Through & Through [REVISION]

By janggulgul

70.5K 6.2K 240

D i s c l a i m e r : Eventhough it's bxb love story, alur cerita yang twist bisa dinikmati oleh beragam... More

00
meet the writers
01. "Metawin?"
02. "And i'm no longer your best friend."
03. "Indeed, you're real."
04. "Inside your head, it's very loud."
05. "I wanna be alone with you."
06. "Are you blind? Stop calling me green guy!"
08. "Can we begin again?"
09. "Shh... i'm here."
10. "I just had a change of heart."
11. "Do it, Bright."
12. "You're the same Bright i know, right?"
13. "My feelings for you, it is always real."
14. I beg you for the last time.
a i d e m e m o i r e
15. "If he's engaged, he'll let me know."
16. "No matter how far i go, he'll stay in my head."
17. "Drawing him making me feel guilty if its not perfect."
18. "For God sake, stop acting like a child!"
19. "You dont have to be fine all the time."
20. "Whats up with that smile, Metawin?"
21. "Can we stay forever like this?"
22. "Sleep early, i'll be home late."
23. "Oh, should i smile proudly knowing him-"
24. Moonlight.
25. "I'm here, Bright."
26. "You can come whenever you want in my castle."
27. "Get lost, moron."
28. "He just got milion dollars and act like a zombie."
29. "Take a rest, Win."
30. Through and Through
l' a l e r t e
99

07. "You're the one who stole every of my first."

2K 229 5
By janggulgul


10.01 pm
River Thames, London
A year ago...

     Bright mendengus kesal sebelum mendudukkan tubuhnya di bangku pinggir sungai Thames. Tangannya yang masih penuh dengan cat air yang mengering sibuk mengacak rambutnya frustasi. Kedua kantung matanya menggelap, menandakan betapa kurangnya waktu tidur pria itu.

     Menghela nafas berat, Bright merogoh ponselnya. Terdiam menatap foto seorang remaja yang tertawa lebar dengan wajah belepotan cat warna. Lengkap dengan latar dinding kamarnya yang penuh dengan hasil gambar karyanya. Kali ini, foto itu tidak mampu membuatnya tersenyum. Bibirnya mengatup rapat.

     Drt... Drt...

     Tawan is calling...

     Bright mengusap ibu jarinya naik, mengalihkan panggilan video itu menjadi percakapan suara. Ia tidak ingin wajah muramnya dilihat siapapun. Sudah menjadi kebiasaannya, Bright menunggu yang menelfon bersuara terlebih dahulu.

     "Kau di rumah, sayang?"

     Dengusan pelan meluncur dari mulut Bright. "Menggelikan. Ada apa menelfonku, huh?"

     "Rindu, lah. Memang tidak boleh. Sedang sibuk?"

     "Ya."

     "Ini jam sepuluh malam, idiot. Jam kuliahmu selesai pukul sembilan. Kau sedang apa? Apakah merindukanku? Jumpol sedang bersama mahasiswa baru, mereka sepertinya sedang pendekatan. Ah... Aku sangat jomblo, Bright."

     "Bukannya kamu bersama... siapa namanya? New?"

     Suara tawa terbahak Tawan yang spontan langsung membuat Bright membulatkan matanya kesal. Bahkan dari panggilan seperti ini saja Tawan mampu merusak gendang telinganya.

      "Sudah, ah. Aku ada kelas sebentar lagi. Pulang lah anak mami. Jangan berkeliaran di pusat kota kelamaan. Kau jomblo, aku takut kamu ditertawakan turis."

      "Enyahlah, Tay!"

      Bright mematikan sambungan sebelum mendengar tawa temannya yang menyebalkan. Mood-nya benar-benar hancur saat ini. Bangkit dari tempat duduknya, Bright tidak melihat pejalan kaki yang datang dari belakangnya.

     Bug!

     "Bright?"

      Bright mendongak, menatap orang yang baru saja ditabraknya. "Luke? Maaf, aku tidak lihat situasi. You good?"

      "Yeah, aku tidak apa-apa. Tanganmu..."

      "Ah, ini cat kering. Jangan khawatir."

      "Kau baru selesai kelas?"

      Bright mengangguk, tersenyum kecil.

      "Dari Birmingham? Ke London?"

      Sontak Bright tertawa melihat wajah terkejut Luke. "Hari ini hari terakhir ujian ku, jadi aku akan menginap sementara di London. Kau sendiri, Luke?"

     "Aku sebenarnya akan ke bandara. Mengantar teman kembali ke Bangkok, tapi dia memaksa ke sungai Thames terlebih dahulu. Jadi... disinilah aku."

      "Baiklah," Bright mengangguk paham. "Sampai jumpa di kampus, i think."

      "Ya, happy satnight, Bright!"

      Bright tersenyum membalas sebelum Luke berlalu dan menjauh. Wajahnya kembali datar, Bright membenarkan letak tasnya. Ia akan pulang setelah mengisi perut kosongnya. Menikmati malam di London memang menyenangkan, setidaknya ia tidak pergi tidur dengan pikiran penuh malam ini.

      Mata hitamnya melirik ke arah teman kampusnya berbelok tadi, pria itu masih disana dengan kedua temannya. Satu perempuan dan satu laki-laki bertubuh jangkung. Bright tersenyum singkat, kemudian menghentikan langkahnya. Matanya mengerjap cepat sebelum berbalik menatap Luke.

      Sial, sudah masuk ke taksi.

      Keningnya mengernyit tipis. Tidak yakin apakah hanya halusinasinya, tapi pria yang dilihatnya barusan amat mirip dengan foto pria di layar ponselnya. Bright menghela nafas berat lalu kembali melangkah pulang. Mungkin ia hanya rindu.

      Tanpa Bright tahu, bumi yang dipijaknya sedang menertawakannya.

*****

The River Thames

London, UK

29 December 20XX

     "Aku hanya memanggil sayang, lebay sekali kamu, Bright."

     "Win!"

     Win tertawa setelah mendapat cubitan ringan dari Bright. Keduanya diam sesaat kapal mulai berjalan ke tengah sungai. London yang indah, salju yang turun dengan halus dan seseorang yang spesial menemani menjadi hal berharga di hidup Win. Apalagi, London adalah kota kesukaannya sejak lama.

      Membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan keberanian ini. Win enggan merusak suasana hangat ini, tapi ia ingin mendapat jawaban dari pertanyaannya. Jika Win harus mengungkapkannya di sungai Thames, maka biarkanlah Thames terlebih dahulu mendengar jawaban pertanyaannya.

      "Sampai kapan kamu terus berlari, Bright?"

      Bright menoleh, menatap Win yang mendongak melihat Tower Bridge yang digelimangi cahaya. Bright menelan salivanya, ikut mengalihkan pandangan. Pura-pura bodoh adalah pilihan paling gila sekarang.

      "Aku tahu ini membuatmu tidak nyaman. Tapi bisakah kau memikirkan perasaanku, Bright?" Win menghembuskan nafasnya yang berembun, "Apakah penjelasan memang sesulit itu, Bright?"

      "Bukan itu maksud-"

     "Kamu yang menemukanku, Bright. Kamu juga tidak ragu untuk memelukku. Oh, jangan lupa air matamu. Setelah dua tahun lamanya, kamu berkali-kali memulai tawa dan membuatku nyaman. Seakan perpisahan kita sebelumnya adalah perpisahan yang baik. Seakan tidak terjadi apa-apa. Lupa malam kita di bathub? Kau bahkan mengucapkan tiga kata keramat itu,"

      Win terdiam. Dadanya terasa sesak, tidak kalah sesak dari perasaan Bright saat ini. "Tahukah kamu, Bright? Malam itu aku mati-matian mengusir bayangan masa lalu. Melihat kamu melakukan itu dengan orang lain- Pernahkah kamu merasakan bagaimana menjadi aku? Dijauhkan tanpa penjelasan sedetik setelah sahabat dekatnya mencium bibirnya?

      Aku seperti orang gila, Bright. Kata maaf saja tidak pernah terucap dari bibirmu, tapi aku sudah memaafkan semua perbuatanmu. Asal kau tahu, Bright," Win menatap wajah Bright dengan rahang yang mengeras. "Kau adalah orang pertama yang mencuri semua pertama-ku."

      Bright dapat merasakan dadanya yang sesak, seakan udara menjauh darinya. Dinginnya malam mengusik nakal matanya, membuatnya memanas. Lidah Bright kelu, ia tidak menyangka semua itu akan terungkap di tengah-tengah Thames.

     "Tidak bisa, kah? Seuntai penjelasan saja? Jika kau enggan mengucapkan, kau bisa menulisnya. Lucu, semua bahkan bungkam. Tidak Jumpol, tidak Tay, tidak ada yang bisa memberitahuku apa yang terjadi padamu," Win tersenyum mendongak sesaat mereka berlayar tepat di bawah jembatan yang elok. "Aku mulai percaya bahwa aku benar-benar hanya angin lalumu."

      "Bukan begitu, Win."

      Win menatap lurus mata Bright. Membuat pemilik mata hitam legam itu sedikit terkejut. Tidak mengira Win berani menatapnya selurus itu. Bright tahu, keberanian pria di depannya ini telah dikumpulkan sejak entah kapan. Bukan jangka waktu yang singkat. Dan melihat betapa tenangnya Win menyampaikan perasaannya, Bright paham ia harus memberikan penjelasannya sekarang.

     "Aku tidak mabuk malam itu."

      Win menegakkan punggungnya. Mendengarkan dengan baik.

     "Aku tahu ini tidak wajar, tapi pertama kali melihatmu, aku sangat ingin merasakan senyummu," Bright membuang wajahnya, menunduk menatap jemarinya yang kebas. "Tumbuh bersamamu, menjadi tetangga, berteman baik, aku berkali-kali harus lari karena terlalu gemas dengan bocah berkaus biru itu.

      Semua orang tahu aku menyukaimu, kecuali aku dan kamu. Malam itu aku tidak bisa menahan diri lagi, kamu dengan alkohol adalah hal tergila yang pernah aku lihat. Dan saat kamu membalasnya, aku merasa takut, Win. Aku takut ucapan mereka benar dan kenyataan. Aku mencoba lari dari fakta-"

      Win mengerutkan keningnya, menatap mata legam Bright yang terkena pantulan cahaya. Membuat wajah Bright terlihat ribuan kali lebih tampan. Win menunggu lanjutan kalimat Bright yang menggantung.

      "Fact that i loved you since the first day we met."

-><-

Continue Reading

You'll Also Like

71.3K 6.1K 12
Berawal dari Permen "Ini buat kamu" Hingga berakhir dengan kalimat "Win Mentawin. Jadi pacarku sekarang" . . . . .
3.5K 226 5
[(END)] Banyak orang yang mengatakan bahwa jatuh cinta itu anugrah tapi bagi dia jatuh cinta itu sebuah musibah yang tuhan berikan padanya. Mungkin m...
25.6K 2K 31
Sebuah kehidupan yang pahit harus dirasakan oleh sebuah pria yang berparas tampan bertubuh tinggi. Ketampanannya tidak hanya membuat para wanita meng...
75.5K 6.9K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...