My Cold Prince 2 || (T A M A...

Autorstwa hananayajy_

2.8M 253K 123K

✒DILARANG MENJIPLAK!! ✨BAGIAN 2 'MY COLD PRINCE' (Sebelum membaca ini, baca dulu MY BOY IS COLD PRINCE & MY C... Więcej

P R O L O G
1. Kerinduan yang terdalam
2. Rasa Bersalah.
3. Waktu
4. Reinkarnasi?
5. All The Moments
6. Ingin bahagia
7. Keinginan Arkan
8. Seperti Arkan
9. London & Lombok (Read Note)
10. London & Lombok 2
PENTING!
11. - What your dream? || Read Note!
12. - Pertanda
13. - Kemungkinan || QnA?
14. - Pembunuh?
15. - Tentang Luka
16. - Kebenaran
17. - Find You
18. - Find You 2
19. - All of my life [READ NOTE]
20. - Wake Up
21. - Bubur
H I M B A U A N
22. - Jangan sakit lagi
23. - About Arkan & Ben || READ NOTE
24. - Blood and Tears (READ NOTE)
OPEN PO NOVEL MBCP
24. - Maaf
25. - Maaf ... ( READ NOTE )
26. - Surat Terakhir Ken
27. - Keputusan
28. - Thames River
30. - Akhir Cerita Kita
30. - Rencana Maura
31. - Akhir cerita kita
32. - Menghilangnya Maura
33. - Menyerah (READ NOTE)
34. - Titik permasalahan
35. - Pertemuan dari sebuah rencana
36. - Marry me
37. - Trauma lain
38. - Papa untuk Angel
39. - Menjijikan
39 B. - Sebuah foto
40. - Perpisahan (ENDING)
E N D I N G
E P I L O G

29. - Don't go away

60.6K 6.4K 2.5K
Autorstwa hananayajy_

Buat kalian yang baru buka ini saat lg puasa, di sarankan untuk membacanya saat malam. Takut puasanya gak sah kalo ngehalu awokawok🤣🤣

JANGAN LUPA LIKE, COMMENT DAN SHARE JUGA YA❤

SELAMAT MEMBACA

.
.

☃☃☃

Mobil Adrian berhenti di halaman rumahnya, cowok itu keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah melewati beberapa bodyguardnya.

"Mana Malvin?" tanyanya pada asisten rumah yang menghampirinya.

"Di kamarnya tuan" jawabnya setelah menerima tas dari majikannya.

Adrian lalu melangkah menaiki anak tangga menuju kamar yang berada di ujung lantai dua rumahnya. Terlihat dua orang bodyguardnya yang berjaga di depan kamar Malvin membungkuk melihat kedatangannya.

"Apa dia buat ulah?"

"Tidak, Bos" jawab salah satu orangnya.

Adrian mengangguk singkat dan masuk ke dalam. Terlihat Malvin tengah berdiri memandangi foto bingkai Maura yang terpasang di dinding kamarnya. Melihat itu, Adrian pun tertawa miring.

"Belum bisa lupain Maura?" tanyanya, pria itu melangkah menuju kasur dan duduk di pinggirannya.

Melihat gelengan Malvin, Adrian pun tertawa renyah. "Lo terlalu terobsesi sama Maura"

"Itu cinta"

"Bodoh! Cinta sama obsesi beda tipis, dan yang lo rasain itu cuma sebatas obsesi lo ke Maura" jelas Adrian. "lo cuma gak bisa bedain cinta sama obsesi"

Malvin pun menoleh, menatap Adrian tak suka. "Lo gak tau apa-apa tentang gue"

Adrian mengangguk remeh. "Malvin Baskara, anak tunggal dari keluarga kaya raya yang terlihat harmonis, tapi sebenarnya itu semua cuma sandiwara belaka buat nutupin pertengkaran rumah tangga mereka. Sampe akhirnya mereka bercerai, sayangnya gak ada yang mau ngambil hak asuh atas lo yang merupakan anak kandung mereka sendiri. Dalam artian, mereka gak menginginkan lo"

"Apa lagi yang gak gue tau?" tanya Adrian pada Malvin. Sedangkan Malvin hanya terdiam tertunduk mendengar penjelasan Adrian tadi.

"Jangan pernah lakuin apa yang udah orang tua lo ajarin ke lo. Gue yakin seratus persen kalo didikan mereka itu buruk semua. Buat anak seumuran lo, gue paham kalo lo cuma kurang kasih sayang sampe lo lakuin hal gila ke Maura dulu"

"Gue gak sadar"

"Ya, karena lo lagi emosi. Lo udah jelasin semuanya ke gue"

Malvin terdiam. Di pandanginya lagi foto Maura yang tersenyum ke arah kamera, hal itu membuat Malvin mau tak mau ikut tersenyum melihat wajah cantik gadis itu. Malvin merindukannya.

"Jangan kecanduan sama Maura, lupain dia"

Malvin menghela napas panjangnya. "Susah" ucapnya yang membuat Adrian geleng kepala.

"Gak heran sih Maura banyak yang suka, dia cantik, baik, jujur, dan kuat. Gue gak pernah liat dia ngeluh dengan keadaan dia" pujinya ikut memandang foto bingkai Maura dari kejauhan. Pandangannya lalu beralih ke Malvin.

"Jangan lakuin hal gila lagi ke Maura. Sampe lo macem-macem, Alvarel gak akan biarin lo hidup sekalipun lo sujud-sujud di kakinya dia, gue juga gak akan bantu lo lagi ..." peringatnya.

"Lagi pula Maura cintanya sama Arkan dan selamanya begitu" lanjut Adrian lagi, membuat Malvin pun terdiam seribu bahasa merasakan nyeri di hatinya mendengar ucapan Adrian.

"Gue gak akan macam-macam, tapi gue bakal nunggu Maura sampai dia mau balik lagi ke gue"

Adrian tertawa mendengar perkataan Malvin. "Jangan terlalu menghayal deh lo, Maura gak akan pernah balik ke lo" balas Adrian sekenanya.

Suasana pun mendadak hening, Adrian yang tengah memainkan ponselnya dan Malvin yang masih berdiri memandangi foto bingkai Maura.

Adrian memasukkan ponselnya ke saku celananya dan menatap Malvin. "Jadi, kenapa lo gak pergi dari rumah gue? Hukuman lo udah gak berlaku lagi sejak enam bulan yang lalu"

Malvin menoleh sekilas. "Lo udah tau jawabannya, bukan?"

"Lo bisa tinggal di apartement atau beli rumah"

Malvin terdiam sejenak. "Gue ... gak terbiasa sendiri"

Mendengar itu Adrian pun terdiam, ini pertama kalinya ia mendengar suara Malvin yang terdengar begitu lirih dan putus asa. Adrian sadar jika Malvin tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya, jadi mungkin itu alasan mengapa Malvin tidak mau angkat kaki dari rumahnya.

"Adek gue bakal marah kalo dia liat lo nanti"

"Siapa?" tanya Malvin.

"Lo gak tau siapa adek gue?"

Malvin menggeleng, karena memang selama ia tinggal di rumah ini Malvin tidak pernah melihat foto adik Adrian terpajang di sekitar rumah besar ini. Kecuali foto Adrian sendiri, lalu foto Adrian bersama Maura dan Alvarel, dan foto Maura yang di hadapannya saat ini.

"Lo kenal dia, Vin. Dan lo bakal kaget kalo liat dia" Adrian lalu berdiri.

"Jangan macem-macem sama adek gue, atau kepala lo bakal bolong detik itu juga" lanjutnya lalu melangkah ke arah pintu.

"Sialan!" umpat Malvin.

Langkah Adrian terhenti di ambang pintu, pria itu berbalik menatap Malvin.

"Gue izinin lo tinggal di sini selama yang lo mau, asal lo mau berubah lebih baik lagi dan lupain Maura" ujarnya lalu berbalik dan menutup pintu kamar meninggalkan Malvin yang terdiam kaku menatap pintu kamar yang telah tertutup rapat.

☃☃☃

Arkan kini tengah duduk di balkon kamarnya, membaca lembar demi lembar halaman buku diary Maura sekaligus berusaha mengingat-ingat adegan yang Maura tulis di sana. Dua jam sudah berlalu namun Arkan tak mendapatkan sedikitpun ingatan tentang masa lalunya dengan Maura.

Arkan menutup buku diary Maura lalu menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam dan menghela napas panjang. Merasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri yang merasa tak bisa mengingat apapun tentang Maura.

Bagaimana lagi cara agar ingatannya kembali? Ia tidak ingin melihat Maura menangis lagi.

Arkan meraih gelasnya yang sudah terlihat kosong. Cowok itu lalu bangkit dan melangkah masuk ke dalam, berniat untuk mengisi kembali gelasnya namun langkahnya terhenti di tengah-tengah ketika rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya.

Arkan mengerang pelan, satu tangannya yang bebas terangkat memijit kepalanya guna untuk meredakan rasa sakit di kepalanya. Namun bukannya mereda, justru sakit itu malah semakin terasa hingga gelas yang di pegangnya pun terlepas dan pecah.

Tubuh Arkan terhuyung, cowok itu segera melangkah dan mendudukkan dirinya di pinggiran kasur.

Tiba-tiba sekelebat bayangan pun muncul di otaknya. Pecahan-pecahan memori yang memperlihatkan setiap Arkan menguncir rambut Maura dan bagaimana gadis itu tersenyum sipu dan berkata jika ia sangat menyukai aroma tubuhnya.

Pintu kamarnya pun terbuka menampilkan sosok Reyhan yang masuk dengan wajah paniknya saat mendengar suara pecahan yang berasal dari kamar Arkan. Lalu di susul Alex di belakangnya yang terkejut melihat keadaan kamar Arkan. Reyhan segera melangkah dan naik ke kasur mendekati Arkan.

"Ar, lo gapapa?" tanya Reyhan, namun dari erangan Arkan saat ini sepertinya cowok itu tak baik-baik saja.

"Rey, baringkan Arkan dan cek kondisinya. Dan jangan turun dari kasur sampai om bersihin pecahannya" peringat Alex. Pria itu lalu pergi ke bawah mengambil peralatan untuk membersihkan pecahan beling di kamar Arkan.

☃☃☃

Maura kini duduk bersila di lantai yang berhadapan dengan boneka panda besar pemberian Arkan. Gadis itu memandanga boneka di hadapannya itu lamat, perkataan Arkan tadi membuat Maura merasa lega dan berpeluang untuk membuat Arkan mengingatnya.

Namun masih ada keraguan di dalam hatinya.

Juga ketakutan terbesar jika kemungkinan Arkan tidak bisa mengingatnya selama waktu yang rapalkan di dirinya.

Bisakah Arkan mengingatnya sebelum itu?

Bisakah mereka kembali seperti dulu?

☃☃☃

Arkan sampai di Thames River dan melihat Maura sudah berdiri di samping bangku panjang kayu, memandang pemandangan gedung-gedung tinggi di tepian Thames River. Arkan melangkah menghampiri gadis itu. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis ketika Maura berbalik dan tersenyum ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Maura. Memang sebelumnya Arkan mengirim pesan pada gadis itu untuk bertemu di Thames River karena ada sesuatu yang ingin Arkan katakan pada gadis itu.

Arkan menatap Maura lamat sebelum cowok itu menghela napas panjangnya.

"Gue nyerah"

Dua kata yang terlontar dari mulut Arkan membuat Maura terdiam membisu di tempatnya, senyuman yang menghiasi wajahnya pun meluntur, menatap Arkan sedih.

"Maksud kamu?"

"Gue gak bisa inget lo. Seberapa keras gue mencoba, itu gak pernah berhasil"

Maura hanya terdiam menatap Arkan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Gue gak bisa lanjutin ini lagi" ucap Arkan pada akhirnya.

Maura mencekal lengan Arkan saat cowok itu berbalik untuk pergi.

"Aku gak akan maksa kamu untuk ingat aku, Ar. Tapi kita bisa mulai lagi dari awal, kan?" ujar Maura meyakinkan Arkan.

Arkan menggeleng, cowok itu melepas cengkraman Maura dari lengannya. "Cukup sampai di sini. Dan satu hal yang harus lo tau, gue gak ada perasaan apapun sama lo"

Maura terdiam menahan isakan, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya. Gadis itu lalu mengusap air matanya dan membuka suara.

"Kalo gitu biar aku yang berjuang buat kamu" ujar Maura.

"Lo gak bisa paksa gue buat suka sama lo, Ra!"

"Biar waktu yang nentuin, Ar" Maura lalu berbalik pergi.

"Ra!" panggil Arkan kesal, cowok itu melangkah menyusul Maura.

Cowok itu mencengkram pergelangan tangan Maura kuat-kuat. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Maura. Gadis itu sudah kalah telak dalam segala hal namun dia seperti tak mempunyai harga diri.

"Apa lo gak punya harga diri, hah?! Atau lo gak punya malu?" sarkas cowok itu membuat Maura yang berdiri di hadapannya pun tertegun.

"Gue bilang cukup sampai di sini!" ulangnya lagi dengan nada membentak.

Maura menatap Arkan sendu, matanya berkaca-kaca. Gadis itu menundukkan pandangannya sejenak lalu kembali menatapnya.

"Kamu mau aku mundur?" tanya Maura pelan, Arkan berdeham.

"Udah berapa kali gue bilang?! Gue gak suka sama lo jadi berhenti ngejar-ngejar gue kayak cewek murahan!" tekannya sekali lagi.

Sekali lagi, Maura merasakan hatinya seperti tertusuk benda tajam. Perkataan cowok di hadapannya itu sangat menyakitkan.

"Apa dengan aku menyerah kamu bakal bahagia?" Arkan berdeham lagi.

"Kamu yakin sama perkataan kamu?" tanya Maura lagi untuk memastikan.

Arkan menatap Maura sejenak. "Ya"

Maura tersenyum kecil. "Mungkin kamu benar ... aku gak seharusnya bersikap seperti cewek murahan"

Maura tertawa getir, gadis itu perlahan mundur hingga ujung flatshoesnya menyentuh pinggir Thames River.

"Maaf kalo selama ini aku selalu ganggu kamu ...." Maura memberikan senyumannya pada Arkan.

Untuk yang terakhir kalinya.

"Aku menyerah"

Byur!

"MAURA!"

Arkan terbangun dari tidurnya dengan naps yang terengah-engah. Cowok itu mengusap wajahnya yang berpeluh keringat, mimpi itu terlalu mengerikan baginya, melihat bagaimana ia membentak Maura, bagaimana gadis itu menangis dan berakhir menjeburkan dirinya di Thames River.

Mimpi itu terasa sangat nyata dan Arkan takut jika mimpi itu benar-benar terjadi pada Maura.

Bukankah mimpi itu tidak seharusnya terjadi?

☃☃☃

Hari kedua, Maura kembali mengajak Arkan ke Thames River. Keduanya kini duduk di bangku panjang menatap pemandangan gedung-gedung tinggi berhiaskan langit sore sembari menikmati es krim cup di tangan mereka.

Hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka hingga suara lembut Maura pun keluar mengalihkan perhatian Arkan.

"Udah lama kita gak kayak gini"

Arkan hanya diam menatap Maura lamat, melihat bagaimana sudut bibir gadis itu terangkat membentuk sebuah senyuman, namun ada perubahan di sorot mata gadis itu.

"Ini yang sering aku kangenin dari dulu ..." ujarnya, gadis itu lalu menoleh menatap Arkan. "setelah aku kehilangan kamu" lanjutnya lalu kembali menatap ke depan.

"Terakhir kali kayak gini ... waktu kita liat pemandangan laut sambil minum kelapa di Lombok" Maura terkekeh kecil. "di situ kamu marah banget sama perkataan Evan, tapi kamu tetap perduli sama perasaan aku"

"Bilang apa?" tanya Arkan yang membuat Maura menoleh ke arahnya, namun gadis itu hanya tersenyum menanggapinya. Bukan karena tidak ingin memberitahu atau membantu Arkan mengingat hal itu, hanya saja Maura tak sanggup menceritakannya.

Kejadian dimana saat Evan bertanya apa salahnya itu akan langsung berhubungan saat Evan menculiknya saat itu, lalu menyambung lagi ke masa lalunya ketika Malvin menculiknya hingga menciptakan trauma yang luar biasa di diri Maura.

Hingga sampai saat ini trauma itu masih melekat di dalam dirinya, hanya saja Maura mencoba menutupinya dari semua orang, setelah Arkan tiada.

Maura mencoba berdiri sendiri, berusaha biasa saja di depan semua orang meskipun hati dan jiwanya telah hancur setelah kepergian Arkan, dan itu karena dirinya.

Dan setelah Arkan kembali, fakta terbaru kembali menamparnya. Maura merasa senang mengetahui Arkan masih hidup, namun fakta jika matanya saat ini adalah mata Ken yang di donorkan kepadanya, Maura merasa teriris. Memang ini keinginan Ken, namun Maura merasa itu salahnya. Kenapa harus Ken? Kenapa harus orang yang ia kenal? Kenapa harus orang yang memiliki hubungan darah dengan orang terdekatnya, Reyhan. Maura merasa bersalah, karenanya, Reyhan harus kehilangan adik kandungnya.

Maura menatap Arkan lekat. Ada satu pertanyaan dari ribuan pertanyaan lainnya yang membuat Maura khawatir dengan Arkan.

Bagaimana perasaan cowok itu jika sebenarnya Reyhan bukanlah kakak kandungnya? Meskipun terlihat Arkan terlihat seperti tipikal cowok yang cuek, tapi Maura tahu jika sebenarnya Arkan sangat menyayangi Reyhan.

Maura terkejut saat tiba-tiba ibu jari Arkan sudah bergerak di sekitar bibirnya, menyapu noda es krim di sana. Sejenak Maura merasa terlena dengan perlakuan Arkan, apapun yang cowok itu lakukan padanya, rasanya Maura ingin selalu menangis. Maura benar-benar sangat merindukan cowok itu, merindukan semuanya yang ada di diri cowok itu.

"Kenapa di rusak?" pertanyaan Arkan menyadarkan Maura.

"Hm?" gumam Maura tak mengerti. Arkan menunjuk ke arah cup es krim di tangan Maura.

"Ya ampun!" seru Maura melihat cup es krimnya yang sudah tak lagi berbentuk akibat ulahnya, sungguh Maura tak sadar melakukannya.

Arkan mengambil alih cup es krim dari tangan Maura dan membuangnya. Cowok itu lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan meraih satu tangan Maura membersihkan noda es krim di tangannya.

Maura memperhatikan Arkan dengan seksama, merekam memori mereka saat ini untuk ia kenang lagi, jika nanti ia akan benar-benar pergi dari hidup Arkan.

Jika ia tidak bisa memiliki Arkan, setidaknya ia memiliki kenangan indah itu bersama Arkan.

Sedangkan Arkan tidak bisa fokus karena terus memikirkan mimpinya semalam, ia takut jika itu benar-benar terjadi meskipun ia percaya jika mimpi hanyalah bunga tidur belaka. Tapi kenapa mimpi itu terasa sangat nyata?

Arkan menghela napasnya. "Jadi lengket"

"Tunggu di sini" Maura menahan lengan Arkan saat cowok itu bangkit dari duduknya.

"Kemana?"

"Beli air" jawab Arkan sembari melepaskan tangan Maura.

Maura menarik ujung jaket Arkan ketika cowok itu hendak berbalik pergi, membuat Arkan pun menoleh ke arahnya.

"Jangan pergi" ucap Maura yang menyorot Arkan dengan tatapan sendunya, membuat Arkan pun tertegun.

Sementara Maura di tempatnya menyorot Arkan dengan mata berkaca-kaca. Teringat masa lalu saat Arkan memintanya untuk menunggu sedangkan cowok itu pergi mengambil buku PRnya yang tertinggal di laci meja.

Hingga kejadian itu membuat dirinya berujung kehilangan Arkan, dan Maura tidak terulang lagi.

"Don't go away ..."

Arkan melangkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Satu tangannya terangkat menyelipkan helaian rambut Maura ke belakang telinganya, mata tajamnya menyorot mata coklat Maura dalam.

"Gue gak akan ninggalin lo" ucapnya lembut. Arkan lalu menarik Maura ke dalam pelukannya.

"Gak akan pernah" ujarnya sekali lagi. Di kecupnya puncak kepala Maura lembut, guna untuk menenangkan hati gadis itu.

Arkan juga tak ingin meninggalkan Maura. Arkan sudah berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan membuat gadis itu bahagia. Meskipun ia sendiri tidak mengingat Maura, setidaknya ia akan berusaha.

Demi kebahagiaan Maura.

☃☃☃

Hai haii~

Hana is back~

Gimana puasa kalian? Kabar gimana? Sehat" terus yaa kalian jangan sakit"😣😣

Btw, gak berasa yaaa bentar lg lebaran😚

Buat yg kehabisan novel MBCP, di catat yaa kalo sehabis lebaran nanti novel MBCP bakal OPEN PO lagi di SHOPEE

Jadi skuyy kumpulin uangnyaa🤗

Karena ceritanya bakalan berbeda dari cerita MBCP ver. Wattpadnya😆

QNA YUK! :

1. Apa keinginan kalian di cerita MBCP?

2. Lebih pilih ketemu Arkan atau Maura?

3. Kalo di suruh milih jadi adiknya, kalian mau jadi adiknya siapa dari semua Cast MBCP, MCP1&2?

AYOK DIJAWAB SKUYY😚😚

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan SHAREnya guyss

MAKASIH BUAAANYAAAAKKK
😍😍😍

HANA SAYANG KALIAN BANYAK-BUANYAAKK!!
❤❤❤❤❤❤❤❤

ILY 11+MILLIONS
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
Adam Autorstwa Boss C

Dla nastolatków

1.3M 7.2K 1
Menerima perjodohannya dengan Adam Baron Pranaja, adalah sebuah keputusan paling salah di dalam kehidupan Hawa Aliandra Bramantyo. Dia harus melepask...
2.6M 260K 64
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Al...