MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on...

By kepojanganberlebihan

4.3M 360K 103K

Rank #1 Comeback/450 stories #2 Nakal/1.52k stories Cerita ini melanjutkan kisah RaniAldo. Rania Pratista Kai... More

MHIME 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
ini part dipost ulangโœจ
39
40
41
42
BACA CERITANYA!
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
cekkkk!
57
58
Vote Cover MHIME 1!
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

26

84.3K 7.4K 1.5K
By kepojanganberlebihan


Instagram Aldo:

aldopradipamahendra

-


Setelah Rania tenang dan kembali membaik, Aldo dan Rania segera keluar dari Uks.

"Lo mau kemana?" tanya Aldo kepada Rania.

Rania melirik ke arah Aldo, "terserah."

Aldo hanya menganggukan kepalanya, ia kemudian menggenggam tangan Rania dan mulai melangkahkan kakinya, di ikuti Rania.

Aldo dan Rania berjalan menyusuri koridor, tampak semua mata tertuju ke arah mereka.

"Do, lo mau bawa gue kemana?" bisik Rania dengan penasaran.

Aldo melirik ke arah Rania sembari menaikkan sebelah alisnya. "Hm? Ke kelas sepuluh." bisiknya dan kembali menatap lurus ke depan.

Rania mengerutkan dahinya, ia melirik ke arah Aldo, "ngapain?"

Aldo hanya tersenyum sembari melirik sekilas ke arah Rania.

Rania menaikkan sebelah alisnya. "Ga jelas," gumamnya dan kembali menatap lurus ke depan.

"Gue denger," bisik Aldo.

Rania tak menggubris, ia hanya melirik sinis ke arah siswi yang menatapnya dengan tajam.

Rania menoleh ke arah Aldo, "Do."

"Hm," gumam Aldo.

"Mata gue bengkak, gak?" bisik Rania.

Aldo menghentikan langkahnya, membuat Rania ikut menghentikan langkahnya.

Rania mengerutkan dahinya, "ngapain berenti?"

Rania risih berada di tengah-tengah koridor dan menjadi pusat perhatian orang-orang.

Aldo menoleh ke arah Rania, ia menatap mata Rania yang masih sedikit bengkak.

Aldo kemudian menganggukan kepalanya. "Hm, bengkak."

Rania membelalakkan kedua bola matanya, ia kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali agar matanya kembali membaik.

Aldo tersenyum, ia kemudian melepaskan genggamannya pada tangan Rania dan beralih merangkul bahu Rania, menariknya lebih dekat.

Tubuh Rania dan Aldo bersentuhan, membuat Rania menatap Aldo dengan tak percaya.

Siswa dan siswi yang sedari tadi menatap mereka kini membelalakkan kedua bola matanya.

"Aldo," bisik Rania dengan panik.

"Kalo mau ngumpet, ya ngumpet aja disini." bisik Aldo dan kembali melangkahkan kakinya, di ikuti Rania.

Rania menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, ia mengikuti langkah Aldo.

Aldo kembali menatap lurus ke depan sembari sesekali melirik tajam ke arah siswi yang benar-benar menunjukkan tatapan tak sukanya pada Rania.

-

Rania dan Aldo sampai di kelas 10 IPA 3, mereka menghentikan langkahnya di depan pintu.

"Do, ngapain ke sini?" bisik Rania.

"Ga papa, ikut aja." bisik Aldo.

Rania menggelengkan kepalanya, "engga ah."

Aldo menghela nafasnya, ia kemudian menggenggam lengan Rania dan menariknya masuk ke dalam kelas tersebut.

Sedangkan Rania? Ia terkejut.

Setelah berada di dalam kelas, terlihat anak-anak baru duduk dengan tenang di meja mereka dengan beberapa kakak Osis yang berdiri di papan tulis.

Rania mengerutkan dahinya, Vanya, Monik, Erlan, dan Anisa juga ada di sana.

Semua mata menatap ke arah Aldo dan Rania dengan bermacam-macam tatapan.

Monik, Vanya, Anisa, dan murid baru menatap ke arah tangan Aldo yang menggenggam tangan Rania erat tersebut dengan tajam.

"Sorry, tadi gue ada urusan." bisik Aldo pada Erlan.

Erlan menganggukan kepalanya. "Tenang aja, kita juga baru dateng."

Aldo hanya menganggukan kepalanya.

Aldo beralih menatap siswa dan siswi yang ada di kelas tersebut.

"Itu yang nempel ga di lepas dulu, kak?" celetuk Vanya tiba-tiba.

Aldo melirik sekilas ke arah Vanya dengan tajam, ia kemudian melepaskan genggamannya pada tangan Rania.

Sedangkan Rania, ia memutar kedua bola matanya.

"Iri bilang, bawahan." celetuk Rania.

Mereka yang sedari tadi menatap Rania dengan tajam, kini semakin emosi. Termasuk Vanya dan Monik.

Siswi baru yang tak suka hanya menyinyir dengan suara pelan.

"Semuanya diem dulu," ucap Aldo dengan sedikit keras.

Kelas tersebut kembali hening.

-

Untuk yang tidak mengerti ini kegiatan apa, mari Author jelaskan.

Anggap saja, saat ini semua guru sibuk, dan anggota Osis di suruh mengatur kelas 10 yang tidak ada guru.

Oke?

Lanjut.

-

Aldo menoleh ke arah anggota Osis, mereka kemudian berbincang-bincang

"Kegiatannya apa, nih?" bisik Aldo.

"Ga tau juga, ada yang punya ide?" bisik Erlan.

Mereka berkumpul sembari mencari ide.

Sedangkan Rania? Ia terabaikan.

Rania mengalihkan pandangannya, ia kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang berada dibelakang.

Rania duduk dan bersandar di salah satu kursi yang tak berpenghuni sembari mengambil handphonenya dari saku seragamnya.

Rania kemudian terfokus pada handphonenya, meng-scroll aplikasi Instagram.

Selang beberapa detik, seorang siswi yang duduk di kursi yang berada dihadapannya memanggilnya.

"Kak!" panggil siswi tersebut.

Rania menghela nafasnya, siapa lagi yang mengganggu dirinya?!

Rania melirik ke arah sumber suara, ternyata Ina.

Rania mengerutkan dahinya, "kenapa?"

Ina tersenyum, "Ina boleh nanya?"

Rania menaikkan sebelah alisnya, bukankah Ina saat ini sedang bertanya?

"Kak?" ucap Ina sekali lagi.

Rania menganggukan kepalanya. "Hm," gumamnya menandakan boleh.

Ina sedikit mendekatkan dirinya kepada Rania, membuat Rania menatapnya dengan heran.

"Kakak sama kak Aldo punya hubungan apa?" bisik Ina dengan penasaran.

Rania merubah tatapannya menjadi jengkel, "emang kenapa?"

Ina hanya menampilkan gigi ratanya. "Kepo doang sih," ucapnya dengan pelan.

"Kalo gue bilang suami istri?" bisik Rania.

Ina, serta dua orang yang berada di dekat Rania membelalakkan kedua bola matanya.

Rania hanya tersenyum sejenak.

Selang beberapa detik, mereka bertiga terkekeh.

Rania mengerutkan dahinya, "kenapa?"

Memangnya ada yang lucu?

"Hahah, kakak mah ngelawak. Mana ada orang yang udah nikah tapi masih bisa lanjut SMA." ucap Ina sembari terkekeh.

Rania menaikkan sebelah alisnya, buktinya gue?

"Baik, tolong perhatiannya!" ucap Aldo.

Semua orang kembali menatap Aldo dengan keadaan hening.

Rania kembali fokus kepada handphonenya.

"Setelah di sepakati oleh kakak-kakak Osis, kegiatan kita adalah membacakan surat yang kemarin belum sempat di baca saat MPLS. Kalian setuju?" ucap Aldo meminta persetujuan dari murid-murid baru.

"Setuju!" ucap seisi kelas.

Rania yang mendengar ucapan Aldo hanya menaikkan sebelah alisnya. "Kurang kerjaan," gumamnya tanpa beralih dari handphonenya.

"Baik, sekarang kalian silahkan kumpulkan surat yang kemarin di atas meja depan. Masih di bawa, kan?" tanya Erlan.

"Masih, kak!" ucap semua murid baru.

"Yak, sekarang kumpulkan." perintah Erlan.

Semua murid mengumpulkan surat yang masih mereka simpan ke atas meja depan.

Selang beberapa detik, semua kembali duduk di kursinya.

"Baik, saya akan bacakan satu persatu." ucap Monik, ia kemudian mengambil salah satu surat.

Monik mulai membuka suratnya. "Untuk kak Aldo yang paling ganteng, dari titik titik titik. Hm? Siapa, nih?" ucapnya sembari menunjukkan surat tersebut.

Semua orang mulai memicingkan matanya, mencari orang yang menulis surat tersebut.

"Ayo ngaku, surat siapa ni?" ucap Anisa memaksa.

Tak ada yang mengaku, semuanya diam sembari menatap sekeliling.

"Ngaku dong, masa mental tempe sih. Berani nulis doang, pas ngaku ga mau. Mau di bacain, gak?" ucap Vanya ikut memaksa.

Rania mengalihkan pandangannya dari handphonenya, ia kemudian menatap Vanya sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Kalo ga mau baca, ya ga usah di baca. Ga usah maksa orang buat ngaku, dong! Terserah dia mau ngasi tau nama ato enggak! Ngomongin mental orang mental tempe segala, emang mental lu segede apa?" ucap Rania, dirinya benar-benar tidak suka dengan orang yang seperti Vanya.

Semua mata tertuju ke arah Rania, menatap Rania dengan bermacam-macam tatapan.

Aldo mengerutkan dahinya, ia lupa bahwa Rania ikut dengannya tadi.

"Heh, urusan lu apa? Lu bukan anak Osis! Gue juga ga ngomong sama lo!" ucap Vanya tidak terima.

Rania menyeringai. "Osis lagi, banggain aja terus jabatannya. Canda jabatan. Lagian ya, ga usah nyindir mental orang kalo diri lu aja di senggol dikit udah nangis."

Vanya memelototi Rania, sedangkan Rania hanya mengacuhkannya.

Aldo mengulum senyumnya, istrinya memang tidak pernah berubah.

"Eh, udah. Bener kata dia, kalo mau baca ya di baca aja." ucap Erlan menengahi.

Vanya akhirnya mengalihkan pandangannya, terpaksa menahan emosi. Ia malu.

Sedangkan Monik, ia akhirnya menurut dan mulai membacakan isi Surat tersebut.

"Oke, gue bacain." ucap Monik. "Untuk kak Aldo yang paling ganteng, saya cuma mau bilang kalo saya sukaaa banget sama kakak. Saya tuh udah suka sama kakak dari waktu SMP, kakak inget gak? Aku pernah manggil nama kakak di kantin waktu SMP? Sumpah, itu tuh malu banget. Cuma, yaa.. seneng aja, akhirnya kakak ngelirik aku sekali, hehe."

Monik menghentikan kegiatannya membaca surat tersebut, ia semakin penasaran dengan sang penulis surat tersebut.

Siapa yang lebih fanatik dari dirinya?

Beberapa siswi mulai berbisik, membicarakan isi surat tersebut.

Rania menghela nafasnya, sepertinya cuaca hari ini semakin panas.

Sangat panas.

Rania melirik ke arah Aldo. "Gila, di lirik dia doang?" gumamnya dengan tidak percaya.

Aldo hanya mendengarkan dengan ekspresi datarnya, tak ada yang istimewa.

"Percaya, gak? Hari itu aku sampe traktir satu kelas karena seneng bangeet." lanjut Monik.

Rania membelalakkan kedua bola matanya, gilaa..

Holkay nih ceritanya?

Sekelas woy!

Rania beralih melirik ke arah Ina yang duduk sembari tersenyum menatap Aldo di depan, dirinya mulai curiga.

Apakah Ina yang menulis surat tersebut?

Benar, tampilan Ina memang seperti anak orang kaya.

Aldo melirik ke arah Rania, terlihat Rania menatap seorang siswi baru dengan jengkel.

Apakah Rania cemburu?

Tak terasa, Monik telah selesai membacakan isi surat tersebut.

Terdengar suara tepuk tangan.

"Gilaaa.. holkay, nih?" ucap Erlan sembari terkekeh, mencairkan suasana.

Beberapa murid ikut tertawa ringan.

Rania menatap layar handphonenya sejenak, melihat pukul berapa sekarang.

Sebentar lagi seharusnya bel istirahat.

Monik kembali mengambil surat dan kembali membacakannya.

Rania kemudian bangun dari duduknya, ia mulai melangkahkan kakinya mendekati Aldo.

Aldo melirik ke arah Rania dengan bingung.

"Do," bisik Rania.

"Hm?" gumam Aldo, ia beralih menatap Rania.

"Balik masih lama, kan?" bisik Rania.

Aldo melirik ke arah jam tangannya. "Bentar lagi," bisiknya. Aldo kembali menatap Rania.

"Boong lu," bisik Rania.

"Ga percaya lagi," bisik Aldo.

"Halah, gue mau bolos ah." ucap Rania dengan pelan.

Aldo menaikkan sebelah alisnya, ia kemudian menggenggam lengan Rania dengan erat.

"Gak!" bisik Aldo, menahan Rania agar tak bolos.

Rania menatap Aldo dengan tajam, dan juga dibalas tatapan tajam dari Aldo.

"Gue mau bolos!" bisik Rania.

"Enggak!" bisik Aldo, ia kemudian memutar tubuh Rania agar menghadap semua murid.

Rania menghela nafasnya, ia terpaksa menuruti Aldo.

Rania berdiri di sebelah Aldo dengan tangan yang di genggam erat oleh Aldo.

"Aku udah langsung suka sama kak Aldo dari waktu pertama MPLS, kakak ganteng banget. Apalagi kalo senyum, manisnya nambah dong.." ucap Monik membacakan isi surat tersebut.

Rania melirik ke arah Aldo dengan tajam, sedangkan Aldo masih mendengarkan isi surat tersebut dengan wajah datar.

"Dih, senyum ke siapa lu." bisik Rania mulai jengkel.

Aldo melirik ke arah Rania, ia mengerutkan dahinya.

Aldo kemudian menggelengkan kepalanya, "ga ada."

"Halah, boong." bisik Rania.

"Lu cemburu?" bisik Aldo sembari menahan senyum.

Rania mengerutkan dahinya. "Dih.. ga ada!" ucapnya dengan pelan, ia kemudian mengalihkan pandangannya.

Aldo hanya tersenyum simpul.

Rania kembali melirik ke arah Aldo, ia kemudian menyipitkan matanya.

Rania segera menutup wajah Aldo dengan sebelah tangannya, membuat semua murid yang tadi hampir meleleh karena senyuman Aldo kini membelalakkan kedua bola matanya. Kecewa.

Aldo memegang tangan Rania, sedikit menjauhkan telapak tangan Rania dari wajahnya.

"Kenapa, sih?" bisik Aldo.

Rania menatap Aldo dengan tajam, "mau tebar pesona?"

Aldo terkekeh, Rania ternyata benar-benar cemburu.

"Nah.. cemburu?" bisik Aldo menggoda Rania.

Rania memelototi Aldo. "Bodo, pokoknya Aldo punya Rania!" ucapnya dengan pelan.

Aldo kembali terkekeh, ia kemudian melepaskan genggamannya pada lengan Rania dan beralih merangkul Rania.

Aldo menarik tubuh Rania menjadi lebih dekat dengannya, tanpa jarak.

"Aldo!" bisik Rania dengan terkejut.

"Shut! Pemilik Aldo ga boleh banyak gerak." bisik Aldo.

Rania mengerjapkan matanya, apa yang Aldo katakan?

Pemilik Aldo?

Baiklah.

"Rania Pratista Kaila adalah pemilik tetap Aldo Pradipa Mahendra!" ucap Rania dengan pelan.

Aldo tersenyum ke arah Rania, membuat Rania terkekeh.

Sedangkan seisi kelas? Mereka menatap Aldo dan Rania dengan kecewa.

Tidak memiliki kesempatan.

Continue Reading

You'll Also Like

988K 18.9K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
660K 19.3K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
280K 10.7K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)
1.2M 88.5K 56
BOOK 1 > Remake. ๐˜๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌโš ๏ธ โš ๏ธ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ค ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต...