MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on...

Autorstwa kepojanganberlebihan

4.3M 359K 103K

Rank #1 Comeback/450 stories #2 Nakal/1.52k stories Cerita ini melanjutkan kisah RaniAldo. Rania Pratista Kai... Więcej

MHIME 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
ini part dipost ulang✨
39
40
41
42
BACA CERITANYA!
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
cekkkk!
57
58
Vote Cover MHIME 1!
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

25

90.3K 7.8K 1.8K
Autorstwa kepojanganberlebihan


Rania berlari dengan cepat menuruni tangga, ia melanjutkan langkahnya menuju halaman belakang.

Setelah berada di belakang gedung sekolah, Rania menyandarkan tubuhnya di dinding.

Rania menghela nafasnya, ia kemudian menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Dan, yah.. air mata Rania kembali mengalir.

"Hiks.."

Rania tak sanggup menahan air matanya, dirinya benar-benar down.

Hati Rania rasanya begitu perih, sahabatnya sudah sangat-sangat berubah.

Tak ada lagi sahabat lama yang selalu ada, sahabat setia, sahabat yang sabar, dan sahabat yang selalu menjadi semangatnya.

Sahabat Rania berubah.

Mereka sekarang bukan lagi sahabat Rania.

Devan, Heri, dan Gilang bukan lagi semangat hidup Rania.

Bukan lagi separuh jiwa Rania.

Bukan lagi mood booster Rania.

Mereka seakan tak mengenal Rania.

Mungkin ini yang di namakan teman menjadi lawan.

/Nyuri komentar.

Mau tidak mau, Rania juga harus melupakan persahabatan lamanya.

Kisah lama mereka.

Kenangan bersama.

Dan apa pun yang menyangkut tentang kisah mereka berempat.

Semuanya sudah punah.

Semuanya hancur.

Tidak ada lagi yang namanya sahabat.

Rania semakin terisak. "Hiks.. semua orang, hiks.. berubah." ucapnya di tengah isakannya.

Rania rapuh.

Rania tidak tau harus berbuat apa lagi.

Sudah tidak ada lagi cara untuk mengembalikan sahabat-sahabatnya.

"Rania," ucap Aldo tiba-tiba.

Rania terdiam, ia membuka matanya.

Terlihat Aldo berdiri di hadapan Rania, Aldo menatap Rania dengan tatapan teduh.

Rania meneguk salivanya. "Hiks.. Aldo," gumamnya masih dengan isakan.

Aldo menggenggam kedua lengan Rania, ia kemudian menyingkirkannya dari wajah Rania.

Rania masih terisak, "hiks.."

Rania kemudian melepaskan genggaman Aldo pada lengannya, ia langsung memeluk leher Aldo sembari sedikit berjinjit.

Aldo sedikit terkejut, tetapi ia kemudian membalas pelukan Rania.

"Hiks.. gue cewek lemah, Do!" gumam Rania sembari masih terisak.

Aldo memejamkan matanya sembari menelungkupkan wajahnya di bahu Rania, ia mendengarkan semua perkataan Rania.

Aldo tak akan membalas ucapan Rania, baginya cukup mendengarkan keluh kesah Rania saja bisa membuat Rania tenang.

Rania meneguk salivanya, ia semakin memeluk leher Aldo dengan erat.

"Gue salah apa, Do. Hiks.."

Aldo samar-samar menggelengkan kepalanya, seakan memberikan jawaban bahwa Rania tidak salah apa-apa.

"Kenapa, hiks.. kenapa semua orang benci sama gue, hiks.. kenapa?!"

"Jawab, Do! Hiks.."

Selang beberapa detik, kaki Rania mulai terasa pegal.

Rania kemudian melonggarkan pelukannya pada leher Aldo dan menjejakkan tumitnya pada tanah.

Aldo memeluk tubuh Rania dengan erat, menahannya agar Rania tak terjatuh.

"Do.." gumam Rania.

"Hm," balas Aldo dengan lembut.

"Gue.. hiks.. gue cewek lemah, Do." bisik Rania, air matanya masih mengalir dengan deras.

Dada Aldo terasa sesak saat mendengar isakan dan perkataan yang Rania ucapkan.

Aldo menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Enggak.. lo gak lemah, Rania." bisiknya dengan lembut.

"Gue cewek lemah, Do!" bisik Rania.

"Lo gak lemah, Rania." balas Aldo.

Rania memukul-mukul dada Aldo, mengekspresikan kemarahannya.

"Hiks.."

Aldo menghela nafasnya. "Kita ke Uks aja ya," bisiknya dengan lembut.

Rania menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak tawaran Aldo.

"Rania," bisik Aldo masih dengan suara lembut.

"Hiks.. maafin gue, Do." bisik Rania.

Aldo menganggukan kepalanya. "Kita ke Uks ya," bisiknya lagi.

Rania akhirnya menganggukan kepalanya.

Skip..

-UKS
      Rania duduk di ranjang Uks, menatap punggung Aldo yang sedang berbicara di telepon.

Rania kemudian menundukkan kepalanya, sesekali mengusap air matanya yang masih mengalir.

Setelah selesai menelpon, Aldo berbalik dan duduk di kursi yang berada di dekat ranjang yang Rania tempati.

Aldo menatap Rania dengan teduh. "Ran?" ucapnya dengan lembut.

Rania tak menggubris ucapan Aldo.

Aldo kemudian menggenggam salah satu telapak tangan Rania. "Gue minta maaf, semua ini salah gue. Gue udah bikin persahabatan lo hancur." ucapnya. Ia kemudian menundukkan kepalanya.

Rania menegakkan kepalanya, ia menatap Aldo yang masih menundukkan kepalanya.

Rania meneguk salivanya, ia membalas genggaman Aldo.

"Hiks.. lo ga salah, Do." ucap Rania. "Ini salah gue, seharusnya gue ga ngebohongin mereka. Dan juga, gue seharusnya ga ngebohongin perasaan gue ke elo." lanjutnya dengan suara serak.

Aldo menegakkan kepalanya, menatap mata Rania yang menatapnya dengan teduh.

"Maksud lo?" tanya Aldo.

Rania menundukkan kepalanya. "Gue cinta sama lo, Aldo."

Aldo meneguk salivanya saat mendengar ucapan Rania, jantungnya mulai berdetak dengan cepat.

"Tapi, gue juga sayang sama sahabat-sahabat gue." ucap Rania. Air mata Rania kembali mengalir dengan deras.

Aldo bangun dari duduknya, ia segera memeluk tubuh Rania.

Rania kembali terisak di dalam pelukan Aldo. "Hiks.. gue ga mau kehilangan kalian, gue ga bisa milih salah satu dari kalian. Hiks.. gue ga bisa!" ucapnya dengan penuh emosi.

Aldo menganggukkan kepalanya sembari mengusap rambut panjang Rania, ia mengerti maksud Rania.

"Hiks.. gue ga bisa, Do!" ucap Rania lagi.

Aldo kembali menganggukan kepalanya. "Hm, gue ngerti, Ran." ucapnya dengan lembut.

"Hiks.."

Dada Aldo terasa semakin sesak saat mendengar isakan Rania, dirinya tak kuasa melihat orang yang ia cintai menangis seperti ini.

"Ran, udah.." ucap Aldo dengan lembut.

Rania masih terisak. "Maafin gue, Do. Hiks.." ucapnya dengan suara serak.

Aldo menganggukan kepalanya. "Gue udah maafin lo," ucapnya dengan lembut.

Rania masih terisak, tiba-tiba ia tersedak.

Uhuk-uhuk..

"Ran," ucap Aldo dengan khawatir.

Rania segera memeluk tubuh Aldo, membuat Aldo sulit untuk melihat wajahnya.

"Rania," bisik Aldo masih panik.

Rania semakin nyaman menempelkan wajahnya di dada Aldo, "hiks.."

Ceklek..

Aldo menoleh ke arah pintu Uks, terlihat Erlan, Dion, dan 2 orang anak PMR berdiri di depan pintu sembari menatap mereka dengan mata terbelalak.

Erlan hampir saja membuka mulutnya, sebelum akhirnya Dion menutup mulutnya dan Aldo mengisyaratkan untuk diam.

"Hiks.. Do," bisik Rania.

Aldo menoleh ke arah Rania. "Hm?" gumamnya dengan lembut.

Rania menggelengkan kepalanya.

Aldo kembali menoleh ke arah Erlan dan Dion, ia mengulurkan tangannya.

"Air mana?" tanya Aldo dengan pelan.

Erlan segera memberikan minuman botol di tangannya kepada Aldo, ya.. itu memang pesanan Aldo.

Aldo menerima minuman tersebut, ia kemudian beralih menatap Rania yang masih nyaman di pelukannya.

"Ran, mau minum?" tanya Aldo dengan pelan.

Rania menggelengkan kepalanya.

"Lo mau apa?" tanya Aldo.

Rania kembali menggelengkan kepalanya, ia semakin memeluk tubuh Aldo dengan erat.

"Do, kita duluan." ucap Dion dengan pelan.

Aldo melirik ke arah Dion dan Erlan, ia kemudian menganggukan kepalanya.

"Thanks ya," ucap Aldo kepada teman-temannya.

Dion dan Erlan menganggukan kepalanya, mereka kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Uks.

Hanya tersisa Aldo, Rania, dan 2 anak PMR di Uks.

"Do," panggil Rania.

"Hm, kenapa?" tanya Aldo sembari menatap Rania.

Rania mendongakkan kepalanya, menatap Aldo.

"Lo ada tisu?" tanya Rania dengan pelan.

Aldo mengerutkan dahinya, ia kemudian menggelengkan kepalanya.

"Ga ada, kenapa?" tanya Aldo.

"Idung gue sumbat, Do." ucap Rania dengan pelan.

Aldo menaikkan sebelah alisnya, ia kemudian tersenyum simpul sembari menahan tawa.

Rania menatap Aldo dengan tajam. "Aldo!" ucapnya dengan kesal.

Aldo terkekeh. "Sorry," ucapnya dengan pelan.

Aldo kemudian menoleh ke arah 2 anak PMR yang masih berdiri di depan pintu. "Ada tisu, gak?" tanya Aldo dengan cepat.

Salah satu anak PMR menganggukan kepalanya, ia kemudian mengambil satu bungkus tisu dari saku seragamnya.

"Ini, kak."

"Makasih," ucap Aldo.

Aldo mengambil tisu tersebut, ia kembali menatap Rania sembari memberikan tisu tersebut.

"Ini, Ran.." ucap Aldo.

Rania kembali menempelkan wajahnya pada dada Aldo, bersembunyi karena malu.

"Rania," ucap Aldo dengan lembut.

"Gue malu, bego." ucap Rania dengan pelan.

Aldo tersenyum. "Ga papa," bisiknya sembari mengulum senyum.

Rania menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Aldo kemudian menoleh ke arah anak PMR, ia menyuruh mereka untuk pergi dari depan pintu.

Setelah anak PMR tersebut pergi, Aldo kembali menatap Rania.

"Udah ga ada mereka," ucap Aldo.

Rania memeluk tubuh Aldo dengan erat, ia menenggelamkan wajahnya di dada Aldo.

"Ran?" bisik Aldo.

"Lo punya gue," ucap Rania tiba-tiba.

Aldo mengerutkan dahinya, ada apa dengan Rania?

"Rania, lo kenapa?" tanya Aldo dengan bingung.

"Pokoknya Aldo punya gue," ucap Rania menegaskan.

Aldo tersenyum, ia kemudian menganggukan kepalanya.

"Hm, Aldo punya Rania." ucap Aldo.

Rania menganggukan kepalanya. "Ga ada yang boleh deket Aldo selain gue," ucapnya.

Aldo terkekeh, ia kembali menganggukan kepalanya.

"Cuma Rania yang boleh deket Aldo," ucap Aldo masih tersenyum.

Rania mendongakkan kepalanya, ia menaikkan kedua alisnya.

Aldo masih menampilkan senyumnya, ia segera mencium pipi Rania.

Cup..

Rania membelalakkan kedua bola matanya, "Aldo!"

Aldo menampilkan gigi ratanya sejenak. "Cuma Aldo yang boleh cium Rania," ucapnya dengan tanpa dosa.

Rania menatap Aldo dengan tajam, sedangkan Aldo terkekeh.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

463K 50.4K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
560K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.8M 287K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...