Li Xian Empress

Da saskavirby

1.2M 142K 4.3K

Rank #1 Permaisuri 28 Juni 2020 Rank #3 reinkarnasi Agustus 2020 Dia di bunuh secara keji oleh saudara tiriny... Altro

PROLOG
1. Kehidupan kedua
2. Proses yang mengangumkan
3. Waktunya tiba
4. Memanah
5. Kuda yang mengamuk
6. Kunjungan pertama kali dari Putra Mahkota
7. Keberangkatan
8. Kedatangan Putra Mahkota
9. Pemberontak
10. Perjalanan menuju Istana
11. Keterkejutan penghuni istana
12. Kesialan
13. Kissing
14. Teh Melati
15. Yihua
16. Pria misterius
17. Fakta di balik kebencian
18. Tamu tak di undang
20. Dia aneh
21. Ungkapan hati
22. Pembicaraan dengan Shizhu
23. Perang
24. Perang 2
25. Tahanan
26. PURA - PURA
27. Kamu adalah aku
28. Awal Pembalasan
29. Taman bungaku
30. Hukuman
31. Kesialan berbuntut keberuntungan
32. Ku harap kau bersabar lebih sedikit
33. Selir Xu Yenn i
34. Tangkap
35. Shi Zhu hamil?
36. Sergapan paksa
37. Tagihan Hadiah
38. Celaka Mencelakai
39. Celaka Mencelakai 2
40. Selidik
41. Eksekusi
42. Tidak bisa menolak perintahmu
43. Dia Ayahku?
44. Kenapa harus ada Selir di dunia ini???
45. Kedai Yin Ann
46. Penginapan
47. Putra dan Putri Mahkota
48. Rencana lainnya
49. Itu bagian dari rencana
50. Time too.. pembalasan
51. Tentang perjodohan
52. Pesta
OPEN PO

19. Merenung

26K 2.9K 43
Da saskavirby

Tapak kaki kuda menghias sepanjang jalan, beberapa kali tangannya menghentak tali kuda agar sang kuda semakin cepat melaju, tidak dia pedulikan hari yang semakin gelap, dia terus saja melajukan kudanya.

Hanya di temani sinar bulan yang menerangi jalannya, tidak sedikitpun dia gentar dan takut jika ada penjahat yang tiba-tiba menyerangnya.

Dalam pikirannya hanya tertuju satu nama, berharap gadis itu baik-baik saja, andaikan terjadi hal buruk padanya, entah apa yang akan dia lakukan.

Dia tidak ingin kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, setelah bertemu dengan gadis itu, dia jadi tahu bahwa gadis itu tidak mempunyai niat buruk atau mencari keuntungan darinya.

Sama seperti Linda, yang dengan tulus menjadi pelayan juga temannya, tidak di pedulikan betapa buruk dan jeleknya dia dulu. Gadis itu tetap bertahan di sampingnya, mendukung dan juga melindunginya.

Begitu pula Yihua yang tidak bisa menerima sebagaimana dirinya, dari awal bertemu gadis itu sama sekali tidak peduli bahwa dia Permaisuri atau gadis biasa, dia memperlakukan dirinya dengan baik.

Dan inilah balasan yang Li Xian berikan, berusah melindungi orang-orang yang memang peduli dan tulus padanya.

Karena merasa kudanya yang melambat, Li Xian memilih untuk berhenti di sebuah batang pohon, memberikan kudanya minum, juga dirinya yang bersender di batang pohon itu, untuk memejamkan matanya sejenak.

Dan ketika pagi menyingsing, Li Xian kembali memacu kudanya, menurut perkiraannya, jika Yihua dalam keadaan baik-baik saja, bisa di pastikan gadis itu telah sampai di desanya.

Tapi jika terjadi sesuatu dengan Yihua, pasti gadis itu belum cukup jauh dari tempatnya saat ini.

Matahari semakin meninggi, saat Li Xian sampai di sebuah desa, dia melambatkan kudanya, seraya matanya yang awas melihat hilir mudik orang-orang untuk menemukan Yihua.

Sesekali dia berjalan sambil menarik kudanya, dan singgah untuk sekedar membeli makanan. Dia mulai risih karena beberapa orang dengan terang-terangan memperhatikannya.

Matanya menunduk untuk melihat penampilannya sendiri. Sial! Dia melupakan satu hal, dia belum mengganti bajunya dengan baju biasa.

Pasti orang-orang berfikir bahwa dia adalah bangsawan karena pakaiannya yang begitu indah, dengan jubah yang juga membungkus tubuh mungilnya dengan indah.

Bisa dilihat dari pakaiannya, bahwa hanya orang bangsawan yang bisa memakainya.

Tidak ingin membuat bahan tontonan, Li Xian kembali menunggangi kudanya, dan segera pergi dari desa itu. Beruntung dia menggunakan cadar, sehingga orang tidak akan mengetahui wajahnya.

Di sebuah gubuk di tengah hutan, manik mata Li Xian menangkap sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.

Semakin mendekat, dia semakin yakin bahwa itulah gadis yang tengah dia cari.

"Yihua." Pekik Li Xian setelah turun dari kudanya.

Yihua beserta dua pria lainnya menoleh dan tampak saling tatap, mereka berfikir siapakah wanita di hadapannya.

Li Xian membuka cadarnya.

"Yang Mulia." Ketiganya membungkuk memberikan hormat ketika yang datang adalah Permaisuri.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Li Xian memperhatikan tubuh Yihua dari atas hingga bawah.

"Aku baik Yang Mulia, bagaimana anda bisa kemari Yang Mulia?"

"Aku mengkhawatirkanmu, apa kau bertemu dengan seorang pria?"

Yihua nampak terkejut. "Iya Yang Mulia, dia juga merampas kayu ukiran darimu Yang Mulia." Jawab Yihua menunduk.

Li Xian menghembuskan nafas pelan. "Sudah ku duga."

"Apa dia juga melukaimu Yang Mulia?" Tanya pria di sisi Yihua.

Kepala Li Xian menggeleng. "Tidak. Aku justru khawatir dengan kalian, aku tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian."

"Jadi.. karena itu anda menyusul kami Yang Mulia?" Tanya Yihua ragu, dia benar-benar merasa tersanjung akan tindakan Permaisuri Li Xian.

Li Xian mengangguk. "Iya,"

"Maafkan kami telah membuat anda khawatir Yang Mulia." Sesal ketiga menunduk.

Li Xian mengibaskan tangannya. "Sudah, jangan di pikirkan. Lagipula aku bosan terus menerus berada di istana." Candanya.

"Ah, apa anda mau makan bersama kami Yang Mulia." Tawar Yihua.

"Tentu." Jawab Li Xian sumringah.

Ketiganya mulai menyantap makanan sambil sesekali bercerita, Yihua dan kedua pria itu nampak segan dengan Li Xian, bagaimana cara gadis itu yang memperlakukan mereka layaknya teman.

"Yang Mulia, bagaimana jika Pangeran mencari anda?"

Li Xian mendongak, raut wajahnya mendadak muram. "Dia tidak akan melakukan itu."

Li Xian yakin bahwa Liu Xingsheng tidak akan mengkhawatirkannya, mungkin sekarang pria itu tengah tersenyum senang karena dia pergi dari istana.

Kembali teringat ciuman Liu Xingsheng dengan Shizhu membuat Li Xian tersenyum kecut.

Yihua dan kedua pria itu menelan makanannya dengan alot, merasa pertanyaan yang di lontarkan salah, karena melihat perubahan raut wajah Li Xian yang mendung.

*

"Izinkan kami mengantar anda kembali ke istana Yang Mulia."

"Tidak perlu, aku bisa kembali sendiri, kalian pergilah, pasti mereka sudah khawatir kalian tidak kunjung kembali." Bantah Li Xian.

"Tapi Yang Mulia, bagaimana dengan anda? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan anda. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."

Li Xian tersenyum, kembali merasa dia di pedulikan oleh orang lain. "Tenang saja, kalian pernah melihatku bertarung bukan?" Kekehnya.

Merogoh kantong di bajunya, menyerahkan sebuah kayu ukiran pada Yihua. "Simpan baik-baik, kau bisa mengunjungiku lagi di istana."

"Terimakasih banyak Yang Mulia, semoga anda di berikan kebahagiaan." Doa tulus Yihua.

Li Xian mengangguk, berharap bahwa Tuhan akan mendengar doa dari Yihua, karena sesungguhnya dia tidak yakin akan mendapatkan kebahagiaan, lagi.

"Yang Mulia, berhati-hatilah."

Li Xian mengangguk.

Setelah kepergian Yihua, Li Xian memilih untuk singgah beberapa saat di gubuk itu, membiarkan kudanya minum di danau, serta dirinya yang duduk di batang pohon yang menjulang di atas danau.

Pikirannya terus berkelana, tentang kehidupannya yang dulu dan sekarang, apa dia tidak akan pernah mendapat dan merasakan kebahagiaan.

Kepalanya menunduk, melihat pantulan wajahnya di air, bisa dia lihat kecantikan dari wajahnya, yang membuat beberapa orang merasa iri dengannya.

Tapi apa yang bisa dia dapatkan dari wajah ini? Tangannya terulur menyentuh wajahnya.

"Mereka hanya bisa menikmati keindahannya tanpa pernah berfikir untuk membuatku bahagia." Gumamnya tersenyum kecut.

Tidak tahu harus bagaimana, pikirannya kembali terbayang wajah Liu Xingsheng juga Yaoshan.

"Apa mereka berdua memang bukan takdirku? Jika memang bukan, kenapa aku selalu berurusan dengan mereka, bukan hanya di masa lalu di masa sekarang pun juga sama."

"Terlebih mereka berdua menyukai wanita yang sama." Lagi-lagi Li Xian tersenyum kecut.

"Apa aku juga akan mati sia-sia dalam kehidupan ini?"

***

Liu Xingsheng sempat mendengar beberapa orang yang berbicara mengenai seorang gadis dengan pakaian bangsawan melintas.

Dia yakin bahwa gadis itu adalah Li Xian, beruntung dia sempat mengganti pakaiannya dengan baju biasa, sehingga tidak ada warga yang curiga terhadapnya.

Menyelesaikan makanannya dengan segera, dia memilih untuk pergi setelah membayar tagihannya.

Memacu kudanya dengan begitu cepat, berharap dia bisa segera menemukan Li Xian.

Di atas jalan setapak yang sedikit menanjak, ekor mata Li Xian melihat seseorang yang tengah merenung di atas dahan pohon di tepi sungai.

"Li Xian?" Gumamnya pelan.

Mengikat tali kudanya pada pohon, dia berjalan menghampiri, telinganya menangkap ucapan Li Xian yang membuatnya mengkerutkan keningnya dalam.

"Apa aku juga akan mati sia-sia dalam kehidupan ini?

Memilih duduk di samping Li Xian, bahkan gadis itu tidak menyadari kehadirannya, tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Semua ciptaan Tuhan pasti akan menemui ajalnya suatu saat nanti."

Li Xian terlonjak ketika mendengar suara seseorang, lebih terkejut saat melihat Liu Xingsheng yang kini tengah duduk di sampingnya.

Sejak kapan? Pikirnya.

"Yang Mulia." Ucapnya menunduk hormat.

"Apa yang kau lakukan disini Permaisuri?" Tanya Liu Xingsheng melihat pemandangan sekitar danau.

"Mencari ketenangan."

Kepala Liu Xingsheng menoleh. Menatap Li Xian yang tampak murung.

"Terimakasih Yang Mulia." Ucap Li Xian lirih.

Sebelah alis Liu Xingsheng terangkat. "Untuk?"

"Untuk semua yang kau lakukan terhadap keluargaku. Maaf telah berprasangka buruk terhadapmu."

Liu Xingsheng tersenyum. "Kau mengetahuinya?"

Kepala Li Xian mengangguk. "Kau melakukan semua itu untuk membantu ayahku, kau sudah menyelamatkan aku juga ayahku, terimakasih."

Liu Xingsheng tampak bernafas lega ketika Li Xian mengetahui yang sebenarnya.

"Aku hanya melakukan apa yang di inginkan ayahmu, dia meminta tolong padaku untuk menyelamatkanmu dari penyerangan yang akan terjadi suatu saat nanti."

"Dan ternyata ayahmu benar, banyak dari mereka yang menginginkan untuk menguasai kerajaan Shaolin."

Li Xian menoleh, tersenyum tipis. "Untuk itu aku sangat berterimakasih padamu."

Liu Xingsheng menoleh, menatap lekat wajah Li Xian, terdapat guratan kesedihan disana.

Dia ragu harus mengatakan ciuman terpaksanya dengan Shizhu atau tidak, karena dia masih berfikir bahwa Li Xian marah karena hal itu.

Tapi disisi lain dia juga ragu, apa Li Xian memang mau mempermasalahkan hal seperti itu, di lihat dari pribadi Li Xian yang sekarang lebih acuh padanya.

Alih-alih berbicara, justru Liu Xingsheng mendekatkan wajahnya, matanya terarah dan tertuju pada bibir tipis milik Li Xian.

Li Xian yang mengetahui apa yang akan di lakukan Liu Xingsheng hanya diam, perlahan kedua matanya menutup.

Tinggal sedikit lagi kedua bibir itu bertemu, tiba-tiba bayangan Liu Xingsheng yang berciuman dengan Shizhu menyadarkan Li Xian.

Dia mendorong tubuh Liu Xingsheng, dan buru-buru bangkit.

"Kita harus kembali ke istana sebelum petang."

Liu Xingsheng mematung di tempatnya, kenapa Li Xian menolak ciumannya, bukankah dia sudah menutup matanya tadi.

Merasa agak kecewa akan penolakan Li Xian, tapi Liu Xingsheng tidak bisa berbuat apapun.

.

.

.

•°°[][]•°^°

5 Juli 2020
Saskavirby

Continua a leggere

Ti piacerà anche

118K 7.6K 17
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1.1M 55.6K 40
Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigrasi ke dalam novel...
3.5M 341K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
1M 99.1K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...