Rencana [Telah Terbit]

By legistari

94.5K 5.7K 184

"Terlalu percaya diri itu gak baik Dok. Ntar over dosis lho" ๐Ÿ’ซPemesanan : Whatsapp : 0818331696 Web : www.no... More

Welcome
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40 (END)
Extra Part
Info Cerita Baru
Info
Tanya pembaca
Dokter Fabian Naik Cetak ๐Ÿ˜
Pre Order

Chapter 5

2.1K 133 9
By legistari


Satu minggu kemudian...

Hanin duduk di halte depan rumah sakit, ia berniat untuk pulang naik bus saja dikarenakan motornya yang mogok. Tadi pagi bahkan dia harus naik ojol supaya datang tepat waktu ke rumah sakit.

Tin..Tin..Tin..

Kepala Hanin langsung terarah ke mobil bmw hitam yang menyalakan klaksonnya dan berhenti tepat di depannya. Kaca mobil tersebut terbuka dan memperlihatkan sosok di depannya.

"Hanin! Ayo saya antar pulang." ajak Carrol kepada Hanin.

Karena tidak ingin menyebabkan kemacetan, Hanin pun langsung saja masuk ke dalam mobil.

"Tumben naik Bis Nin?" tanya Carrol sambil mulai melajukan mobilnya.

"Motor aku mogok tadi pagi. Untung masih di rumah Dok." ucap Hanin sambil terkekeh pelan.

"Shift pagi ya?" tanya Carrol.

"Iya." jawab Hanin.

"Sebenarnya ada banyak yang ingin aku tanyakan, tapi takutnya kamu malah gak nyaman nanti Nin." ujar Carrol.

"Tanyain aja Dok, gak papa kok." ucap Hanin sambil tertawa.

"Kamu ada apa dengan Bian?" tanya Carrol sukses menghentikan tawa Hanin.

"Dok, jangan salah faham ya. Saya dengan Dokter Bian gak ada apa-apa kok." jawab Hanin buru-buru. Ia gak mau jika terjadi salah faham antara dirinya dan Dokter Carrol.

"Tapi Bian kayanya udah kenal banget gitu sama kamu. Dikit-dikit yang dia omongin itu kamu." ucap Carrol sambil terkekeh pelan.

Hanin membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Dokter Bian ngomongin apa Dok?" tanya Hanin mulai was-was.

"Dia tiba-tiba sering mengumpat namamu atau menceritakan seseorang yang menurutnya begitu menyebalkan. Tapi aku tahu itu pasti kamu kan?" tanya Carrol.

"Ya ampun, kekanakan sekali Dokter Bian. Ia rupanya masih dendam dengan saya yang mengatakan bahwa dia tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi Kepala Departemen." ucap Hanin sambil memandang ke depan.

"Hahahaha itu yang saya maksud, ceritanya gimana sih sampai kamu mengatakan hal-hal itu pada Bian?" tanya Carrol sambil tertawa anggun.

Hanin memandang cara Dokter Carrol yang sedang tertawa. Dipandang dari sudut manapun Dokter Carrol begitu menarik, Hanin yakin semua pria yang bertemu dengannya akan jatuh hati. Dokter Carrol merupakan perempuan cantik, cerdas, dan dari keluarga terpandang. Jika Hanin harus saingan dengan Dokter Carrol sepertinya dia akan langsung menyerah saja.

Hanin tertawa dalam hatinya, saingan? Dalam hal apa ia bisa saingan dengan Carrol?

"Nin, kok malah ngelamun sih? Cerita dong!" pinta Carrol.

Hanin menarik napas panjang, dan akhirnya mengalirlah semua cerita tentangnya dari mulai dirinya yang menentang Bian hingga berakhir ke Bian yang masih dendam padanya.

Carrol tergelak mendengar cerita dari Hanin.

"Ya ampun Nin, kok bisa sih sampai kepikiran mau ngomong langsung ke Bian? Kamu tahu kan pria itu begitu narsis dan merasa bahwa dirinya selalu bisa melakukan apapun. Dan aku yakin egonya tersentil mendengar kamu mengatakan itu." tutur Carrol.

"Ya dia memang simbol dari narsistik. Kepercayaan dirinya terlalu tinggi." ucap Hanin sambil membayangkan ekspresi senyum pongah milik dokter Bian.

"Bahkan ya Nin, Bian sering mengatakan bahwa dia Dokter ter-famous se rumah sakit dan paling banyak fans diantara Dokter lainnya." terang Carrol.

"Serius? Dia bilang gitu? Wahh aku gak nyangka kalau ternyata Dokter Bian sangat senang dirinya menjadi Dokter yang banyak dikagumi di rumah sakit. Berarti sifat cool nya itu hanya topeng?" ujar Hanin.

"May be." ucap Carrol.

Dan mereka pun tertawa bersama.

"Nin mampir ke cafe dulu yuk. Di dekat sini ada cafe yang enak banget buat nongkrong." ajak Carrol dan diamini oleh Hanin.

Setelah mobil berhenti di pelataran parkir sebuah cafe mereka pun segera turun.

"Ini seperti cafe yang di seberang rumah sakit bukan sih Dok?" tanya Hanin.

"Iya. Ini cafe milik kakaknya Bian. Dan yang di seberang rumah sakit itu cabangnya" jawab Carrol.

Mereka pun masuk ke dalam cafe dan duduk di salah satu bangku yang dekat jendela dengan view taman di sampingnya.

Hanin mengamati seisi cafe, dia setuju dengan pendapat Carrol yang mengatakan bahwa cafe ini cocok untuk tempat nongkrong. Apalagi untuk anak-anak muda yang hobby selfie tempat ini menyediakan banyak spot yang instagram-able.

"Carrol apa kabar?" seorang wanita yang Hanin taksir berusia 30-an menghampiri meja mereka dan duduk di kursi kosong samping Carrol.

"Ya ampun kak Ayya. Aku pikir kakak enggak lagi disini. Aku baik kak." jawab Carrol.

"Kamu jarang kesini ya akhir-akhir ini." ucap Ayya.

"Iya kak, aku sibuk banget." jawab Carrol.

"Oh iya kak, kenalin ini Hanin Apoteker di rumah sakit." ucap Carrol memperkenalkan Hanin.

Hanin segera tersenyum kikuk ke arah Ayya.

"Oh Apoteker song- eh maaf." ucap Ayya sambil tersenyum canggung.

"Kenalin aku Shaquella. Bisa panggil kak Ayya aja. Aku kakaknya Bian." ucap Ayya memperkenalkan diri.

"Iya kak." jawab Hanin.

Hanin memperhatikan dua orang yang sedang berbicara di depannya. Mereka berdua sangat cantik dan Hanin merasa dia begitu berbeda dari mereka. Walaupun wajahnya pun masih bisa disebut cantik, tapi tetap saja perbandingan dengan mereka itu terlalu jauh.

"Hanin gimana mau gabung?" tanya Ayya tiba-tiba.

"Ya kak? Gabung apa?" tanya Hanin bingung.

"Kamu malah ngelamun sih. Kita lagi bahas acara untuk weekend nanti, rencananya kita mau ke puncak mau ikut?" tanya Ayya.

"Eummm aku," Hanin sedikit berpikir menimbang-nimbang ajakan itu.

"Pokoknya kamu harus ikut!" final Ayya.

Hanin hanya melongo tak percaya, tadi dia ditanya bukan? Kok sekarang malah dipaksa? Sifat kakak dan adik itu memang tidak jauh berbeda bukan?

Setelah ngobrol panjang lebar Hanin dan Carrol pun akhirnya pamit pulang. Carrol mengantarkan Hanin sampai ke depan rumahnya.

"Nin nanti Sabtu aku jemput kamu kesini ya. Kita kan kumpulnya di rumah kak Ayya." ucap Carrol.

"Dok beneran nih aku ikut?" tanya Hanin agak sangsi. Masalahnya walaupun Ayya baik dan mudah akrab tapi dia belum kenal cukup lama.

"Iyalah. Kamu tenang aja disana kan ada aku. Semuanya gak akan terasa canggung kok." ujar Carrol meyakinkan Hanin.

"Oke deh." ucap Hanin sambil tersenyum.

"Oh ya Nin kalau diluar jangan panggil Dokter dong." pinta Carrol.

"Canggung ah Dok kalau aku panggil selain Dokter." ucap Hanin.

"Yaudah deh senyamannya kamu aja." ujar Carrol.

"By the way makasih ya Dok udah anterin sampai rumah." ucap Hanin.

"Oke sama-sama. See you." ucap Carrol.

Hanin pun segera turun dari mobil Carrol.

"Hati-hati di jalan Dok." ucap Hanin dan menutup pintu mobil.

Hanin pun memandang mobil Dokter Carrol yang semakin menjauh dan hilang dari pandangan.

Continue Reading

You'll Also Like

306K 11.6K 40
jadi ini tu sequelnya my best friend my husband jadi baca dulu my best friend my husband ๐Ÿ‘Œ Hasil pemikiran sendiri no jiplak jiplak club ๐Ÿ˜‚
2.9M 147K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _๐‡๐ž๐ฅ๐ž๐ง๐š ๐€๐๐ž๐ฅ๐š๐ข๐๐ž
2.9M 41.7K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
153K 7.5K 19
#KARYA 11 Tetangga sekolah dengan riwayat permusuhan melegenda. Ini kisah antara Wildan, anak petinggi TNI dari sekolah elit di sebelah dan Dinda, an...