! Rutuk Rheva.

Beberapa karyawan yang lain tampak terkejut saat Kemal menyapa Rheva dengan ramah. Terkecuali Bu Martha yang tampak tersenyum.

"Rhe, kamu kaget kalau client yang saya maksud ini Pak Kemal?" tanya Bu Martha menyadarkan Rheva. "Pak Kemal bilang, kalian berdua saling mengenal dan berteman baik. Maka dari itu, Pak Kemal mau kamu ikut dalam meeting di project ini."

HAH? APA? INI GUE NGGAK SALAH DENGER? BERTEMAN BAIK DARIMANA BU MARTHA, LAH DULU SAYA DIKECEWAIN. Jerit Rheva dalam hati dan ingin rasanya ia menjerit saat itu juga.

Rheva menjaga ekspresinya dan tampak melempar senyum sejenak. "Ya Bu, kebetulan saya mengenal baik Bapak Kemal." sahutnya dengan sedikit menekan kata mengenal baik seraya melirik Kemal yang masih menatapnya.

"Baik kalau begitu, silahkan duduk Rhe. Kita mulai rapatnya sekarang." ucap Bu Martha.

Rheva akhirnya duduk di kursi yang berhadapan dengan Bu Martha, namun sialnya ia menjadi duduk bersebelahan dengan Kemal si mantan yang menyebalkan menurut Rheva. Ketika Rheva meletakkan barang-barang yang ia bawa, Kemal menempelkan sebuah notes kecil pada jurnal Rheva.

Surprise!

Membaca tulisan Kemal membuat Rheva langsung menghela nafasnya dengan kasar seraya mendengus pelan. Gadis itu meraih notes tersebut dan meremasnya kesal, sebelum akhirnya ia membuang notes ke dalam tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya duduk. Melihatnya, Kemal tampak tersenyum miring namun ia kembali mengalihkan pandangannya pada presentasi.

Satu jam kemudian, meeting selesai. Rheva cukup bisa bernafas lega juga karena selama meeting berlangsung, Kemal tak melakukan hal-hal aneh untuk menganggunya dan professional. Namun tidak ketika meeting akan dibubarkan.

"Saya mau project ini tetap ada Rheva untuk turut andil." ucap Kemal dengan lantang.

Gerakan tangan Rheva yang sedang menulis hasil meeting tadi terhenti.

"Bagaimana, Rhe? Kamu tetap ada di project ini kan?" tanya Kemal seraya menatapnya.

"Saya setuju Rhe, jika kamu tetap ada di project ini. Karena saya yakin, project ini akan lebih baik lagi jika kamu tetap ada. Soal bonus, pasti akan saya kasih." timpal Bu Martha.

Duh Bu Martha, saya bukan soal bonusnya. Tapi soal client-nya! Ini bisa-bisa gue sering ketemu mantan nyebelin ini, dong?! Dia yang seneng, gue yang nggak ada seneng-senengnya.

Rheva menghela nafasnya pelan seraya tersenyu. "Tapi Bu, saya juga ada project lain yang harus dikerjakan." tolaknya.

Kemal masih menatap Rheva. "Kalau aku tetap mau kamu ada di project ini agar tetap berjalan bagaimana?"

SIALAN, KEMAL SIALAAAANNN!

"Rhe, saya harap kamu memberi jawaban 'ya' atas pertanyaan Pak Kemal." ujar Bu Martha dengan tatapan penuh harap.

Dengan berat hati, Rheva mengangguk. "Baik, saya akan tetap ada di project dengan satu syarat." jawab Rheva seraya menoleh pada Kemal yang membuat para karyawan menatap keduanya. "Saya mau, di dalam project ini harus tetap professional. Walaupun saya dan Pak Kemal saling mengenal baik."

Kemal tersenyum dan mengulurkan tangannya ke hadapan Rheva untuk berjabatan tangan. "Okay, deal." putus Kemal.

"Deal." ucap Rheva dengan tegas seraya berjabat tangan dengan Kemal.

°
°
°
°

HALO!

Aduh maaf banget gue baru update sekarang, iya tau udah lama banget ini nggak update-update. Buat yang udah nanyain kapan update, makasih yaaa udah nungguin cerita ini update. Terharu aku ternyata masih ada yang nungguin couple ini. Iya, maaf juga di part ini Mas Rega alias Pak dokter nggak muncul. Part depan muncul kok, tenang aja. Part ini silahkan kesel-kesel dulu sama sang mantan, Kemal.

Terus yang nanya ini tetep lanjut atau nggak ceritanya, masih kok! Masih aku tetep lanjutin sampai selesai. Jadi stay tune aja, tapi mohon maaf kalo misalkan lama update nya hehehe.

Oke pokoknya terimakasiiiih untuk kalian yang tetep setia nungguin, untuk kalian yang baca cerita ini, vote, dan comment juga.

See you on next part :)

Seguir leyendo

También te gustarán

3.6M 38.3K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
836K 79.4K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
338K 26.3K 57
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...