The Phone 3 | TXT ✓

By ALO-EVERA

759K 201K 133K

❝Teror akan segera berakhir.❞ More

Prolog
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
Epilog

0.8

25.1K 6.7K 4.4K
By ALO-EVERA

"Kak Bin, menurut lo tentang dia gimana?"

"Gak tau, Gyu. Kepala gue pusing."

"Yeu, apalagi gue. Mungkin otak gue udah kebalik."

Yeonjun tak mendengarkan obrolan mereka berdua, dia pusing memikirkan Taehyun berambut merah itu.

Kenapa nama, tempat tanggal lahir, wajah dan suara sama dengan Taehyun temannya?

Yang membedakan hanya sifat dan penampilan. Gaya berpakaian Taehyun rambut merah ini terkesan bad boy, kalau Taehyun temannya good boy.

"Kak Yeonjun, ini udah gelap, Taehyun belom dateng juga," keluh Beomgyu lelah berdiri berjam-jam.

Kalau kalian bertanya dimana mereka berada, mereka berada di taman sebrang kampus untuk mengawasi Taehyun dan membawanya ke kos secara paksa.

Tapi nyatanya, sudah lima jam mereka berdiri disana dan Taehyun belum tampak batang hidungnya. Apakah ia kabur?

"Besok lagi deh, bentar lagi jam tujuh malam, kita belum ngunjungin Kai hari ini," ucap Soobin sambil merapikan pakaiannya.

"Ya udah, sekalian ajak Sanha, ya. Tapi jangan ajak temennya itu," balas Yeonjun penuh peringatan.

"Iya, santai aja."

Brmm brmm

Mereka bertiga refleks menunduk ketika terdengar deru mesin mobil dari arah kampus. Dari balik semak-semak, mereka mengintip ke arah gerbang.

Dimana ada mobil berhenti disana, dan seseorang berjalan ke mobil, Kang Taehyun.

"Dia ngapain aja di kampus?" Tanya Beomgyu terheran-heran. "Dia gak jadi OB dadakan kan disana?"

"Sst! Bisa diem dulu gak," sinis Yeonjun lalu fokus ke depan.

Taehyun berjalan ke mobil sambil tersenyum tipis. Beberapa saat kemudian, mereka menyadari kalau supir mobil tersebut adalah perempuan!

"Maaf lama, tadi ada urusan sama dosen sebentar."

"Gak apa-apa, ayo pulang, bahaya."

"Iya kak."

Mereka bertiga saling tatap. "Kak? Dia punya kakak?!"

Beomgyu menganga. "Wah, ini sih bener teori konspirasi! Gila sih, otak gue beneran kebalik kalau begini ceritanya."

"Otak lo bukannya udah kebalik dari dulu?" Ledek Soobin sambil terkekeh menyebalkan.

"Enak aja, dasar otak lobster!"

"Aduh, berisik banget sih! Gue jadi gak bisa fokus nih, padahal tadi gue lihat sedikit siapa perempuan itu," kesal Yeonjun.

"Gimana? Cantik gak?" Tanya Beomgyu antusias. "Nanti gue mau minta nomornya ah."

Soobin mengangkat sebelah alisnya. "Idih, emangnya dia mau kasih nomornya ke lo?"

"Mau dong, siapa sih yang bakal menolak karisma seorang Jeon Beomgyu."

"Buat apa sih, Gyu? Buat apa?"

"Buat cari tau seluk beluk keluarganya lah, buat apa lagi." Beomgyu menaik turunkan kedua alisnya tengil.

Yeonjun tak dapat menahan senyumnya, Beomgyu benar-benar hebat!

"Gitu dong, kalau lo begini sejak dulu gue bakal suka sama lo."

Beomgyu bergidik. "Kak Njun, lo begini karena kelamaan jomblo, ya?"

"Enak aja, bukan itu maksudnya, bodoh!"

"Lima menit lagi jam tujuh, ayo ke rumah sakit," ajak Soobin sambil menyampirkan jaketnya di pundak, dia celingak-celinguk ke segala arah, memastikan tidak ada yang mengawasi mereka.

"Kak Bin gak sabaran banget sih, ternyata bener ya kalau lo itu pilih kasih," cibir Beomgyu. "Kapan ya gue disayang-sayang, dimanjain, dibaikin kayak Kai. Capek gue berantem mulu sama kalian."

"Lo nya mancing keributan sih," celetuk Yeonjun sambil merangkul Beomgyu. "Jangan ngambek, nanti gue traktir mie ayamnya Kak Jimin, mau gak?"

"MAU DONG, GUE GAK BAKAL BILANG ENGGAK. KAN GRATIS!"

"Cih, giliran makan aja cepet," decih Soobin.

Beomgyu langsung nabok punggung Soobin sampai orangnya terbatuk-batuk. "Geoul soge bichin nan miro eh."

Drrt drrt

"Ini pasti telpon dari orang itu," gumam Yeonjun berapi-api lalu mengangkat panggilan masuk tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Apa yang mau lo omongin kali ini? Gak capek lo-"

"Kak Yeonjun, tolong, tolong!"

"Loh, Kai?! Lo kenapa?!"

"Cepet ke rumah Kak Sanha! Tadi ada pesan masuk dan katanya pelakunya ada disana!"

































































"Bomin, lo mau disini sampe kapan?" Tanya Sanha pada teman lamanya itu sambil makan keripik bunga kamboja.

"Bentar lagi gue pulang, kok," jawab Bomin disertai senyum lebarnya.

"Gak biasanya lo senyum," kata Sanha random. "Dulu, lo dingin banget sampe orang takut deket-deket sama lo. Tapi liat sekarang, lo senyum terus."

Senyuman Bomin semakin lebar. "Hehe, gue lagi seneng, San."

"Oh ya?" Sanha menghadap Bomin, tertarik dengan topik yang ada. "Karena apa? Usaha peternakan semut lo berkembang pesat?

Bomin geleng-geleng kepala melihat reaksi temannya itu. Sanha masih sama seperti dulu, selalu saja penasaran.

"Gue seneng banget, udah lama gue gak begini lagi."

Sanha memiringkan kepalanya sambil menguyah keripiknya. "Emangnya lo ngapain? Ohh, gue tau! Lo habis diajak Kak Jangjun main sama kambing ya! Iya kan, ngaku!"

"Gak lah, lucu lo," sergah Bomin, tapi senyumannya tidak hilang sedikit pun. "Gue pamit dulu, ya. Gue belum selesai beres-beres rumah."

"Oh, ya udah sana." Sanha mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir lebih tepatnya. "Besok dateng lagi, ya. Nanti gue ajak ke restorannya temen gue, enak banget loh."

"Boleh, kebetulan gue mau liat-liat daerah sini."

"Oke deh, hati-hati, ya."

"Iya, malam, San."

"Malam juga."

Sanha melambaikan tangannya pada Bomin sampai temannya itu pergi menaiki mobilnya. Senyuman yang awalnya terukir di bibirnya langsung menghilang, dia berubah sendu.

"Bomin... lo gak kayak dulu lagi, kan?"

Sanha menunduk, lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Gak, Bomin udah berubah. Mana mungkin dia begitu lagi, ayo berpikir positif, San."

Brmm brmm

Kepalanya mendongak dan menoleh ke ujung jalan sana, mobil Bomin tiba-tiba berhenti. Tak lama kemudian, mesinnya mati.

"Ck, kebiasaan, pasti selalu mogok," decak Sanha sebal kemudian berlari kecil menuju kesana.

Ujung jalan sana gelap, hanya terdapat satu lampu jalan sebagai penerangan. Kebetulan mobil Bomin berada di bawah lampu tersebut, agak melegakan.

"Dasar Bomin, acara makan keripik gue kejeda kan."

Sanha memelankan langkah ketika ia hampir sampai. Dia bingung, kenapa Bomin tidak keluar dari mobil?

Sejenak dia diam di samping mobil, kemudian dia sadar akan sesuatu, pintu mobil bagian menyetir terbuka. Mendadak jantungnya berdegup kencang, ditambah lagi banyak orang yang menatapnya.

Seram memang, tapi ya begitulah kehidupan seseorang yang memiliki kelebihan.

"Bomin," panggil Sanha ragu-ragu.

Kakinya melangkah kaku ke depan, dia meneguk salivanya tegang, dia deg degan. Ah, ayo tepis pikiran burukmu, Sanha. Ayo.

"Bomin, lo masih di── ASTAGA, BOMIN!"

Sanha berseru keras secara otomatis, matanya terbelalak terkejut. Bagaimana tidak, Bomin dalam kondisi tak sadarkan diri, kepalanya menghadap ke pintu, dan parahnya lagi, ada tali di leher Bomin!

"Aduh, kalau mau main tarik tambang jangan pake leher dong!" Panik Sanha sambil melepas tali tersebut dan membuangnya asal.

Sanha panik, benar-benar panik karena leher Bomin terdapat bekas cekikan dari tali tadi, lehernya sedikit memar dan biru.

"Siapa sih yang ngelakuin ini?!"

"Gue."

Deg!

"Gimana San? Bagus kan rencana kita?"

Sanha berbalik badan dengan cepat, menghadap ke arah seseorang berambut merah tengah menyeringai padanya.

"Ucapin selamat datang untuk kematian lo, Yoon Sanha."




JLEB!




Sanha merasakan perutnya ditusuk begitu dalam, lalu gelap.























Siapa pelakunya?
Ayo coba jelasin teori/
dugaan kalian, aku kepo
nih xixi

Continue Reading

You'll Also Like

584K 144K 27
❝ Sesuai peraturan, cuma ada dua pilihan. Dibunuh atau membunuh. ❞
847K 196K 34
ada pembunuh berantai di sana. © 030620, jaevevo
25.4K 2.6K 6
{OCEAN SERIES 4} Stefano de Luciano Oćean, pria berkuasa yang memiliki segalanya. Darah seorang Oćean yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya tumbuh...
905K 238K 35
❝ Kayaknya kita kena sial deh, makanya main game ini. ❞