Berita akan keberangkatan Pangeran menuju kerajaan Shaolin sudah terdengar sejak dua hari yang lalu, beberapa orang beranggapan bahwa itu merupakan kunjungan menantu terhadap mertua.
Tapi yang di lihat Li Xian tentu berbeda, karena dia mengetahui apa yang akan di lakukan Liu Xingsheng terhadap kerajaan milik ayahnya itu.
Tak sengaja pula dia mendengar desas desus mengenai beberapa pemberontak yang akan menyerang kerajaan milik ayahnya, namun berita itu belum jelas pastinya.
Yang dia tahu dan dia pikir adalah pasukan dari Liu Xingsheng lah yang akan menyerang kerajaan milik ayahnya.
Dalam renungannya dia berfikir bagaimana cara menyelamatkan kerajaan sang ayah, haruskah dia kabur menuju kerajaan yang dia juga belum tahu dimana tempatnya.
Haruskah dia kabur dari istana secara diam-diam, serta memberitahukan kepada sang ayah bahwa kerajaan mereka akan mendapatkan serangan dari pasukan Liu Xingsheng.
Li Xian benar-benar merasa dilema beberapa hari ini, dia benar-benar bingung harus berbuat apa untuk menyelamatkan ayahnya.
Beruntung di kehidupan ini dia masih memiliki seorang ayah yang masih hidup, meskipun dia belum pernah mengetahui bagaimana rupa dan wajah dari sang ayah.
Namun bagaimana jika dalam perang yang akan datang ayahnya justru harus gugur?
Tidak, tidak. Dia berdoa dan berharap agar ayahnya selamat, dia ingin menemui sang ayah. Tapi untuk saat ini sepertinya dia harus mengurungkan niatnya, bagaimana mungkin dia bisa pergi dari istana dengan mudah tanpa pengawalan.
Matanya terpejam menghirup aroma therapy yang menguar dari beberapa tanaman herbal miliknya, dia teringat akan bunga melati.
Andai saja bunga itu sudah bisa dia sebar di dalam kediamannya, pasti sekarang dia bisa menghirup aroma wanginya yang menggoda.
Li Xian bangkit dari rebahannya, berniat kembali menuju belakang istana untuk mengambil beberapa bunga melati juga tanaman untuk ramuan dietnya, yang sebelumnya terjatuh karena ulah Shizhu.
"Anda mau kemana Putri?" Tanya Linda yang melihat Li Xian beranjak dari kamarnya
"Aku akan ke belakang istana mengambil beberapa tanaman."
"Biar aku yang mengambilnya untukmu Putri." Tawar Linda
"Tidak perlu Linda, aku ingin memetiknya sendiri."
"Baiklah, aku akan menemanimu Putri."
Li Xian mengangguk.
*
"Putri, apa anda tidak ingin menitipkan sesuatu pada Pangeran? Dia besok akan berangkat ke kerajaan Shaolin." Tanya Linda sembari memetik beberapa bunga melati
"Haruskah aku melakukannya?"
Linda tampak berfikir, kemudian menggeleng. "Aku melihat selir Shizhu mulai mendekati Pangeran dengan dalih menitipkan sesuatu untuk ayah anda Putri."
Li Xian tersenyum sinis. "Untuk apa aku menitipkan padanya, sedangkan tujuan utama dirinya adalah merampas kerjaan milik ayahku."
Linda tersentak, menatap takut-takut ke arah Li Xian. "Apa anda akan melakukan sesuatu Putri?"
Li Xian mengembuskan nafas panjang. "Aku tidak tahu Linda, apa yang harus aku lakukan untuk kerajaan milik ayahku. Aku hanya takut kalau mereka menyakiti ayahku."
Linda mengelus lengan Li Xian. "Aku yakin Pangeran tidak akan menyakiti ayah anda Yang Mulia."
Kepala Li Xian menoleh. "Kenapa?"
"Karena yang aku lihat, Kaisar dengan ayah anda begitu akrab dan bersahabat lama, beliau juga cukup dekat dengan Pangeran, jadi besar kemungkinan bahwa Pangeran tidak akan menyakiti ayah anda, terlebih membunuhnya Putri." Terang Linda
"Tapi tetap saja tujuan utamanya adalah menguasai kerajaan milik ayah." Balas Li Xian tampak meradang
Linda meringis saja. "Anda benar Putri."
"Sepertinya ini sudah cukup Putri, aku akan membawanya ke istana, ayo Putri." Sambungnya melihat beberapa bunga melati yang sudah cukup banyak di dalam keranjangnya
"Kau duluan Linda, aku masih memerlukan beberapa tanaman yang lain."
"Anda yakin Putri?"
"Pergilah, kau akan menggangguku jika terus berada disini Linda." Desis Li Xian merasa kesal karena ocehan Linda
Linda meringis, kepalanya menunduk. "Maafkan aku Putri."
"Sudahlah, kalau kau disini, kau akan terus mengoceh tidak jelas, jadi pergilah." Ucap Li Xian mengibaskan tangannya
Linda menyengir. "Baiklah Yang Mulia."
Kepala Li Xian menggeleng melihat kepergian Linda, kemudian dia kembali mengamati setiap tanaman yang di rasa perlu dia ambil, sesekali dia berjalan sambil berjongkok karena posisi tanaman itu yang begitu pendek dan tertimbun tanah.
***
Shizhu berjalan tergesa menuju sisi belakang istana, setelah beberapa saat dia menghubungi seseorang yang dia percayai bisa memuluskan rencananya.
Langkah kakinya menghampiri seseorang yang tengah berdiri di belakangnya pohon.
"Yang Mulia."
"Dengarkan aku, aku ada tugas khusus untukmu."
"Katakan Yang Mulia."
"Cari seorang gadis yang baru saja keluar dari istana ini, aku yakin dia belum cukup jauh, karena tempat tinggalnya yang begitu jauh dari sini."
"Wanita? Siapa dia Yang Mulia?"
"Dia seorang gadis dari desa, dia mempunyai kayu dengan ukiran nama Permaisuri, jika kau bisa mendapatkan kayu ukiran itu, kau bisa masuk ke istana dengan mudah."
Pria itu tampak berfikir.
"Setelah kau berhasil mendapatkannya, segera laporkan padaku, maka aku akan memberikan tugas selanjutnya untukmu."
"Apa aku harus membunuh gadis itu Yang Mulia?"
Shizhu menyeringai. "Jika dia menolak atau memberontak, paksa dia, dan kalau memang perlu bunuh dia."
"Anda yakin Yang Mulia?"
"Tentu. Kau lakukan saja tugasmu dengan benar, jangan sampai kehilangan jejak gadis itu."
"Baik Yang Mulia, akan saya laksanakan perintah anda."
Shizhu mengambil kantong berisi koin emas di sakunya. "Ini untukmu."
Pria itu tersenyum lebar. "Terimakasih banyak Yang Mulia."
Kedua sudut bibir Shizhu membentuk sebuah seringaian. "Tinggal beberapa waktu lagi, kau akan hancur Li Xian."
*
Di bawah tanaman yang merambat tak sengaja Li Xian melihat Shizhu yang tengah bercakap dengan seorang pria, bisa dia lihat dengan jelas wajah pria itu di balik dedaunan.
Li Xian yakin bahwa pria itu bukan orang istana, apa mungkin dia seorang mata-mata, tapi apa hubungannya dengan Shizhu.
Kening Li Xian mengkerut ketika tak menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan, hingga dia memilih untuk menguping pembicaraan Shizhu dengan sang pria.
"Jika dia menolak atau memberontak, paksa dia, dan kalau memang perlu bunuh dia."
"Anda yakin Yang Mulia?"
"Tentu. Kau lakukan saja tugasmu dengan benar, jangan sampai kehilangan jejak gadis itu."
Li Xian nampak berfikir keras akan percakapan antar kedua orang tersebut. Siapa sebenarnya yang di maksud oleh Shizhu.
Gadis?
Siapa gadis yang di maksud? Apa yang sedang Shizhu rencanakan, juga siapa gadis yang akan menjadi incarannya kali ini.
Apa itu dirinya?
Tengah berfikir dengan kemungkinan yang menjadi rencana Shizhu sehingga Li Xian tidak sadar sudah berjalan menuju kediamannya, bahkan melewati Liu Xingsheng begitu saja.
"Permaisuri," Panggil Liu Xingsheng yang melihat Li Xian melewatinya begitu saja
Tubuh Li Xian berbalik, agak terkejut ketika melihat Liu Xingsheng berdiri di hadapannya, 'sejak kapan dia berada disini?' Pikirnya
"Salam Yang Mulia." Ucapnya menunduk
"Kau sudah mendengar bukan bahwa aku akan berkunjung ke kerajaan ayahmu?"
Li Xian tersenyum kecut. "Iya Yang Mulia."
"Kau tidak ingin menitipkan sesuatu untuk ayahmu, seperti apa yang di lakukan selir Shizhu?" Tanya Liu Xingsheng basa basi, karena sebenarnya dia agak ragu untuk menanyakan apa
Kepala Li Xian menggeleng. "Tidak Yang Mulia."
Liu Xingsheng sedikit terkejut. Karena sebelumnya jika Liu Xingsheng akan berkunjung ke kerajaan Shaolin, Li Xian tampak begitu antusias menitipkan beberapa barang, entah itu untuk ayah atau beberapa pelayan, yang sama sekali tidak berguna bagi Liu Xingsheng.
Dan akhirnya Liu Xingsheng akan menolak barang-barang itu, hanya mengambil satu saja untuk di berikan pada Kaisar Shaolin.
"Terjadi sesuatu denganmu?" Tanyanya penasaran
Kepala Li Xian kembali menggeleng. "Masih ada yang perlu anda tanyakan Yang Mulia?"
Liu Xingsheng menatap datar ke arah Li Xian. "Tidak."
"Aku permisi Yang Mulia." Ucap Li Xian menunduk hormat kemudian berlalu
Sepeninggalan Li Xian, Liu Xingsheng masih memperhatikan langkah Li Xian yang perlahan menjauh. Dia semakin yakin bahwa Li Xian yang sekarang bukanlah Li Xian yang dulu.
Dia memang Li Xian, tapi kepribadiannya sungguh berbeda, dia merasa bahwa Li Xian adalah orang lain, namun dalam wujud Permaisuri Li Xian.
.
.
.
•°][][°•
27 Juni 2020
Saskavirby