๐—ง๐—ข๐—š ยป Something Lost : Arr...

By ElisaVertgi_

32.2K 7.4K 2.3K

Terpilih sebagai seorang Irregular. Datang tanpa mengetahui apa-apa, namun diminta untuk menguak segalanya. I... More

๐—ฃ๐—ฟ๐—ผ๐—น๐—ผ๐—ด
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ 2
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ผ๐—น๐—ผ๐˜€ K๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ-๐—ธ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—จ๐—ท๐—ถ๐—ฎ๐—ป A๐—ฑ๐—บ๐—ถ๐—ป๐—ถ๐˜€๐˜๐—ฟ๐—ฎ๐˜๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ฒ๐—ฟ๐—ธ๐˜‚๐—ฎ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—œ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป M๐—ฎ๐˜€๐—ฎ L๐—ฎ๐—นu
โฅ๏ธŽ๐—œ๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ฎ P๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—”๐˜„๐—ฎ๐—น P๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—ธ๐—ฒ๐˜ ๐—ธ๐—ฒ A๐—ฟ๐—ฐ๐—ต๐—ถ๐—บ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฒ๐˜€
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป Be๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฒ๐—น!
โฅ๏ธŽ๐—๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—บ ๐—ฝ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ธ
โฅ๏ธŽ๐—ž๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—ป!
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐˜๐—ฎ๐—ป k๐—ฎ๐—ฟ๐—ฐ๐—ถ๐˜€!
โฅ๏ธŽ๐— ๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐—ถ
โฅ๏ธŽ๐——๐—ถ๐—ฎ, ๐—›๐—ผ๐—ฎ๐—พ๐—ถ๐—ป!
โฅ๏ธŽ๐—ฅ๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ฒ t๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐˜‚๐—ป ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฒ ๐—ต๐˜‚๐—ป๐˜
โฅ๏ธŽ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—บ๐˜‚ ๐—ฃ๐—ผ๐—ฒ B๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐˜‚ G๐˜‚๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด!
โฅ๏ธŽ๐—ฆ๐—ฒ๐—ฏ๐˜‚๐—ฎ๐—ต k๐—ฎ๐˜€๐˜๐—ถ๐—น t๐˜‚๐—ฎ
โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ต๐—ฒ h๐—ถ๐—ฑ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป f๐—น๐—ผ๐—ผ๐—ฟ
โฅ๏ธŽ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—ต๐—ฎ๐—ป
โฅ๏ธŽTakdir apa?
โฅ๏ธŽPengkhianat?

โฅ๏ธŽ๐—ง๐—ถ๐—บ

1.7K 387 94
By ElisaVertgi_

•|•|•

Ranker itu berdiri di tengah ruangan, setelah sekali mengelilingi para regular. Berdiri tegap dan melipat tangan kebelakang.

"Karna yang lolos lebih banyak dari perkiraan, kami terpaksa harus menyeleksi lagi." 

Lero ro membuka tangan, mengumpulkan semacam shinsu di telapak tangannya yang terbuka lebar, lalu melemparnya ke arah regular. Ada beberapa yang bisa sedikit menahan, namun Lero ro membuat tekanannya lebih besar

"Tim yang berhasil lewat dinding shinsu ini akan lolos, dan selain itu akan dianggap gagal dan segera dipulangkan."

Gadis berambut coklat terdiam sambil menaikkan satu alisnya.

"... Apa aku dan pemuda ini harus masuk kedalam sana agar bisa mengikuti ujiannya?" 

Lero ro mendelik kaget, begitu juga dengan semua orang di tempat itu.

"Kenapa kalian-

"Ah kami..kami akan kembali ke sana. Ayo Adrianne," Ucap Baam, berbalik sambil menarik lengan Adrianne yang menunggu respon Lero ro, "Tidak, kalian lulus. Mungkin memang terjadi kesalahan, tapi itu juga masuk keberuntungan." Jawab penyelenggara ujian itu.

Sementara itu, si rambut biru dari tim mereka menatap tajam ke depan. 'Mana mungkin terjadi kesalahan, kami yang tepat berada di sebelah mereka tadi saja sampai terhempas kesini.' Pikirnya dalam hati.

*DOR*

Seseorang menembak dinding shinsu itu dengan sebuah senapan, bunyi keras membuat seluruh orang mengalihkan pandangan padanya.

"CUMA KARENA TAK BISA LULUS DARI UJIAN INI, KAMI AKAN DIELEMINASI?! PADAHAL GADIS LEMAH DAN LAKI LAKI KURUS ITU CUMA KEBETULAN BERADA DI TEMPAT DAN WAKTU YANG TEPAT!!"

"AKU TAK TERIMA, PADAHAL AKU JAUH LEBIH KUAT!! MAU KAU RANKER SEKALI PUN, AKU BISA MEMBUNUHMU DENGAN MUDAH!"

*Tap*Tap*Tap

Adrianne melirik dari ujung mata sambil mendesis mendengarnya.

Penyelenggara ujian kini berjalan masuk ke dalam dinding shinsu yang ia ciptakan, berdiri di hadapan regular sombong itu, namun regular yang tak tau batasan itu malah menodong senapan, "APA KAU KESINI MAU MATI??" Geramnya.

"Akan kuberi satu pengampunan terakhir. Shinsu tidak punya batasan, kekuatannya mampu memberimu keabadian dan kekuatan yang tak terbatas."

*Wushh*

Lero ro mengeluarkan shinsu ke regular itu dalam jumlah yang banyak, sontak ia terjatuh karena tekanan shinsu yang dihasilkan Lero ro barusan. Regular itu gemetar memegangi kepala nya, kemudian menjerit dengan keras.

"SETIAP HARI MENAHAN HAL SEPERTI INI?!! WAAA!!!"

"Aku tak kan meragukan kemampuan dan usahamu, hanya saja..kau tak dipilih, itu saja."

*Wushh*

Mendengar ucapan itu, anak berambut biru bernama Khun tertawa dalam hati,

'Tidak di pilih, huh?'

"Kurasa sudah waktunya kita melewati itu," Khun berkata, Rak pun lalu mengangguk sambil melangkah duluan, "Benar." Mereka berdua bisa keluar shinsu itu dengan santainya, lalu menyapa Baam sambil melambai kecil.

Khun mendekat lalu menoleh kearah gadis berambut coklat yang sedang melipat tangan. Adrianne yang asik melihat regular lain, bertanya pada si rambut biru.

"Ada apa?" 

"Kurasa kita belum berkenalan dengan resmi, aku Khun Aguero Agnes."

Laki laki itu mengulurkan tangannya, Adrianne yang terlihat tertarik lalu menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.

"Khun?"

"Ya, panggil aku Khun. Namamu terlalu panjang, Adrianne. Apa boleh kalau aku singkat saja? Bagaimana dengan Anne? Tidak buruk, bukan?"

Khun mengusul sambil menopang dagu saat berpikir. Mendengar usulan itu, alis Adrianne terangkat karna sedikit kaget. Gadis berambut coklat itu kemudian mengangguk kecil.

"Ya, bagus juga."

______________

"Ujian ketiganya akan dilakukan disini, silahkan tunggu giliran~"

"KYAAA!!!"

Tiba-tiba suara jeritan terdengar jelas dari dalam pintu masuk tes nya, sontak mereka menoleh untuk memastikan. Di ambang ketakutan karena tak memiliki informasi atau pun persiapan, tiba-tiba seseorang datang dari belakang mereka.

"Aku ada informasi nya lho~"

Kaget, Khun pun mengambil pisau dan langsung menodongnya,
"Siapa kau?!" Tanya nya was was.

"Petunjuknya adalah waktu."

"Aku tak butuh petunjukmu!" Desis Khun, Anne lalu melipat tangannya, menghela nafas melihat mereka. 

Sempat terjadi keributan, Khun terlihat terprovokasi oleh perkataan pria itu, namun karena pemberitahuan dari pengurus, Anne yang awalnya tak berniat ikut campur lalu melerai mereka,

"Khun! itu giliran kita, ayo pergi."
Ajak Anne. Khun pun mendecak, dia bangkit lalu menyimpan pisaunya.
Mereka kini berjalan ke dalam ruangan itu.

Melirik sekitar, Anne kini fokus pada seseorang,

"Selamat datang, namaku Hansung Yu." 

"Kau..gadis tadi" Anne bergumam.

"Aku lah yang akan melakukan tes kalian sekarang. Syarat kelulusan di ujian ini adalah dengan membuka pintu yang tepat, kesempatan hanya sekali. Jika kalian menunggu lebih dari sepuluh menit.. ujian akan dipaksa dihentikan."

"Baiklah..Ujiannya dimulai!"

Mendengar peringatan itu, mereka tersentak dengan wajah pucat,
"Tunggu! Beri petunjuk lagi!" Bentak Khun, menuntut satu lagi petunjuk.

Khun menundukkan kepala, otak nya berpikir keras untuk mengejar waktu. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Sekeras apa pun Anne dan Baam memanggilnya, Khun sama sekali tak merespon pada mereka.

"KHUN!!!"

"HENTIKANN!!!"

Semua dalam ruangan itu terkejut lalu menoleh ke arah anak berambut biru itu.

"Kenapa Khun? Aku sudah membuka pintunya."

*Prok*Prok*

"Selamat, kalian lulus."

"HAHHH?? BAGAIMANA BISA??"

Khun bertanya dengan nada tinggi karena terlihat terkejut akan hal itu. Walau menuntut penjelasan, Hansung justru hanya bertepuk tangan.

Saatnya istirahat, semua orang yang lulus berkumpul. Anne, Khun dan Baam duduk di atas badan besar Rak yang tergeletak di lantai.

"Aku haus." Celetuk Rak. Membuat Baam dengan inisiatif pergi. 

*Klik**Klik*

"Kenapa tak mau keluar?"

Seseorang tiba-tiba mendekat pada Baam, lalu meletakkan tangan di mesin nya, "Mode uang." Sesaat setelahnya, mesin itu berbunyi, laki-laki itu mengambil minumannya kemudian memberikannya pada Baam. "Nih!" Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Terimakasih!"

"Nama ku Shibisu! Ini Anggota tim ku, Hatz, dan Aanak, kalau kau?"

"Aku Baam! yang berambut biru itu Khun, Rak yang berbadan besar, dan yang perempuan namanya Anne." Jelas Baam. Shibisu lalu mengangguk seraya melirik mereka, "Wah kau punya anggota tim 4 orang," 

Mereka saling berjabat tangan. Tiba-tiba Leroro datang membuat mereka pun menoleh bersamaan.

"Selamat! kalian diberi kesempatan untuk mengikuti ujian khusus!"

"Ah..bagi kami yang mendapat banyak ujian..itu tidak baik." Balas Shibisu yang langsung bertingkah seakan-akan mau mati.

"Ini bukan ujian biasa. Pertama, kalian bebas mau ikut atau tidak, kedua..tak ada ruginya jika kalian tidak lolos dalam ujian ini, ketiga..jika kalian lolos ujian ini, maka kalian dinyatakan lolos untuk ujian selanjutnya."

Mendengarnya, mereka saling menoleh seakan-akan bisa telepati, lalu memutuskan jawaban dalam hati.

"Kita harus mengambil ujian itu."

______________

  

Leroro menjelaskan aturan permainannya. Ronde pertama lalu dimulai. Hanya 2 Tim yang bermain di babak ini, salah satunya tim Shibisu.

Disaat hening, tiba tiba Baam bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu,

"Rachel!!"

"RACHEL!!"

"Siapa yang kau panggil Rachel, Baam? Apa dia ada disana?" 

"Sepertinya...aku salah orang."

"Babak pertama selesai, jadi bagi tim yang ingin ikut, bisa menekan tombolnya!"

Tim yang bergabung di babak kedua adalah tim Lauroe dan satu lagi tim Kon. Karena sudah terlanjur, Aanak tidak bisa menuruni singgasana nya.

Bahkan ketika temannya bertarung pun gadis berkulit hijau itu masih sempat tidur.
Manik hijau beralih melihat tim satunya, terlihat satu orang laki-laki yang asyik-asyikan tidur di dalam selimutnya.

*Grokkkkk*

'Pasti beban.' Gumam Anne dalam hatinya.

Hoh menangkap Shibisu dari belakang, lalu mengunci tangannya.
Perempuan itu hendak menikamnya tapi dihadang oleh Hatz yang telah mengalahkan lawannya.

Disaat Shibisu dan Hatz lengah, Lauroe mengumpulkan shinsu lalu menembakkannya ke arah Aanak. Aanak yang awalnya tidur, langsung terbangun dan melompat dari singgasana nya, Hoh hendak menghadangnya tapi tak cukup karena Aanak terlalu kuat untuknya.

Anne terperangah, takjub akan keahlian laki-laki yang masih berdiri terbalut selimut tebal tersebut. 

Aanak mengeluarkan senjata bewarna hijau yang sangat lentur, dia mengaktifkan kekuatannya, seperti Baam memakai Black March di lantai 1. Senjata itu semakin liar, menyerang Lauroe dan tim nya di arena.

"UWAHH!!!" Baam berdiri tiba-tiba sambil memegangi Black march di tangan nya, Khun pun kini ikut berdiri di sebelahnya.

"Kenapa, Baam?" 

"Aku tak tau, Black march sudah bereaksi dengan aneh dari tadi!"

"Apa..Dia bereaksi dengan senjata itu?" Anne yang masih duduk melirik ke tempat pertarungan, Khun mengangguk sambil berjalan ke depan, memegang pagar ruangan sambil memerhatikan senjata yang sedang menggila di luar, "Sepertinya iya, itu adalah Green April, salah satu senjata Raja Zahard seperti Black March." Jawab laki laki berambut biru itu.

Seperti halnya Baam, Aanak juga merasakan hal yang sama pada senjatanya. Gadis itu turun dari singgasananya dan pergi kearah mereka, menghancurkan pintu ruangannya. Anne yang duduk di dekat pintu terpaksa berdiri, dan bersiap menarik pedang dari pinggangnya.

"Hei, kenapa Black march bisa ada padamu? Serahkan itu kepadaku."

"Aku tak bisa, aku berjanji akan mengembalikannya kepada seseorang!!"

"Huh, kalau begitu aku akan mengambilnya secara paksa." Aanak hendak melancarkan serangan nya kepada Baam, tapi gadis berambut coklat maju mengeluarkan pedangnya, membelokkan arah serangan dari senjata 13 bulan itu.

"Jangan ikut campur." Geram Aanak, menatap tajam.

"Aku melihat Baam saat meminjamnya, jadi aku akan membantu Baam mengembalikannya."

Aanak mendecih menatap Anne yang lebih tinggi darinya, ia melirik Baam lalu menyeringai,

"Hei, kau. Ayo bertaruh."

"Bertaruh? Buat apa?"

"Untuk Green April dan Black March. Jika kau memenangkan Crown Game sampai babak akhir, aku akan memberikan Green April kepadamu. Tapi jika kau tidak berhasil, serahkan Black March kepada ku."

____________

 
"Nah, crown game bisa dilanjutkan lagi." Tim Shibisu kembali ke ruang tunggu, sedangkan tim Anne keluar untuk mengikuti babak selanjutnya.

Semua dengan cepat memakai keahlian mereka untuk meraih mahkota yang ada di singgasana, tapi tiba tiba angin kencang memotong jalur mereka begitu saja. Itu Khun, dia pergi dengan cepat memanfaatkan shinsu lalu dengan mudah meraih mahkota di singgasana.

Khun memasukkan mahkota ke dalam tasnya lalu menantang semua peserta, "Ayo maju, kalahkan aku dan dapatkan mahkotanya!" Usul laki laki itu dengan berani. 

Anne berjalan mendekat sambil memerhatikan tas milik Khun yang sedikit menarik perhatian.

"Khun, sepertinya tas mu itu..Bisa menggandakan benda ya?"

"Oh, kau sadar rupanya."

"Ya tak mungkin juga kau menyediakan coklat yang banyak untuk Rak di dalam tas itu, bukan?"

"Boleh juga pengamatanmu, Anne. Tapi saat ini..HAHAHAHAHA!!!"

Khun tertawa begitu keras sehingga semua peserta menoleh kearahnya.
Laki laki itu kemudian mengeluarkan satu lagi mahkota dari tasnya, tersenyum  sambil memamerkan mahkota yang asli di tangannya.

"Dua.. mahkota? K-kau! Mempermainkan kami ya!"

Semua serentak menyerang ke arah mereka, tapi si buaya besar, Rak, datang menghadang mereka dengan cepat.

"Jangan sentuh mangsa ku!" Dengan kekuatan Rak yang besar, dia bisa menghempaskan semua musuh dalam satu lemparan tombak kuat.

"Dengan ini, babak ketiga berakhir~ kita masuk ke babak keempat."

Dan disinilah, 3 tim kuat keluar.

Baru sesaat setelah dimulai, regular yang memakai kostum hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, membantai 1 tim lain dan berlari kearah Baam di singgasana. Anne yang sudah memperkirakan hal itu dengan segera menutup jalan dan menghadangnya, mencoba menahan serangan tongkat gadis itu dengan pedang miliknya.

Anne membuat tongkat regular itu terlempar ke udara, lalu mengincar perutnya untuk kemudian di tusuk, namun karena kelincahan regular itu, dia dengan mudah menghindari serangan. Ia melompat ke pedang sebagai pijakan dan mengambil kembali tongkatnya, mendarat dan menyempatkan diri memukul kepala Anne menggunakan tongkat keras itu.

Anne mengernyit sambil memegangi dahinya yang berdarah, siapa sangka tongkat itu sangat lah keras hingga dahinya terluka. Saat Anne kembali meraih pedangnya yang sempat terjatuh, satu tim berjubah hitam keluar.

Satu di antara mereka menghadang regular bertongkat itu, pertarungan mereka begitu sengit, hingga heels yang dikenakan salah satu gadis berjubah hitam itu patah.

Perempuan itu terjatuh dengan  sebelah kaki terkilir, sedangkan Anne mendecak dan memperingati Baam dari jauh.

"Awas! Baam!!"

Anne berlari untuk mengejar perempuan itu, namun saat sudah dekat, ternyata ia tak mengincar Baam namun malah mengincar satu lagi perempuan yang berjubah hitam di samping singgasana.

Dia hendak memukul kepala gadis itu dengan tongkat nya, tapi Baam bersorak dan turun dari singgasana untuk melindunginya.

"RACHEL!!"

Baam terkena serangan tongkat itu tepat di belakang kepalanya hingga berdarah hebat. Ketika regular itu hendak memukul lagi, keluar semacam shinsu bertekanan tinggi melindungi Baam hingga membuat satu mata regular itu terluka.

Crown Game dinyatakan berakhir tanpa ada pemenang, para regular diberi waktu istirahat selama 3 hari, dan Baam sendiri telah pingsan selama 5 Hari. Untungnya saat pembagian posisi dasar dia ditempatkan di bagian Wave controller.

"Khun, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan memberi tau identitas Rachel kepada Baam?" Anne bertanya sambil memerhatikan lampu ruangan. Khun menggeleng, kemudian menjawab tanpa menoleh,

"Tidak, aku tak menyukai perempuan itu."

*Srekk*

Baam terdengar sedikit merintih, mereka pun menoleh padanya bersamaan, "Kau sudah sadar! Baam!" Ucap Khun begitu antusias, pemuda berambut coklat itu lalu bangun dan beranjak duduk di engsel kasur.

"A-Apa aku didiskualifikasi?"

"Kau bersyukur..Kau ditempatkan di Wave controller. Gurunya terlambat, jadi latihan mu di mulai besok." 

Karena suasana canggung kemudian, Anne menyikut Khun pelan dan dibalas anggukan, "Omong-omong, Baam! Kami membelikan mu baju baru! Walaupun aku yang bayar paling banyak sih-!!" Ucap Khun tersenyum senang yang justru membuat Anne menatap sinis.

Khun terkekeh, "Hahaha! kan memang benar!" Anne lalu menghela nafas, memilih menyerah dan mengiyakan saja, "Yah, tak kusangka dia ini anak orang kaya." Ucap Anne yang membuat Khun justru sedikit heran dan bertanya padanya,

"Hah, kau tak tau keluarga Khun?"

"T-tentu saja tau! Hahaha bagaimana aku tak tau tentang keluarga mu yang luarbiasa itu!"

"Luarbiasa apa?"

"ah.."
"Luarbiasa banyak nya"

___________
______________

Continue Reading

You'll Also Like

73.2K 6.9K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...
303K 25.5K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
126K 1K 6
isinya jimin dan kelakuan gilanya
809K 84.5K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...